webnovel

Perselisihan Karena Apel

Redakteur: Wave Literature

"Bukankah tugas kita sebagai wanita adalah membersihkan rumah?" Jawab Chunlan yang menanggapi pujian dari Zhu Haimei tentang rumahnya yang rapi.

Zhu Haimei benar-benar tidak tahu, apakah Chunlan sengaja mengatakan hal tersebut untuk menyindirnya atau tidak.

Tetapi Zhu Haimei tidak menganggapnya serius. "Kalian membeli kipas angin yang lebih besar daripada kipas angin yang ada di rumah kami."

Chunlai menuangkan secangkir air untuk Zhu Haimei sembari menjawab. "Aku sudah bilang untuk membeli yang kecil saja, tapi suamiku bilang kalau kami harus membeli yang besar."

Zhu Haimei kemudian membalas. "Itu berarti ia sangat mencintaimu dan anakmu."

Lalu Chunlan dengan bangga berkata, "Ia juga berkata seperti itu. Kakak ipar, kamu sudah lama datang ke sini, kapan kamu berencana untuk punya anak?"

"Kami tidak terburu-buru untuk memiliki anak. Lagipula umurku juga baru dua puluh tahun. Aku rasa, menunda kehamilan hingga dua tahun juga tidak apa-apa."

"Aku rasa lebih baik mempunyai anak di usia muda. Aku pikir sekarang usiamu sudah sangat tepat untuk melahirkan."

Zhu Haimei tidak ingin membicarakan topik ini dengan Chunlan, karena itulah ia sengaja mengalihkan topik pembicaraan, dan sengaja membahas kembali tentang kipas angin. Zhu Haimei yang sekarang bukanlah sang pemilik tubuh asli yang bodoh, yang hanya tahu bagaimana cara membuat orang kesal. Sejalan dengan prinsipnya yang ingin menjaga hubungan baik dengan orang lain, maka ia berusaha menjaga tutur katanya di depan Chunlan.

Hal tersebut membuat Chunlan merasa benar-benar bahagia, karena sedari tadi Zhu Haimei kerap melontarkan pujian padanya. Chunlan lalu tiba-tiba berkata, "Kakak ipar, Kapten Shen terlihat sangat menakjubkan kemarin."

"Menakjubkan?" Tanya Zhu Haimei. "Apa maksudnya?" Imbuhnya.

'Eh, Jadi Zhu Haimei masih belum tahu ya.' Pikir Chunlan. Ia kemudian mengambil koran yang ada di atas meja dan menunjukkannya kepada Zhu Haimei. "Lihat, bukankah ini Kapten Shen?"

Benar, itu adalah Shen Dongyuan. Meskipun gambar itu masih gambar hitam putih, tetapi saat Zhu Haimei melihat gambar tersebut, ia melihat ada orang yang sedang menginjak pencopet dengan satu kaki, sementara satu tangannya yang lain tampak memutar kedua tangan pencopetnya ke belakang agar tidak bergerak, Zhu Haimei benar-benar yakin bahwa itu adalah Shen Dongyuan.

Zhu Haimei tersenyum kecil lalu berkata, "Kemarin aku bersamanya, tapi aku tidak tahu kalau ada yang memfotonya!" Kemudian Zhu Haimei tiba-tiba teringat dengan seorang gadis muda yang memakai gaun dan memegang kamera, mungkin gadis itu yang memfoto Shen Dongyuan.

Ketika Zhu Haimei ingin beranjak pergi, Chunlan buru-buru menarik lengannya. "Kakak ipar, sekarang kamu benar-benar terlihat berbeda. Kamu telah kehilangan banyak berat badan. Karena kamu kurus, kamu terlihat menjadi semakin cantik."

Zhu Haimei tanpa sadar langsung menyentuh wajahnya setelah mendengar ucapan Chunlan barusan. Cantik? Meskipun ia telah kehilangan banyak berat badan, tetapi ia masih tidak bisa menganggap dirinya cantik.

"Oh iya, aku dengar sekarang kamu juga bekerja dan menghasilkan banyak uang. Pekerjaan apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?"

Ternyata, Chunlan sudah sejak tadi menunggu Zhu Haimei untuk menanyakan hal tersebut. 

Karena Zhu Haimei mencari makan dengan tangannya sendiri dan pekerjaannya juga bukanlah sebuah pekerjaan yang memalukan, maka ia pun menjawabnya dengan santai. "Aku berjualan makanan di sebelah selatan lokasi konstruksi. Pekerjaan itu benar-benar melelahkan."

"Kamu berjualan sendirian?"

"Iya."

"Apa kamu bisa mengatasinya sendiri?"

"Bisa." Zhu Haimei menjawab dengan cepat.

Chunlan pun menganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban dari Zhu Haimei barusan. Ia kemudian beranggapan bahwa, jika pekerjaan tersebut bisa diatasi sendiri oleh satu orang, maka hasil yang didapatkan dari pekerjaan itu juga tidak akan seberapa.

Saat Chunlan melihat baju atasan yang sedang dipakai oleh Zhu Haimei, ia kemudian bertanya, "Apakah kamu baru membelinya? Kelihatannya ini dari kain katun murni, berapa harganya? Kakak ipar, menurutku kamu masih bisa kurus, membeli baju ini hanya akan membuang-buang uang saja."

"Benar, kurasa juga begitu. Dongyuan yang bersikukuh membelikannya untukku, jadi aku tidak bisa apa-apa."

Kali ini Chunlan tidak bisa berkata apa-apa. Zhu Haimei lalu berkata sambil tersenyum. "Chunlan, aku baru saja kembali dari bekerja. Aku harus pulang dulu untuk mandi, nanti aku akan bicara lagi denganmu."

"Kakak ipar sering-seringlah datang ke sini." Ujar Chunlan dengan ramah sembari mengantarnya ke pintu.

Sekarang, Zhu Haimei akhirnya bisa pulang ke rumahnya sendiri. Setelah mencuci pakaiannya, ia baru ingat bahwa apel yang dibelinya tadi tertinggal di rumah Chunlan. Lupakan saja, lagipula hanya satu setengah kilogram saja, dan Zhu Haimei juga terlalu malu untuk mengambilnya.

Zhu Haimei kemudian berbaring di atas sofa sembari membaca novel dan ditemani oleh hembusan angin dari kipas angin. Lalu ia tiba-tiba teringat dengan apel yang tertinggal di rumah Chunlan. "Memakan buah atau es krim di saat panas seperti sekarang pasti enak." Pikir Zhu Haimei. Jika Zhu Haimei menginginkan sesuatu, maka ia akan pergi untuk melakukannya. Jika ia tidak pergi melakukannya, maka ia akan merasa seperti ada menganjal di hatinya.

Ia pun segera melompat turun dari sofa, dan pergi ke toko untuk membeli es krim. Setelah membeli es krim, ia pun kembali naik tangga untuk pulang ke rumahnya yang ada di lantai empat. Ketika ia sampai di lantai tiga, ia kebetulan melihat Chunlan yang sedang bersandar di kusen pintu sambil mengunyah apel. Chunlan yang tiba-tiba melihatnya pun langsung berhenti menggigit apel tersebut. Chunlan lalu tersenyum dengan malu dan berkata, "Kakak ipar, apel ini sangat enak." Chunlan sama sekali tidak menyuruh Zhu Haimei untuk mengambil dan membawa pulang lagi apelnya yang tertinggal.

Sementara itu, Zhu Haimei sedang berusaha keras menahan emosinya. Ia kemudian berkata dengan nada dingin. "Enak ya? Makanlah yang lebih banyak, tapi jangan sampai kamu tersedak."

Saat masih berada di luar gedung, Shen Dongyuan melihat Zhu Haimei yang sedang memasuki gedung dan diam-diam berjalan di belakangnya. Ia tidak berpikir bahwa dirinya akan mendengar kata-kata buruk yang keluar dari mulut Zhu Haimei. Ia berharap bahwa Zhu Haimei benar-benar berubah, tetapi ternyata Zhu Haimei hanya berubah di hadapannya saja.

"Oh, Kapten Shen, kenapa kamu sudah pulang?"

Zhu Haimei terkejut dan segera berbalik setelah mendengar ucapan Chunlan barusan. Wajah Shen Dongyuan terlihat sangat marah. "Cepat pulang!"

"Kamu saja yang pulang duluan!" Balas Zhu Haimei yang juga sedang tersulut emosi.

Shen Dongyuan hampir hilang kendali dan memaki-maki Zhu Haimei di sana, tetapi ia menahannya dengan menggertakkan giginya dan mengepalkan tangannya erat-erat. Ia kemudian bergegas pulang ke rumahnya. Setelah melihat Shen Dongyuan naik ke atas, Zhu Haimei lalu mengalihkan pandangannya pada sosok Chunlan yang sedang berdiri dengan gelisah di tengah pintu.

Tidak heran jika sang pemilik tubuh asli selalu bersikap menyebalkan terhadap tetangganya, karena ia tidak tahu bagaimana harus menghadapai tetangga seperti mereka. Akan tetapi, entah kenapa sekarang sang pemilik tubuh asli tidak marah. Padahal pada saat inilah, amarahnya itu harus dibangkitkan untuk menghancurkan dunia ini.

Zhu Haimei lalu naik ke atas. Begitu membuka pintu rumahnya, ia melihat Shen Dongyuan pergi ke kamar mandi dengan bertelanjang dada sambil membawa baskom cuci muka serta handuk. Ada luka sepanjang satu inci di lengan kanannya. Lukanya terlihat masih merah dan bengkak, sepertinya sedikit meradang. Lukanya itu berada tepat di tempat di mana kemejanya sobek kemarin. "Kamu terluka." Zhu Haimei berkata sambil berlari untuk melihatnya.

Namun Shen Dongyuan menepis tangannya. "Tidak apa-apa." ucapnya, lalu pergi ke kamar mandi.

Sementara itu, Zhu Haimei tampak berdiri dengan canggung di tengah ruang tamu. Ia berpikir bahwa setelah jalan-jalan kemarin, hubungan mereka akan membaik. Meskipun memang tidak akan bisa sedekat hubungan suami-istri pada umumnya, tetapi setidaknya mereka bisa seperti teman. Namun, hidup manusia memang sulit untuk ditebak. Ketika ia mengira hal-hal baik tersebut sedang terjadi padanya, Shen Dongyuan justru memergokinya sedang berbicara dengan kejam kepada Chunlan. Mungkin Tuhan tidak ingin Zhu Haimei dan Shen Dongyuan bersama. 'Sudahlah, lebih baik aku jaga jarak saja.' Pikir Zhu Haimei.

Zhu Haimei dapat dengan cepat mengatasi rasa sedih yang menyusup ke dalam hatinya. Akan tetapi, begitu ia membuka pintu kamarnya, ia kembali bersedih hati saat melihat baju atasan bermotif bunga yang tergantung di dinding. Tidak peduli orang macam apa sang pemilik tubuh asli, tetapi tidak ada gunanya Zhu Haimei bersikap tulus demi sang pemilik tubuh asli. Meskipun ia begitu mencintai Shen Dongyuan dengan sepenuh hati, tetapi hati Shen Dongyuan tidak tergerak sama sekali. Meskipun sekarang ia berusaha sangat keras untuk berubah, tetapi ia masih tidak dapat mengubah pandangan awal Shen Dongyuan tentang dirinya.

Mungkin cinta adalah suatu hal yang benar-benar sudah ditakdirkan dalam hidup, seperti ia dan Tang Yiming. Ia pikir dirinya sudah bersikap cukup baik, tetapi Tang Yiming masih saja memiliki hubungan rahasia dengan orang lain. Zhu Haimei tidak tahu apakah yang ia lakukan sudah cukup baik di mata Tang Yiming atau belum. Sesungguhnya, ia sendiri tidak tahu apakah Tang Yiming memang benar-benar mencintainya?

Mungkin bagi orang lain, Tang Yiming adalah orang yang layak untuk dicintai. Tetapi bagi Zhu Haimei, Tang Yiming bukanlah orang yang tepat untuk dicintai.

Nächstes Kapitel