Kemudian, ia melangkah mundur sembari mengucapkan beberapa patah kata yang begitu menancap di hati.
Sementara An Xiaoyang yang mendengarnya hanya menarik senyum dari mulutnya, lalu menundukkan kepalanya, dan hendak berjalan pergi tanpa berkata-kata.
Suasana seketika menjadi genting, seperti letusan gunung berapi yang memuntahkan magma.
Tepat di saat An Xiaoyang melewati Sang No, tiba-tiba sebuah tangan terulur untuk menangkapnya. Mungkin karena An Xiaoyang tidak memikirkannya, tetapi Sang No tidak ingin ia pergi seperti ini, jadi ia buru-buru menariknya tanda sadar.
Namun, udara di sekitar seolah membeku dalam sekejap.
Keduanya berdiri di taman bermain, tepat di bawah pohon Wutong, salah satu memunggungi yang lainnya, dan tidak ada yang bisa bergerak.
Kini, kemarahan laki-laki yang berdiri di sana—
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com