webnovel

Legenda Pitung Bule (II)

Kol. Zaney memiliki masalah yang luar biasa besar. Ia kehabisan senjata lagi.

Padahal ia sudah memunguti senjata dari prajurit eIndonesia, lalu menggunakan pisau rambonya bagaikan maniak pisau, namun pada akhirnya ia terdesak di luar kemauannya. Perang gerilyanya dalam hutan ini sepintas terlihat seperti langkah terbaik, bahkan membuatnya bisa berhadapan beberapa kali dengan pasukan eIndonesia dan menghabisi mereka semua.

Namun ia kini terkepung, terisolasi. Kunci perak yang menggantung di kulit dadanya terasa dingin, tapi juga berminyak. Peti emas itu mungkin aman berada dalam hutan, namun persediaan senjata di dalamnya sudah habis. Dan gudang penuh senjata yang dijanjikan perdana menteri ada di seberang markas prajurit eIndonesia. Ia harus melalui lautan prajurit musuh untuk mencapainya...

Yang merupakan hal yang mustahil, bahkan bagi seorang Zaney sekalipun.

Terdengar suara gemerisik halus. Langkah kaki mendekat, kali ini makin keras, bagaikan celeng liar. Derap langkah kaki itu membuat telinga Zaney berkedut, memproses. Lima puluh prajurit! Dengan semena-mena merambah hutan ke arah barat, akan melewati tempat persembunyiannya dalam hitungan menit.

Zaney memasang magazin peluru terakhir di senapan semi-otomatisnya. Ini akan jadi tembakan kalkun lagi, dan mudah-mudahan, bisa memanen beberapa senjata curian. Ia melihat ke jamnya yang menyala dalam gelap. Sudah pukul 23:00. Sebentar lagi pergantian hari. Ia harus menyelesaikan perburuan yang ini sebelum pergantian hari. Ia barus saja hendak mulai bergerak ketika ia mendengar suara halus di belakangnya. Ia nyengir.

"Kita harus selesain ini sebelum ganti hari. Si pitung bisa nyembuhin diri atau ngapain setelahnya. Bahaya bener." Suara komandan regu berbisik.

"Kalian denger kan? Tim Bambu Runcing, jalan lebih cepat! Gak pake ngeluh!" Suara dari walkie talkie menyalak.

"Ya! Komplen apa pun bakal kena potong bonus!"

"Bonus? Emangnya ada bonus? Dasar atasan! Kita dijadiin ikan teri buat mancing ikan hiu!"

"Shhh! jaga mulut! Kita ini emang prajurit non-gajian tauk! Sadar diri! Ucap sukur uda mo dijanjiin bonus..."

"Janji mulu! Enak aja! Kita cuma dikasih bambu runcing disuruh lawan T-rex! Mendingan silat sekalian."

"Lu mau silat beneran lawan Zaney? Tuh orang Dan 9 Jujutsu, matik kita dipretelin ama dia."

"Woi! Kalian belagak jumawa tadi pas injak-injak prajurit Aussie, sekarang pada gemeter semua. Ayo maju, tuntaskan misi abis itu kita bisa balik ke barak."

"Sialan Zaney... Sialan... Udah berapa orang dia abisin? Saya kaga mau mate..."

"Aduh mak... maknyoss tenan nasib ambo... nak merantau ke ausie malah jadi umpan pelor..."

Setelah mengintai mereka selama lima menit, prajurit solo itu melihat lima puluh prajurit eIndonesia lewat dari tempat persembunyiannya. Mereka tengah berduyun-duyun menuju sebuah bukaan hutan. Ia tidak akan membiarkan mereka mencapai bukaan hutan itu, dan ia ada di titik buta mereka. Ia melesat dan mendarat enam meter di belakang mereka.

"Makan peluruku! Tukang makan nasi!" RATATAT-RATATATT!

Prajurit bersenjatakan bamboo runcing itu segera berpencaran kabur, liar, lalu bergeletakan tersambar peluru. Sementara beberapa prajurit yang cukup berani mendoncang ke arahnya, namun ia berhasil menembaki mereka semua. Dalam kurang dari tiga menit, pembantaian itu seelsai. Tiada satu pun yang selamat.

Ia mendekati tumpukan jenazah korbannya, "Anjer! Gak ada senjata sama sekali... cuman bamboo! Ini perangkap!"

Kontan terdengar suara seperti letusan cambuk dari belakangnya, "Kamu terperangkap, Zaney. Menyerahlah!"

Selusin lebih prajurit berpakaian ninja bersalto dan berlentingan dari pohon-pohon di sekitarnya dengan keanggunan mematikan. Selusin pasukan berbaret lainnya muncul, dengan bersenjata lengkap. Aura kematian memancar dari setiap prajurit itu.

"Indonesian elites!" desahnya.

"eAustralia sudah tamat, Kol. Zaney. Hentikan upayamu yang sia-sia," seorang kopassus bicara lewat megaphone mungil.

"Mwahahahaha! Lihat dia! Senjatanya tinggal piso ama bambu runcing..."

"Sini tanding bambu runcing lawan bambu runcing saya..." goda satu prajurit.

"Lol flik, jangan gak sabaran gitu. Malam masih panjang."

"Cukup ah ngobrolnya! Bunuh dia!"

Pasukan elit/ninja itu menyerbu, mengeluarkan aneka jenis senjata mereka yang jelas mengancam keselamatan musuh mereka. Akan tetapi, di detik yang menentukan itu, sasaran mereka, prajurit tunggal itu tersenyum, "Sori guys. Aku tak pernah bilang kalo aku Zaney. Aku cuma pinjam bajunya sebagai imbalan dia bakal rawat nenek saya di Yorkshire. HIDUP PASUKAN TERJUN PAYUNG eINGGRIS!"

Lalu ia merobek bajunya sendiri dan memamerkan C4 yang dibalut lakban di seputar tubuhnya. Lalu modul picu ledak yang ia pencet, "Makan ini, pecandu nasi goreng!"

Ledakan hebat mengguncang hutan!

Jeverag tidak bisa memercayai matanya. Zaney berhasil mengelabui mereka menggunakan bom bunuh diri tentara eInggris! "Mana kamu Zaney?! Kampret lu! Tunjukkan dirimu!"

Tapi Kol. Zaney, betulan, tidak mau menjawab. Ia memang ada di sekitar situ buat mengawasi, namun ia telah buru-buru menyelinap pergi. Ia kini bagaikan mesin pembunuh. Memburu pasukan elite eIndonesia yang selamat dari ledakan! Jeritan dan tangis membahana, antara api dan abu tempat ledakan, ia terus menembak dan membantai. Saat senjatanya habis, ia lekas-lekas kabur.

"Itu dia! Tangkap dia!!" Jeverag berseru.

All-x melakukan peregangan otot-ototnya yang setebal T-rex, "Sudah kubilang kan ini ulah Zaney. Tunggu di sini, Jeverag, bilang ama irfan ama telorkuda buat tetep laksanakan rencana awal. Biarkan saya urus satu ini."

Zaney berlari mengejar, saat melihat ada kiriman paket senjata dan obat-obatan yang dijatuhkan lewat parasut. Paket itu jatuh di sebuah bukaan hutan, namun ketika ia mendapatkannya dan membongkarnya, isinya cuma setumpukan bakso beku. Setelah melihat lebih saksama, ia melihat bendera merah putih di peti kayu itu.

Ia masuk jebakan!

"Baksoku enak, kenapa gak elu coba rasain?" Mamangbakso muncul dari samping bukaan hutan itu. Irfan_is_back, Prince Rizkyputra komandan batalion Ninja, serta puluhan banser IDS muncul! Kemurkaan Zaney tak terbendung lagi. Ia mengangkat peti bakso itu dan melemparkannya ke para pengepungnya!

Dalam kekacauan dan lontaran bakso ke segala penjuru, Zaney berhasil menembus kepungan dengan bermodalkan kepalannya! Punggungnya tertembak tiga kali, namun dengan tenaga dalamnya, ia berhasil mementalkan peluru itu dari punggungnya. Prince Rizkyputra dengan sebat mengekornya!

Tengah malam makin mendekat. Sudah tiga jam ia berperang gerilya dalam hutan itu. Kol. Zaney akhirnya terkejar oleh Ninja Rizkyputra. Ninja itu segera membuat klon-klon bayangan dirinya yang bergerak demikian sebat hingga Zaney praktis terkepung. Namun dengan raungan buasnya, Zaney menonjok salah satu bayangan Rizkyputra. Tak nyana Prince Rizkyputra yang asli ikut mencelat!

Zaney kini berada dalam kondisi batin yang bagaikan binatang buas. Ia bisa mencium bahkan wangi deodorant paling halus dari tubuh ninja lawannya. Itulah sebabnya pukulan mautnya berhasil menghantam telak. Salah sendiri Prince Rizkyputra punya sifat suka menggoda perempuan di tangsi.

Zaney hendak memberikan tonjokan penutupan ke Rizkyputra. Ia sudah menindih badan Rizkyputra dari atas, ketika sebuah pohon terbang, gelondongan berikut dengan akar-akarnya yang masih segar melesat ke arahnya dari samping!

Zaney berseru dan berguling tepat pada waktunya! Gelondongan itu mendarat tepat di atas Rizkyputra. Zaney terperangah ketika menoleh ke arah gelondongan kayu itu berasal.

All-x tengah mengayun-ayunkan sebuah pohon di tangannya dengan begitu ringannya seperti mengayun-ayunkan tusuk gigi saja.

"Rizkyputra sori.... Nah, Zaney… Ayo sini."

Zaney hanya bisa merutuki nasib. Namun ia tidak punya pilihan lain. Selain bertempur!

Ayunan pohon raksasa berikutnya nyaris membuat dirinya rata seperti kue bulan. Akan tetapi, Zaney berhasil mengelak, bahkan ayunan berikutnya, Zaney berhasil naik di atas batang pohon itu. Herkules eIndonesia itu, mengagetkannya, melepaskan batang pohon itu dengan senyum, "Terlalu lambat buat mengenaimu. Tinjuku mudah-mudahan bisa."

"Ia pintar!" pikir Zaney. Ia melompat hingga mendarat di tanah, lalu berlari kencang kea rah all-x. Ia diam-diam meraih pisau terakhir dari balik sakunya.

Pisaunya lawan tinju raksasa all-x, siapa yang bakal menang?

23:59:55...

All-x menerjang ke arah Zaney dengan tawa gila.

23:59:56.... empat detik sebelum pergantian hari...

Zaney bisa merasakan keberuntungannya surut. Ia lebih cepat tapi jelas all-x lebih segar dan jauh lebih kuat... Bayangan seperti telor melesat menabrak karang raksasa membayang-bayanginya...

57...

Tiba-tiba sebuah kerikil besar muncul menyandung kaki all-x.

"Bangs*&!!!!!" teriaknya ketika tersandung.

58...

Zaney tak mengira akan mendapatkan kesempatan emas seperti ini. Ia mengincar titik maut di tubuh all-x, ketika kakinya juga mendadak kesangkut kerikil besar-besaran! "Shittttt!!"

Kepalanya bertumbukan dengan kepala all-x! Duel maut itu berakhir dengan hasil seri yang menggenaskan!

Lalu hari pun berganti.

Ketika ia sadarkan diri, Zaney tengah berdiri di ruang kontrol pasukan. Hari masih siang, bukannya tengah malam. Ia kenal sekali momen itu... bak deja vu.

Suara dari radio menyalak, "Tolong! Aku dari RAF! Aku dikepung Indo…! Agh!.... bzzztt… (suara statik radio)."

Nanar, ia melihat ke belakang. Tiga mayat pasukan eIndonesia bergelimpangan di lantai dengan kepala tertembak. Ia melihat ke peti berisi senjata dan emas miliknya.

Isinya masih penuh…

Tidak mungkin… Apakah segalanya tadi hanya mimpi?

"Direset? Semua pertempuranku direset! Apa gunanya aku berjuang mati-matian berjam-jam! Mimin dodol!" Teriaknya parau ke langit-langit.

Namun Mimin hanya membisu.

Setelah memaki-maki beberapa lama, Zaney pun capek sendiri. Ia mendadak tersadar. Ia berada di pusat markasnya… tepat di samping Gudang Senjata eAustralia!

Kunci peraknya berkilau-kilau tertimpa sinar mentari.

Jeverag dan irfan_is_back luar biasa murka dalam tenda mereka, saat mendengarkan suara eGod menjelaskan dari langit, "Para prajurit, maafkan kerusakan server kami. Kami harus memperbaiki beberapa bug jadi kami me-reset semua pertempuran. Semua emas dan senjata yang terpakai, juga korban jiwa, telah kami pulihkan lagi dari data awal pertempuran. Nah, silahkan berperang lagi dengan penuh semangat. Love, mimin."

"Mimin terkutuk! Bahkan memihak Kolonel sialan itu!"

"Pitung.... Dia memang Pitung..." desis Jeverag.

Bersambung ke Bagian III...

Nächstes Kapitel