Mendengar suara sirene polisi, Austin menjadi semakin panik. Dia sudah tidak mempunyai kesabaran untuk menunggu lagi. Dia mengangkat pistol dan mengarahkannya ke kepala Lei Lie, matanya yang merah menatap Fey William, "Aku bertanya kepadamu untuk yang terakhir kalinya, kamu mau ikut denganku atau tidak…"
"Aku akan ikut!" Sebelum Austin menyelesaikan perkataannya, Fey telah menjawab dengan cepat. Dia tidak boleh ragu-ragu lagi, Austin sudah kehilangan akal sehatnya dan benar-benar bisa membunuh Lei Lie.
"Tidak…" Lei Lie meraung penuh penderitaan.
"Lupakanlah aku." Air mata kesedihan mengalir dari sudut mata Fey William. Mungkin ini adalah takdir, dia ditakdirkan untuk tidak bersama Lei Lie.
Austin tersenyum lebar, ada kegembiraan yang tidak dapat ditutupi di wajahnya. Dia berkata dengan tegang seperti anak-anak, "Bagus, bagus, itu baru benar. Ayo, kita masuk ke mobil dulu."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com