Sembari mengatakannya, Sang Xia telah membuka laci meja.
Sepertinya ada sebuah amplop di dalamnya.
Tetapi amplop itu tampaknya bukan hanya amplop kosong.
"Apa yang kamu lakukan dengan berdiri dekat dengan pintu? Mengapa kamu tidak mendekat kemari?" Sang Xia memandang Cheng Donglin yang berdiri dekat pintu sambil terus menekan gagang pintu. Dia tampak berhati-hati. Dia benar-benar membuat Sang Xia tidak tahu harus tertawa atau menangis.
"Kakak ipar, jika ada yang harus kamu lakukan, kamu bisa mengatakannya di luar sana ..." Cheng Donglin hanya merasa aneh mendapati Sang Xia yang harus menutup pintu ketika hanya ada mereka berdua di dalam ruangan.
Cheng Donglin menyentuh lehernya sambil bergumam.
Sang Xia yang menatapnya seperti itu hanya menarik sudut bibirnya.
Tanpa membuang waktu, Sang Xia langsung mengeluarkan salah satu dari beberapa tiket di dalam amplop yang sangat terlihat cantik dan rapi dalam pengerjaan teksturnya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com