webnovel

Tingkah Laku Kim Daehyun Yang Aneh

Ia menyeringai setelah mendengar kata-kata itu dan berbicara dengan nada ringan, "Aku ada undangan makan malam dengan rekan bisnisku di hari Minggu nanti, tapi aku akan mencoba untuk memindahkan jadwalku jika kau masih ingin pergi ke festival itu. Aku akan memerintahkan asistenku untuk mengurusnya." Kata-katanya sangat halus dan penuh rayuan. Kemudian, ia menyentuh kepalaku dengan lembut. "Kita akan ke sana, oke?"

Aku tersenyum setelah mendengar kata-kata itu darinya — kata-kata yang membuatku senang. Jika aku meminta sesuatu kapan saja, lalu ia akan menjawab seperti yang ia lakukan sekarang, aku mungkin tidak perlu berprasangka buruk seperti sebelumnya.

Namun, sesuatu seperti itu sudah menjadi hal paling langka yang jarang aku temui seolah-olah itu adalah meteorit yang melintasi bumi sekali dalam seratus tahun. Kalau itu bisa disebut keberuntunganku, maka selebihnya hanya kesedihan yang menjadi kutukan seumur hidupku. Tetapi apa pun namanya, entah itu mukjizat atau keberuntungan atau ia yang sudah bertaubat, maka aku hanya perlu merasakan apa yang harus aku syukuri di sisa waktu ini. Lagipula, aku seharusnya tidak menyia-nyiakan apa pun yang dijanjikan olehnya atau aku akan mati dengan semua luka yang kumiliki tanpa sedikit pun kebahagiaan.

Setelah beberapa lama, kami pun tiba di tempat kerjaku. Dengan senyuman dan ciuman, kami berpisah. Aku pun bergegas ke ruanganku dengan tergesa-gesa karena sudah terlambat untuk bekerja.

Beberapa jam dihabiskan dengan banyak file, suara pintu terdengar bergema dalam kesunyian. Seseorang yang sangat akrab memasuki ruangan dengan senyuman akrab. Ia berjalan dengan anggun dan sepertinya membawa suasana yang menyenangkan.

Namun, tanpa peduli, aku tetap fokus pada komputer dan pendataan yang aku kerjakan.

"Chunghee ...."

Mendengar ia memanggil namaku dengan nada yang sangat akrab, aku segera berhenti bekerja dan mengangkat wajahku.

Ia pun tersenyum saat melihatku. Ia bersandar malas ke ambang jendela ruangan, dengan matanya yang tajam tetapi ada kelembutan yang samar di dalamnya. Ia tampak keren dengan Single Breasted Suit gelap yang ia kenakan, dengan dasi yang diikat rapi di lehernya yang panjang. Ia terlihat lebih menawan dalam penampilannya saat ini dan memiliki aura memikat yang cukup kuat seperti feromon untuk memenuhi ruangan ini. Siapa lagi, ia adalah 'tuan muda yang terhormat' dari Keluarga "Kim".

Selama beberapa hari aku tidak melihat wajahnya, itu membuat wajahnya terlihat lebih tampan ketika aku melihatnya pertama kali hari ini. Tetapi, kebiasaan buruknya saat ia masuk ke ruangan orang lain adalah hal terburuk. Itu membuat semua kelebihan itu seperti bunga mekar dan kemudian busuk seolah-olah tersapu air laut yang surut.

Dengan ekspres cemberut di wajahku, saya berbicara, "Setidaknya, kau harus mengatakan 'permisi' ketika kau memasuki ruangan seseorang. Apa kau tidak pernah diajari mengenai 'sopan santun' saat kau datang ke rumah seseorang?"

Mendengar hal itu, ia tertawa terbahak-bahak. "Sepertinya Kim Daehyun yang bodoh ini sangat membutuhkan seseorang untuk mengajarinya mengenai 'sopan santun' karena ada seseorang yang selalu bersikap seolah-olah ia adalah ibunya."

Aku menghela napas berat, berusaha untuk tidak jatuh pada lelucon itu dan kembali fokus pada pekerjaan di hadapanku, berpura-pura tidak terlihat khawatir.

Jika ia bukan presiden di perusahaan ini, aku mungkin akan mengusirnya dari ruangan ini. Lagipula, itu sudah cukup berbelas kasih hanya dengan mengucapkan kata-kata itu.

Namun, sesuatu yang lebih mengejutkan aku baru saja terjadi. Betapa terkekutnya aku ketika tangannya sudah memeluk tubuhku dari belakang. Itu membuatku menghentikan pekerjaanku seketika, dan tersentak ke samping. Itu adalah sesuatu ... di luar harapanku ...

Kaget, aku secara spontan pun berdiri hingga ia melepaskan tangannya dari tubuhku. Lalu, aku berbalik ke arahnya, menatap wajahnya dengan jantung yang berdebar kencang.

"Chunghee, ada apa?" sambil bertanya, ia menatapku dengan heran.

Aku membeku sejenak. Itu adalah tindakan yang disengaja, bahkan wajahnya tidak terlihat menyesal yang mengkonfirmasi segalanya. Sambil tetap menatap wajahnya, aku berpikir, 'Ini tidak benar. Ada yang salah dengan dirinya. Ia terlihat berbeda dari dirinya yang sebenarnya. Ia aneh hari ini.'

Tetapi, aku mencoba untuk mengalihkan perhatian dari pikiran itu, berpikir bahwa itu adalah lelucon yang ia katakan.

Ia kemudian menyentuh wajahku dengan lembut dengan kedua tangannya. "Aku khawatir denganmu beberapa hari ini."

Aku melepaskan tangannya secara refleks, mundur selangkah, dan berbicara, "Ah, aku ... maaf. Aku hanya terkejut." Sambil menurunkan pandanganku, aku berbicara dengan sangat canggung.

Ia pun menarik napas dalam-dalam, lalu berbicara dengan sungguh-sungguh, "Aku datang ke sini untuk melihat keadaanmu. Apa kau sudah merasa lebih baik sekarang? Jangan memaksakan dirimu terlalu keras untuk bekerja."

Aku mengangguk sekali, mengkonfirmasi pertanyaan untuk menghindari pertengkaran.

"Apa kau ingin pergi makan malam denganku?"

Mendengar tawaran itu, aku pun seketika mengangkat mataku. Tertegun sejenak, aku menjawab dengan suara rendah, "Maaf, aku tidak bisa. Aku harus pulang sore ini."

Ia mengangkat alis, menunjukkan wajah yang mencurigakan. "Kenapa? Ini tidak biasa. Apa wanita yang tinggal bersamamu sedang menunggu di apartemenmu malam ini? Hmm, sayang sekali karena tidak bisa makan malam denganmu malam ini."

Meskipun ia berbicara dengan tenang, nada suaranya sendiri terdengar mengejek. Aku berteriak, "Daehyun, kau tidak sopan!"

Kata-katanya terdengar mengerikan di telingaku sehingga membuatku semakin tidak senang. Aku tidak pernah berpikir bahwa ia akan mengatakan hal seperti itu kepadaku. Itu merendahkan harga diriku!

Ia tampak kaget saat melihatku menunjukkan wajah kesal, dan tiba-tiba ada keheningan saat mendengar suaraku yang terdengar marah. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia hendak meninggalkan ruangan ini.

Namun, menyadari bahwa perilakuku memang sedikit dilebih-lebihkan untuk sebuah kata yang mungkin hanya berupa lelucon darinya, aku segera meraih lengannya, dan berkata dengan penyesalan yang tulus, "Daehyun, maafkan aku. Jangan ... Jangan tersinggung. Aku hanya mencoba memperingatkanmu. Maaf, jika itu terlalu berlebihan."

Ia menoleh ke arahku, lalu menyentuh wajahku sambil berkata, "Hei, tidak apa-apa. Aku salah karena mengatakan itu. Maafkan aku. Kau benar. Kau harus segera pulang dan istirahat."

Aku pun melepaskan cengkeramanku di lengannya perlahan-lahan dan membiarkannya pergi dengan kekhawatiran yang terukir jelas di wajahnya.

Setelah Daehyun meninggalkan ruangan ini, aku menjatuhkan tubuhku di sofa. Aku meletakkan tangan di atas kepalaku dan merasa sangat bersalah. Kepalaku seakan-akan berputar dalam pikiran yang samar-samar dan semuanya tampak seperti masalah yang belum terpecahkan.

Aku tersenyum bodoh dan mendorong diriku sendiri untuk tidak tersesat ke dalam pikiran ini. Dengan memaksa tubuhku bergerak, aku pun segera bangkit dan kembali ke meja kerjaku untuk melanjutkan pekerjaan hingga malam tiba.

Setelah bekerja, aku meluangkan waktu untuk menemui Dokter Jeong di Rumah Sakit Du-Ho untuk memeriksakan kondisiku dan mengumpulkan obat yang sudah hampir habis.

Nächstes Kapitel