webnovel

Ah Nian, Apakah Kamu Masih Mencintaiku?

Redakteur: Wave Literature

Li Liunian terdiam cukup lama sambil menatap wajah Tong Yue. Ia juga memikirkan wajah dan mata Tong Yue: wajah kecil seperti melon dan bola mata yang menampakkan kelembutan.

Wajah cantik seperti itulah yang sering diimajinasikan oleh Li Liunian, meski telah berbuat hal kejam. 

Karena sedang dilihat oleh Li Liunian, Tong Yue langsung menunduk; hatinya tidak tenang; dan jantungnya berdebar dengan sangat kencang.

Shen Liunian melihat ada keanehan dari sikap dua orang ini. Shen Liunian akhirnya merasa heran: Li Liunian belum pernah melihat Tong Yue, tapi mengapa ada keanehan seperti ini, atau apakah Li Liunian memang sudah tahu kalau wanita ini adalah Tong Yue? Ataukah Li Liunian telah melihat tanda pengenal Tong Yue di tempat lain?

Kemudian, Li Liunian pun bertanya, "Nona Chen? Marga Chen?"

Ketika Li Liunian menanyakan hal ini, Tong Yue merasa ketakutan. Dia menggeleng dan mengangguk.

"Benar!" jawab Tong Yue singkat. 

"Kalau benar, kenapa kepala Anda mengangguk sambil menggeleng?"

Tong Yue tidak merasa bahagia ketika dirinya tengah melakukan kebohongan.

"Margaku adalah Cheng, sangat mirip dengan Chen. Jadi, aku menggeleng dan mengangguk."

"Hehe~~" Li Liunian tersenyum dingin.

Ada sebuah pepatah mengatakan, wanita cantik sangat pandai berbohong. 

Tong Yue ini memang sedang berbohong, tapi dia malah tampak ketakutan. 

Ketika Tong Yue melihat Li Liunian tersenyum dingin, jantungnya semakin berdebar dengan sangat kencang. 

Waktu lima tahun untuk tidak bertemu membuat Tong Yue menilai, Li Liunian yang sekarang sudah sangat berbeda seperti Li Liunian dulu. 

Tong Yue masih mengingat betul, Li Liunan lima tahun lalu sikapnya sangat lembut, tapi Li Liunian yang saat ini tengah berdiri di hadapannya sungguh berbeda, sikapnya sangat dingin. Selain masalah sikap, Tong Yue juga mengingat hal lainnya, Ah Nian yang dulu sering mengenakan pakaian santai, tetapi saat ini mengenakan jas dan terlihat sangat dewasa.

Perasaan Tong Yue mengatakan satu hal: Li Liunian yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Li Liunian yang dulu.

Li Liunian masih menatap Tong Yue dan anaknya, lalu kembali bertanya, "Presiden Shen, anak siapa ini?"

Tong Yue semakin gelisah ada pertanyaan seperti itu. Kegelisahan itu dikarenakan bila Li Liunian tahu kebenarannya, dia akan membawa pergi anaknya.

Tong Yue pergi begitu saja lima tahun lalu, dan tentu saja hal itu akan membuat Li Liunian marah besar. Di samping itu, Nyonya Li juga tidak mungkin membiarkan cucunya tidak pulang ke rumah Keluarga Li.

Shen Liunian sebenarnya sudah menyadari kegelisahan Tong Yue. Ia mengatakan satu hal dengan sangat tenang: "Yang pasti, anak ini akan menjadi anakku. Bagaimana Xiao Jin?"

Xiao Jin mendengar dan menatap Ibunya, lalu bertanya pada ibunya, "Apakah paman yang ini akan menjadi ayahku, bu?"

Tong Yue menatap anaknya serta melihat Li Liunian. Kemudian, dia terpaksa mengangguk dan menjawab pertanyaan itu: "Benar.." 

Raut wajah Li Liunian langsung berubah. Hatinya penuh dengan amarah, karena wanita yang sedang berdiri di hadapannya itu ternyata seorang pengkhianat.

Li Liunian sempat berpikir, Tong Yue pergi meninggalkannya hanya untuk kembali pada mantannya. 

"Baiklah kalau begitu. Presiden Shen, aku tidak ingin mengganggu kalian. Aku ingin pergi dulu.."

Li Liunian berbalik badan, dan kali ini hanya punggungnya yang dilihat oleh Tong Yue. 

Tong Yue sendiri sangat rindu kepada Li Liunian.

Li Liunian kemudian berhenti berjalan, berbalik badan, menatap Tong Yue, dan mengucapkan kata-kata terakhir, "Nona Chen, suara Anda mirip sekali dengan seseorang yang aku kenal. Tapi sayang, orang itu telah menghilang tanpa kabar selama lima tahun. Aku harap bisa bertemu dengannya suatu hari nanti."

Setelah mengatakan itu, Li Liunian pergi.

Tong Yue hanya bisa terpaku, karena, ia sempat berpikir, ternyata Li Liunian masih mau mencari dirinya.

Tong Yue hanya bisa berkata-kata dalam hati: Ah Nian, apakah kamu masih mencintaiku? Sepertinya tidak mungkin, karena kamu sebentar lagi akan menikah.

Nächstes Kapitel