Lalu adegan mimpinya berubah dan Li Beinian kembali berada di sebuah pabrik yang ditelantarkan dan sunyi itu.
Di bawah tubuhnya, cairan ketuban mengalir ke lantai bersamaan dengan darahnya. Dia terjatuh ke dalam genangan darah itu dan kedua anaknya menggeliat di dalam perutnya.
Tidak ada yang berjalan melewati jalan itu dan tidak ada yang mempedulikannya.
Dia tidak bisa meneriakkan sepatah kata pun.
Rasa sakit yang membuat lubang di hatinya disertai dengan keputusasaan yang menelannya dengan kejam.
...
Di dalam kegelapan, Mu Xichen sedang berbaring di samping Li Beinian dan dia merasakan hawa dingin di hatinya saat mendengar mulut Li Beinian meneriakkan nama itu.
Setiap kali Li Beinian bermimpi kembali di tengah malam, nama orang yang dia teriakkan masih saja Mu Donglin.
Bukan hanya kali ini saja.
Tetapi setiap kali.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com