Sudah tiga hari Rara menunggu kejelasan hubungannya dengan Yusra. Dia tidak mau menghubungi lebih dulu. Karena dia takut akan lebih sakit hati. Dan seolah terkesan mengejar-ngejar seorang lelaki. Rara akhirnya hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Mungkin seperti yang sudah-sudah menghilang tanpa jejak. Rara menyibukkan diri dengan mengajar anak-anak. Senyum tulus dari anak-anak didiknya ini setidaknya bisa membuatnya lupa dengan masalah yang sekarang sedang di hadapinya.
"Bu Lala, kenapa ibu melamun?" tanya Naya yang entah sejak kapan berdiri di dekat meja Rara.
"Eh, Naya ngagetin ibu saja. Ada apa Nay?"
"Saya mau pulang bu. Tapi ibu ngelamun."
"Oh maaf. Sudah jam berapa ini?" Rara melirik jam dinding di kelasnya. "Astaghfirullah sudah setengah dua belas. Maaf ya Naya."
"Iya Bu gapapa." Naya hanya tersenyum melihat Rara gelagapan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com