webnovel

Berterima Kasih Kepada Suami

Redakteur: Wave Literature

Aku bangkit berdiri dan meneliti bagian bawah tubuhku. Aku tidak melihat ada cedera apapun kecuali noda darah. 

Lalu Bei Mingyan menyeka wajahku dengan lembut menggunakan tisu yang sudah ia bawa.

Saat ini, posisinya sangat dekat denganku. Matanya yang seperti burung elang menjadi pemandangan yang indah untukku. 

Entah kenapa, melihat ekspresinya yang serius membuat jantungku berdebar kencang. Tanpa sadar pipiku merona. Untungnya malam ini gelap, sehingga rona di pipiku tidak terlihat olehnya. 

Ketika noda darah di wajahku terhapus, ia menggendongku dan meletakkanku di bawah pohon untuk berlindung dari tetesan air hujan. 

"Tunggu aku di sini." 

Ia mencium keningku lalu bangkit dan melangkah pergi. 

Dengan segera aku menarik tangan Bei Mingyan. Aku tidak tahu mengapa aku melakukannya, hanya saja hatiku benar-benar dipenuhi oleh perasaan yang tak bisa dijelaskan. Jika ia tidak ada di sini malam ini, mungkin aku sudah meninggal. 

Aku tidak tahu bagaimana harus berterima kasih pada Bei Mingyan. Hanya dua kata yang bisa aku ucapkan untuknya, "Terima kasih." 

Ia tersenyum sekilas, "Masih perlu mengucapkan terima kasih kepada suami?" 

Aku tertawa tak berdaya, tidak terbiasa dengan sebutan itu, suami.

Lalu Bei Mingyan berjalan pergi untuk menyelamatkan keluargaku. Setelah kepergiannya, hatiku sangat gelisah memikirkan Xia Qianyang dan aku juga belum mengetahui bagaimana keadaan ayah. Liang Qiu, meskipun ia membenciku, tetapi aku masih tidak menginginkan ia mati sekarang. 

Saat ini, aku tidak punya pilihan lain selain meletakkan seluruh harapanku kepada Bei Mingyan. 

Tiba-tiba langit berwarna merah. Dalam sekejap, cahaya keemasan yang menyilaukan menembus langit, tampak membelah awan gelap dan menerangi sebagian langit. 

Aku memicingkan mataku dan samar-samar melihat dua sosok dalam cahaya keemasan. 

Yang satu hitam dan yang satu putih, tetapi dengan penampilan serupa, mengenakan topi panjang runcing, memakai jubah, memegang rantai cincin besi, dan wajahnya yang terlihat pucat seperti kertas.

Aku bertanya-tanya, apakah mereka Heiba Wuchang? 

Menurut legenda, Heiba Wuchang adalah utusan dari dunia hantu. Jika ada orang yang meninggal, Heiba Wuchang akan datang mengambil jiwanya dan membawanya ke dunia hantu untuk bereinkarnasi. 

Jiwa siapa yang akan mereka ambil? 

Ketika cahaya keemasan memudar, dua orang hitam dan putih itu perlahan mendekati Bei Mingyan dengan kecepatan sangat konsisten.

Bei Mingyan meletakkan tangan di belakang punggung. Matanya yang tajam menatap ke arah Heiba Wuchang, terlihat dingin dan sombong tetapi juga mengungkapkan ketenangan bak seorang raja. 

Aku melihat Heiba Wuchang perlahan bergerak ke depan Bei Mingyan dan mereka memberikan hormat kepadanya. 

"Salam Yang Mulia." 

Aku bingung. Mereka memanggilnya Yang Mulia? Panggilan apa itu? Hantu seperti apa sebenarnya Bei Mingyan? 

Saat Bei Mingyan mengangkat tangannya, sepasang mata elang itu semakin terlihat dingin. "Apa yang kalian lakukan?" 

Heiba Wuchang saling bertukar pandang dan dengan hati-hati berbicara, "Tentu saja untuk mengambil jiwa yang sudah mati, Yang Mulia" 

"Jiwa siapa?" Bei Mingyan mengangkat alis dan tatapan tajam itu terlihat semakin menakutkan. 

Aku terheran-heran melihatnya. Ia selalu bersikap santai di depanku. Aku tidak pernah melihatnya begitu tegas dan mengerikan seperti saat ini. 

Heiba Wuchang menatap ke bawah dan aku mengikuti arah pandangannya. Aku terkejut. Tatapan mereka mengacu pada Xia Qianyang. 

"Orang ini sudah mati. Hamba datang ke sini untuk melapor." Sosok berbaju hitam berkata dengan hormat. 

Bei Mingyan tampak berfikir, lalu perlahan-lahan membuka suara, "Aku telah mengubah catatan hidup dan matinya, dia tidak akan mati." 

Catatan hidup dan mati? Aku berbisik pelan. Apakah ia raja neraka? 

Aku merasa tampaknya aku telah membuka pintu dunia baru malam ini. 

Heiba Wuchang gemetar serta menghela nafas, "Yang Mulia mengubah catatan hidup dan mati secara sepihak. Jika raja neraka mengetahuinya, kita bisa dihukum." 

Bei Mingyan tampak tersenyum tidak peduli, "Jika raja neraka ingin memberi hukuman, dia akan menghukumku. Itu tidak ada hubungannya dengan kalian. Jangan panik."

"Ini ... " Heiba Wuchang tampak bingung. Berdiri tidak, berjalan tidak, dan tetap berjongkok di tempat. 

Bei Mingyan memandangi penduduk desa yang jatuh ke tanah. Ia berkata dengan lantang, "Beberapa orang jahat sudah mati. Jiwa merekalah yang harus kalian ambil."

Heiba Wuchang menghela nafas, "Mereka bertiga tidak ada dalam catatan kematian, tetapi Yang Mulia telah secara paksa membunuh mereka, ini ..."

Sosok berbaju putih juga berkata, "Yang Mulia telah mengubah jumlah hidup empat orang dalam satu nafas, hamba takut jika itu tidak pantas ..."

Bei Mingyan menyentuh bibir tipisnya dan tersenyum dengan menyebalkan, "Apa yang berubah, orang-orang jahat itu juga akan mati, bahkan raja neraka juga mengetahui hal itu. Lalu adakah yang bisa menyangkalku?"

Heiba Wuchang saling memandang dan mendesah lalu menghela nafas panjang. Aku melihat Xia Qianyang yang terkulai jatuh ke tanah dan aku masih enggan untuk mengatakan apapun.

"Sepertinya hamba sudah tidak dibutuhkan lagi di sini. Yang Mulia sudah bisa menjaga diri sendiri." 

Lagipula, Heiba Wuchang harus kembali ke dunia hantu.

"Dasar lambat!" Bei Mingyuan tiba-tiba berseru sambil tertawa, "Kalian berdua sudah melakukan tugas ini selama bertahun-tahun, tapi masih saja membuat kesalahan tingkat rendah?" 

Heiba Wuchang tampak gemetar ketakutan, "Yang Mulia, mengapa Anda berbicara seperti itu?"

Bei Mingyan menjawab dengan nada datar, "Penduduk desa ini telah membahayakan banyak orang dengan memanfaatkan jiwa-jiwa yang kesepian. Apa kalian tidak menyadarinya?" 

Heiba Wuchang saling memandang dan kehilangan senyum, "Ada terlalu banyak orang yang mati setiap hari. Tidak dapat dihindari jika ada beberapa kelalaian. "

"Oh? Ada kelalaian atau sengaja menutup mata?"

Heiba Wuchang segera berjongkok dan gemetar, "Yang Mulia, kata-kata Anda terlalu kasar."

Bei Mingyuan tersenyum dan berjongkok di depan mereka, "Aku tahu kalian mendapat gaji yang sedikit setiap bulan dan raja neraka selalu melakukan tugasnya sendiri. Tetapi dia tidak peduli dengan perasaan para pejabat pemerintahan. Kalian juga sesekali mendapat bantuan kecil tetapi itu tidak terlalu berarti."

Heibai Wuchang tidak lagi menjawab, tampaknya mereka menyetujui apa yang dikatakan oleh Bei Mingyuan. Aku bersembunyi di sisi lain dan aku dapat mendengarnya dengan jelas. Aku tertegun. Tidak menyangka di pemerintahan dunia hantu pun mereka sangat serakah. 

"Adapaun mengubah catatan hidup dan mati..."

Belum selesai Bei Mingyuan berbicara, Hei Wuchang sudah menimpali, "Hamba belum pernah mendengar hal semacam ini, jadi hamba tidak mengerti apa yang Yang Mulia katakan."

Bei Mingyuan tersenyum, mengangguk puas dan tidak berkata-kata lagi. 

Setelah Heibai Wuchang pergi, aku berlari ke arah Bei Mingyan dan menatapnya dengan gelisah, "Apa aku memberi masalah padamu?"

Bei Mingyan menyentuh kepalaku dan tersenyum, "Hal kecil seperti ini mana mungkin membuatku terlibat masalah."

Lalu aku melihat ia membungkuk menghadap Xia Qianyang. Aku tidak tahu apa yang sedang ia lakukan. 

Sejujurnya, aku baru beberapa kali saja bertemu dengan Bei Mingyuan. Tapi aku tidak mengerti mengapa ia melakukan semua ini untukku. 

Jika aku tidak tersentuh, itu bohong. Bahkan jika itu dilakukan hantu sekalipun. 

Setelah beberapa saat, ia bangkit dan berkata kepadaku, "Jiwa adikmu telah kembali. Ayahmu dan wanita itu, mereka tidak terluka. Mereka akan bangun sebentar lagi."

Dalam ingatanku Ayah dan Liang Qiu duduk di barisan depan, semuanya mengenakan sabuk pengaman. Mereka tidak terlalu terluka. Hanya aku dan Xia Qianyang yang mendapat cedera serius, tetapi mereka semua selamat berkat Bei Mingyan. 

Untuk sesaat, dadaku terasa hangat bagai di musim semi. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. 

Aku jarang menangis dan ini adalah reaksi yang tidak pernah aku duga. 

Bei Mingyuan mengerutkan alisnya. Ia lalu menarikku ke pelukannya dan menghapus air mataku. "Sekarang kamu tidur di bawah pohon ini. Aku berjanji ketika kamu bangun, semuanya akan kembali seperti semula. 

Nächstes Kapitel