webnovel

Chapie 12 : Latihan

Bendera dengan paduan warna biru, hijau, dan merah berlambang sebelah sayap burung emas berkibar gagah di atas puncak sebuah gedung pencakar langit. Menjadikan bendera tersebut berkesan sebagai lambang negara yang patut dihormati. Namun, seketika bendera itu sobek setelah kena tebasan sebuah belati berwujud hologram abu-abu di tangan seorang anak laki-laki berusia sekitar dua belas tahunan.

Belati hologram ia putar-putar dengan lihai di tangan kecilnya yang berhias rangkaian sirkuit elektrik rumit berwarna serupa. Lensa mata heterokrom berwarna kelabu dan perak itu memperhatikan pemandangan kota yang terlihat ramai dan padat penduduk, kendaraan berbagai jenis banyak berlalu-lalang, sinar lampu-lampu dari berbagai tempat menghias seisi kota bahkan lebih terang dari bintang-bintang di langit sana.

Pemandangan yang sudah awam ia lihat, membuat ia merasa geli sendiri dengan menyunggingkan seringai dari bibir tipisnya.

"Kota ini benar-benar dipadati penduduk. Apa kita sanggup untuk melakukannya sesuai perintah, Negatif?"

Pandangannya menoleh pada sosok anak yang memiliki rupa sama dengannya, tapi anak itu memiliki rambut berwarna putih, tidak seperti dirinya yang memiliki rambut warna hitam. Anak itu juga terlihat berekspresi lebih melankolis.

"Master sudah memberikan perintah…. Profesor juga sudah semakin meningkatkan kemampuan kita…. Tidak ada alasan untuk ragu, Positif."

Positif semakin melebarkan seringainya saat pandangannya teralih ke kota di bawah mereka. "Haruskah kita lakukan sekarang?"

Dengan pelan Negatif mengangguk.

"Baiklah! Sesuai rencana, kau pergi ke arah timur, aku pergi ke arah barat. Kita akan lakukan setelah saling mendapat sinyal."

Setelah keduanya setuju, Positif dan Negatif langsung pergi dari puncak gedung itu dengan berteleportasi menjadi butiran hologram. Dengan ini, mereka akan memulai tugas mereka atas perintah sang atasan.

Keduanya pergi ke setiap jenis menara elekrik yang memiliki tugas masing-masing, ada yang menghubungkan internet, pembangkit energi, fitur penghubung keamanan, dan segala macam menara lainnya yang menjadi bagian penting untuk menghidupkan kota.

Pada salah satu menara, seorang petugas keamanan terlihat mengecek program sistem yang dijalankan menara, tapi tiba-tiba saja tubuhnya ambruk saat kena tendang Positif yang telah menyusup lewat jendela ruangan. Segera Positif meretas semua sistem CCTV dengan menyebarkan benang-benang hologram yang tercipta dari jari-jemarinya ke semua kamera, menciptakan layar hologram sentuh di depannya, dan memanipulasi semua program CCTV dari mereset rekaman hingga melumpuhkan jalan sistem.

"Oke! Kita mulai dari sini."

Sempat Positif meregangkan kedua tangan bersirkuit elektroniknya sebelum mengotak-atik setiap papan ketik di hadapannya. Jari-jari kecil itu dengan cepat mengetik semua tombol-tombol yang ada secara teratur, sesekali mata heterokromnya membaca data-data program yang mulai bermunculan dengan cepat di layar monitor. Satu tangannya juga sempat menciptakan beberapa monitor hologram, mengotak-atik monitor itu pula hingga menciptakan benang-benang yang terhubung langsung ke mesin setiap komputer.

"Hei…. Ternyata menara jenis ini terhubung dengan beberapa menara lain, mungkin ini menara pusatnya," ucapnya senang, "Dengan ini, pekerjaanku jadi semakin mudah."

Sambil bersenandung ria, Positif menggulir beberapa file program dari monitor hologramnya ke komputer pusat seakan-akan menjentikan beberapa kerikil, mengirimkan program-program itu ke sana. Ia kembali mengubah sedikit program utama komputer lalu menginstal semua program yang ia kirimkan dengan satu klik.

"Siap!"

Positif tersenyum bangga ketika melihat semua layar komputer kini memperlihatkan tampilan proses penginstalan. Tinggal tunggu instal selesai, maka mereka siap ke tahap selanjutnya.

"Apa kau sudah selesai di beberapa menara, Negatif? Aku sudah selesai banyak nih dalam satu tempat saja," kata Positif dengan bangganya lewat sambungan komunikasi di earpiece.

Di seberang sana, beberapa macam robot keamanan terkapar tidak aktif dengan percikan listrik bermunculan, menandakan jika semua robot rusak. Sosok Negatif sibuk mengetik semua sistem program yang ada pada komputer utama di hadapannya. Ia juga baru saja selesai setelah tampilan komputer beralih ke tahap instal.

"Aku juga sudah menyelesaikan urusanku, Positif," balas Negatif lewat earpiece sambil meregangkan sedikit pergelangan tangannya yang agak pegal. "Cukup retas menara utamanya, bukan?"

"Haha…! Kukira kau tidak tahu cara itu," ledek sedikit Positif. "Oke, kita langsung saja ke posisi yang telah ditentukan."

Setelah memutuskan komunikasi, mereka berdua kembali berteleportasi dari menara masing-masing. Layar komputer-komputer yang mereka rentas kini telah memperlihatkan warna layar abu-abu dengan lambang pixel zodiak Gemini dalam bentuk tengkorak.

….

Kini Positif telah sampai di bagian barat perbatasan kota, begitu juga dengan Negatif yang sampai di bagian timur perbatasan. Dari lokasi yang berbeda itu, Positif dan Negatif kembali mengetik banyak program lewat monitor-monitor hologram yang tercipta di sekitar mereka. Memeriksa semua sistem menara elekrtonik yang telah mereka rentas dan mengatur sedikit program tambahannya. Setelah semua beres, mereka menggesek monitor hologram hingga lenyap, lalu mengulurkan telapak tangan mereka ke arah kota.

Telapak tangan Negatif maupun Positif kini diselimuti oleh butiran hologram berwarna abu-abu, sirkuit-sirkuit elektronik di seluruh bagian tubuh hingga wajah mereka pun mulai menyala dengan warna serupa, dan di kedua mata mereka yang menyala bermunculan pula butiran-butiran hologram.

Langit malam seketika memunculkan aliran-aliran sirkuit elektronik besar membelenggu kota itu. Warga kota kebingungan saat menyadari kehadiran sirkuit-sirkuit aneh di langit, menurut mereka hal ini tidak lazim terjadi. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan ledakan di beberapa jenis kendaraan transportasi, pecahnya beberapa lampu kota, hingga bermunculan sebuah lambang Gemini tengkorak di setiap monitor yang tersedia di sepanjang jalan kota dan gedung-gedung.

"Kehancuran yang cantik dimulai," gumam Positif dengan seringainya.

'[Program Magnet : Diaktifkan!]'

Sisi barat dan sisi timur kota tiba-tiba saja hancur, seakan-akan didorong dari kedua sisi tersebut. Negatif berusaha mendorong sisi timur kota, sedangkan Positif berusaha mendorong sisi barat kota. Hal itu mengakibatkan kerusakan sangat fatal dalam waktu singkat, menghancurkan seluruh kota, dan membunuh banyak penduduk tanpa memberi waktu warganya untuk menyelamatkan diri.

Gaya Program Magnet yang saling tarik-menarik antara Positif dan Negatif 'lah yang membuat kota terdorong ke tengah-tengah. Hal itu juga menyebabkan aliran listrik bermunculan di sekitar kota, menyambar-nyambar hingga menghancurkan kota serta penduduknya berkeping-keping.

Pemandangan kehancuran kota ini sungguh menghibur kedua saudara kembar itu. Hal seperti inilah yang mereka inginkan selama ini. Sebuah tugas yang diberikan sang Master adalah suatu kehormatan bagi mereka tuk mengembannya.

Setelah dirasa kota telah hancur dan terbakar habis. Positif dan Negatif saling menarik diri dengan energi sistem program mereka yang masih aktif. Keduanya saling melesat ke tengah-tengah kota hingga mereka mendarat di sana, di antara kota yang telah dilahap habis oleh api dan disambar puluhan listrik bertegangan tinggi.

"Ini menyenangkan 'kan, Negatif?" tanya girang Positif saat matanya tak henti melihat ke sekitar kota.

Negatif hanya bisa mengangguk sambil menyunggingkan senyum senangnya.

Inilah akhir dari tugas mereka, berjalan dengan lancar sesuai perintah atasan sindikat.

~*~*~*~

Hari sudah menjelang pagi, sinar mentari menembus dari balik tirai-tirai putih menerangi sebuah kamar sang pemilik disertai udara mengisi kamar tersebut. Sosok pria berambut pirang bertelanjang dada masih tidur dibuai mimpi indah di atas ranjang putih empuknya, tak peduli pagi telah tiba.

Tanpa ia sadari, sosok berambut perak panjang perlahan menyembul keluar dari balik sisi ranjang dengan sebuah pengeras suara siap di tangan. Sempat ia geleng-geleng kepala melihat rekannya itu masih belum bangun juga di jam segini. Sudah waktunya untuk membangunkannya.

"BANGUN, NYET!" teriak pria berambut perak itu menggunakan pengeras suara.

"WEANJEEERRR!!!"

Si pirang seketika jatuh dari ranjang dengan posisi wajah lebih dulu membentur lantai. Untuk kesekian kalinya semenjak ia diterima menjadi Agent organisasi, dia selalu saja mendapat ciuman mesra di lantai.

"Bangun, Rick…!" Pria itu memanggul pengeras suaranya di bahu. "Ini sudah waktunya kita latihan dengan Kapten Golden."

"Latihan apa…?" Tak peduli apa-apa, Rick naik kembali, berbaring di ranjang sambil menenggelamkan wajahnya di bantal. "Emang ini masih jam berapa, sih?"

Sejenak Regan menengok ke arah jam digital di atas nakas. "Jam tujuh. Janjinya 'kan jam delapan sudah ada di lapangan belakang."

"Nah! Masih terlalu pagi juga," ucap Rick masih menenggelamkan kepalanya di bantal.

Regan bersungut sebal, "Terlalu pagi apa, coba?"

"Ada apa ini?"

Terlihat Horu baru saja ikut masuk ke dalam kamar Rick dengan pakaian olahraga lengkap dan tak lupa handuk menggantung di lehernya. "Rick belum bangun juga?"

"Sudah." Regan bersedekap. "Tapi tidak mau beranjak juga."

"Aduh, Rick…." Horu menatap Rick. "Cepetan bangun. Nanti diomeli Kapten Golden lagi kayak kemarin."

"Biarin! Bomat diomelin Pak Tua brengsek itu lagi…!"

Horu hanya menghela nafas. Lagi-lagi bahasa binatang keluar dari mulut Rick, apalagi pria itu menyebut kapten mereka sendiri dengan tidak sopan. Mungkin hubungan antara Rick dan Golden cukup buruk.

"Hei, teman-teman."

Horu dan Regan menoleh ke arah pintu, dimana kepala Kobra menyembul dari balik pintu. Pria Emo itu datang hendak menyapaikan sesuatu.

"Ada apa, Kobra?" tanya Regan.

Dengan nada datar seperti biasa Kobra menjawab, "Ada kabar bahwa untuk menyambut pengangkatan semua Agent baru, makanan di kafetaria tersedia gratis selama tiga hari."

Seketika mata Rick melek, tubuhnya pun langsung menegak di atas ranjang. Masih bertelanjang dada dengan rambut pirang acakan serta bekas iler masih mengotori wajah, secepat kilat Rick berlari keluar kamar melewati Horu dan Regan, bahkan hampir menabrak Kobra yang masih berdiri di pintu.

Kobra masih berekspresi datar, Horu hanya terkikik geli, sedangkan Regan menganga tidak percaya melihat reaksi Rick langsung semangat hanya karena mendengar makanan di kafetaria digratiskan. Horu sendiri sudah tahu tabiat Rick bahwa pria pirang itu memang tidak mau ketinggalan dengan hal-hal berbau uang dan gratis.

"Woi! Kagak mandi dulu?!" teriak Regan sambil mengejar Rick keluar kamar.

….

Pagi berlalu cepat sampai waktu menunjukan pukul sebelas. Selama menghabiskan pagi itulah, tim bimbingan Golden melatih diri di hari pertama dengan lari pagi, Push Up, Sit Up, Squad Jump, angkat beban, dan latihan melawan beberapa robot pelatih, sampai pada akhirnya mereka tepar di padang rumput halaman asrama karena kelelahan.

Sinar mentari terlihat begitu terik di langit biru, membuat pandangan mata biru milik Rick merasa kesilauan. Ini adalah hari pertama dia tinggal di asrama sebagai Agent organisasi, suatu pengalaman pertama yang kelak akan mengubah hidupnya. Itulah yang Rick pikirkan saat tanpa sengaja pandangannya menangkap obyek tidak beraturan awan, mengingatkannya pada bayangan wajah sang mendiang ayah.

"Haaaah…." Rick bangkit dari posisi berbaring sambil mengucek-ngucek matanya. "Melelahkan sekali latihan— Adoh!"

Tubuh Rick kembali tepar di atas padang rumput ketika sebuah botol air isotonik melayang mengenai kepala pirangnya cukup keras. Sumpah serapah ala bahasa binatang meluncur spontan dari mulut Rick, sebal dengan siapa yang iseng melempar botol dingin ke kepalanya.

"Kau payah dalam menangkap botol, Rick," ledek Golden, berdiri di hadapan mereka.

Rupanya Golden yang membagikan botol-botol isotonik ke para Agent bimbingannya itu dengan melemparnya satu-satu. Setiap dari mereka mampu menangkapnya, tapi karena terlalu lama melamun jadinya Rick tak sadar jika ada botol terlempar ke arahnya.

"Kalau reflekmu buruk seperti itu, kau bisa diserang musuh dengan mudah kapan saja," lanjut Golden lagi terkesan menggurui.

Buru-buru Rick bangkit kembali sambil mengomelinya, "Kau yang melempariku keras, Pak Tua! Memangnya kau punya dendam kesumat sama aku?! Dari kemarin sampai sekarang, aku terus kena imbasnya!"

"Kau tadi memang terlihat terlalu lama melamun, Rick," timbrung Regan pula yang duduk di sampingnya.

"Kau itu sama nyebelinnya kayak Pak Tua," omel Rick pada Regan, "Dari pertama ketemu pun, kau selalu berlagak songong."

"Oh?!" Regan menaruh botol isotonik di sampingnya, menatap jengkel ke arah Rick. "Gimana kalau kita berantem, yok?!"

"Hayok!" jawab Rick sambil menggulung kedua lengan jaket.

Melihat pertengkaran keduanya, membuat Horu bersuara, "Kalian ini… dari kemarin selalu saja berantem."

"Udah…. Udah…! Enggak usah pada berantem," kata Golden menengahi, "Setidaknya latihan kalian tidak seberat latihan anak-anak tim bimbingan Kapten Amber."

Jempol Golden menunjuk ke arah rombongan lima pria seperti mereka, berlari panik saat dikejar-kejar rombongan robot anjing sambil diteriaki Amber yang tengah mengikuti menggunakan skuter canggihnya sambil memukul-mukulkan cambuk di udara.

Mereka menatap ngeri latihan yang didapat tim tersebut, cukup berat dan mengerikan. Sempat Rick mengenali salah satu di antara anggota tim yang dilatih berat itu. Ia pun berbisik pada Xeno yang duduk di samping satunya.

"Hei, Xeno. Itu 'kan Garuda, teman satu kamar kita dulu pas lomba."

"Iya, Pyo…." Xeno mengangguk saat melihat sosok yang dimaksud.

"Enggak nyangka dia bakal satu tim sama mereka," komentar Rick, "Kapten pembimbingnya Kapten Amber pula."

Saat tim tersebut terus berlari hendak melewati mereka, iseng-iseng Golden menyapa Amber.

"Hei, Amber! Jangan galak-galak sama tim Agent sendiri," goda Golden pada wanita berambut pirang ponytail itu.

Dari kejauhan Amber menyahut dengan suara galak, "Bodo amat! Timku bakalan mengalahkan timmu kelak! Awas saja kau, Golden!" Lalu, wanita itupun berlalu sambil terus melatih timnya dengan latihan mematikan.

Golden hanya bisa tertawa sambil geleng-geleng kepala menanggapinya. Dari dulu sampai sekarang, hubungannya dengan Amber memang kurang baik. Amber selalu saja berani menantangnya dan bersumpah untuk mengalahkan Golden dari berbagai bidang. Tapi tetap saja, akhirnya Golden juga yang selalu menang. Yaaa, walau memang ada beberapa bidang yang bisa dimenangkan Amber.

"Jadi—."

"Kapten Golden!"

Ucapan Golden terhenti ketika seorang petugas keamanan berseragam menghampirinya sambil membawa sebuah tab, ditemani pula seekor anjing robot di samping sang petugas.

"Ada apa?" tanya Golden terlihat berwibawa.

"Pihak operator sama sekali tidak bisa menghubungi email Anda," kata sang petugas keamanan, "Mereka ingin mengirimkan pesan penting."

"Oh! Sungguh?" Golden mengecek email pada tabnya. "Memang tidak ada pesan apapun masuk selama enam jam ini. Kurasa akunku rusak, musti diperbaiki nanti. Memangnya, pesan apa yang ingin disampaikan padaku."

"Ini, Kapten."

Sang petugas keamanan memperlihatkan pesan penting dari dalam tab yang ia bawa pada Golden. Mata emas Golden membaca setiap isi pesannya dengan teliti. Setelah selesai, ia kembali menyerahkan tab itu pada sang petugas.

"Katakan saja pada pihak operator bahwa aku menerima yang satu itu."

"Baik, Kapten."

Setelah membungkuk sesaat dan mencentang pesan yang telah dibaca Golden di tab, sang petugas keamanan segera pergi bersama anjing robotnya.

"Baiklah, cukup untuk latihannya hari ini," kata Golden pada Rick dan rekan-rekan, dia mengembangkan senyum lebar, "Kalian harus siap menjalankan misi pertama kalian."

~*~*~*~

Nächstes Kapitel