webnovel

MD 18 - Calon Suami Mumut

Mumut bingung saat bu Wati bertanya siapa kedua laki-laki tang mempesona itu, Ia hanya tersenyum tipis

"Itu calon suami Mumut dan asistennya, dik Wati," Ibu menjawab rasa penasaran bu Wati dan perawat yang bertugas.

Bu Wati mengangguk-angguk, "Yang mana, kak? Keduanya cakep, yang satu yang pake jas abu terlihat sangat ramah, Yang pake jas biru tua terlihat dingin tapi berwibawa"

"Calonnya Mumut yang pake stelan jas biru tua, dik."

"Wah, cocok banget sama Mumut! Cantik dan tampan, wajah merekapun kalau dilihat sepintas hampir sama. Aku nggak tahu kalau Mumut sudah punya calon suami selama ini lagian Mumut juga gak pernah cerita kalo punya calon suami yang tajir," Bu Wati memandang Bian dan Mumut bergantian membuat Mumut tersipu.

Setelah dokter yang memeriksa ibu dan perawat yang menyertainya meninggalkan kursi di teras paviliun itu. Randy segera memberi kode pada Mumut untuk mendekat pada Bian dan dirinya.

Mumut tersenyum sambil mengangguk pada bu Wati saat dia melewatinya, Ia kemudian duduk di kursi di sebelah Bian. Randy kemudian memberitahunya kalau akad nikah akan dilakukan besok di rumah sakit ini karena kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk dipindahkan, sebenarnya Bian ingin akad nikah dilakukan di rumahnya agar lebih privat.

Mumut mengangguk, Ia merasa sangat gugup, jantungnya berdegup dengan kencang. Mumut mengarahkan tatapannya pada Bian tetapi lelaki itu tengah memandang ke arah lain.

"Bu Wati boleh datang? Dia sudah seperti ibuku sendiri," pintanya pada Randy.

Randy segera memandang Bian tapi cowok itu. tidak bereaksi sama sekali.

"Yah, bu Wati boleh datang. Jam segini ya."

"Baik," kata Mumut.

"Nanti malam, aku akan menjemputmu untuk persiapan besok," kata Randy lagi, Mumut mengangguk meski dia merasa pikirannya tak karuan.

Bian dan Randy kemudian berdiri dan meninggalkan tempat itu. Mereka tidak berpamitan sama Ibu yang sedang tertidur lelap. Sepeninggal mereka Mumut masuk ke dalam ruangan dan memberi tahu bu Wati kalau besok adalah penikahannya dan meminta Bu Wati untuk hadir di sini

Perawat Muna yang masih ada di ruangan itu segera berpamitan karena penggantinya sudah datang.

Bu Wati masih menunggu ibu beberapa waktu hingga tiba waktu dhuhur setelah itu Ia berpamitan. Mumut mengingatkan agar bu Wati besok hadir ke tempat ini dan dia mengiyakan.

Mumut melepas kepergian bu Wati hingga hilang dari pandangan. Ia merasa bersyukur punya tetangga selain bu Wati yang selalu membantunya dan ibunya.

Nächstes Kapitel