webnovel

Lanjutkan, Jangan Berhenti!

Redakteur: Wave Literature

Sun Qingqing tetap berusaha menahan emosi, ia hanya menggenggam tangan kemudian mengelap air ludah yang ada di wajah.

Ia berkata dengan nada datar, "Cao Xiaoyun, kamu lihat sikapmu sekarang, kamu sekarang tidak ada bedanya dengan seorang wanita gila!"

Para wartawan sedang memotret juga sambil mengangguk setuju pada ucapan Sun Qingqing, "Iya, tidak ada bedanya dengan seorang wanita gila!"

Tamparan, menarik rambut, meludahi seperti seorang wanita gila!

'Wanita gila' Cao Xiaoyun mendengar sebutan Sun Qingqing untuknya, ia pun sangat terkejut.

Dalam benaknya ia bertanya, 'Bukankah aku seorang gadis yang lucu dan manis? Kenapa aku bisa bersikap seperti ini sekarang?'

Menyadari hal itu ia pun langsung menghentikan tindakannya.

Lu Xin sudah terlepas dari serangan Cao Xiaoyun, ia langsung menutup wajahnya, "Cao Xiaoyun, kamu tidak hanya membohongi kami, Tapi kelakuanmu sekarang sangat mirip dengan wanita yang tidak punya akhlak yang baik."

"Wanita yang tidak punya akhlak yang baik?" Cao Xiaoyun langsung emosi dan menggunakan kuku-kuku yang sudah di rawat dengan cantik mencakar wajah Lu Xin!

"Lu Xin, kalau aku orang gila, kamu apa? Kamu seorang janda yang beracun! Hati yang kejam dan beracun!"

Lu Xin merasa kesakitan, ia tercengang sejenak dan berteriak.

Wajahnya sudah rusak!

Wajahnya dirusak oleh Cao Xiaoyun!

Modal utama menjadi artis adalah memiliki wajah yang cantik!

Setelah menampar wajahnya, menarik rambutnya, memarahinya sebagai anjing betina dan sekarang merusak wajahnya. Lu Xin tidak bisa berpura-pura sabar lagi, ia langsung membalas perbuatan Cao Xiaoyun padanya.

Mereka berdua saling berkelahi, menggunakan segala cara saling menyakiti satu sama lain.

Para wartawan langsung semangat.

Foto! Foto! Foto!

Besok pasti akan laris! Pasti akan heboh!

Pimpinan stasiun TV Qing Mang langsung kaget, ia sudah tidak tahan lagi, "Cepat, putarkan iklan!"

Panitia yang ada di belakang panggung langsung memutarkan iklan untuk mengalihkan perbuatan mereka bertiga di atas panggung.

Saat itu mereka masih sangat kompak. Sekarang mereka bertiga malah saling berkelahi, perbedaan yang sangat jauh.

Satpam langsung melerai Lu Xin dan Cao Xiaoyun, lalu menarik mereka ke bawah panggung. Mereka tidak bisa mengontrol kamera penonton yang terus memotret mereka.

Mereka berdua memiliki fans masing-masing di website sendiri, weibo dan siaran langsung.

Biar bagaimanapun, adegan Lu Xin dan Cao Xiaoyun sangat cepat tersebar di media sosial.

Pimpinan juga meminta satpam membawa pergi si kembar Tao ke ruang make up agar tidak menimbulkan masalah baru lagi.

Si kembar Tao terkurung di dalam ruang make up, mereka berdua langsung saling menatap satu sama lain.

Mereka sangat mengerti kenapa mereka tidak bisa menyalahkan Sun Qingqing, tapi ini adalah pencapaian yang mereka inginkan.

Mereka ingin grup mereka hancur, karena Lu Xin dan Cao Xiaoyun berkelahi. Tentunya penonton pasti akan berpikir, sebenarnya Sun Qingqing terikat atau tidak pada masalah ini.

Paling tidak mereka sudah membongkar semuanya, mereka sudah meyakinkan semua orang bahwa Yin Wushuang tidak bersalah.

Mereka berdua saling tertawa.

"Bagaimana sikapku tadi? Xixixi..."

"Bagus sekali, aku juga merasa sikapku juga bagus."

Mereka melihat pintu yang sudah di kunci, saat ini mereka sangat mengerti bahwa kedepannya mereka pasti banyak menemukan masalah.

Tapi mereka tidak tahu apakah nanti masih bisa muncul di siaran TV Qing Mang atau tidak.

 -

Di panggung, Sun Qingqing sudah melakukan retouch make up, dan tetap terlihat cantik mempesona.

Para wartawan dan penonton kembali tenang, penerimaan hadiah masih terus berlangsung. Kalau tidak, mereka tidak mungkin memutarkan iklan selama setengah jam.

"Nona Sun, kamu baik-baik saja kan?" Tanya Pembawa Acara.

Sun Qingqing menganggukan kepalanya sembari berkata, "Baik kok, lanjutkan saja acara ini, jangan karena kedatangan si kembar membuat semuanya salah paham."

Pembawa Acara menganggukan kepalanya, setelah itu para kru bersiap dengan kamera mereka untuk melanjutkan siaran lagi.

Nächstes Kapitel