webnovel

Membulatkan Tekad

Redakteur: Wave Literature

"Bagaimana rasanya jatuh dari surga ke neraka?" Terdengar suara Leng Ruobing di telinganya. Suaranya itu pelan, namun terdengar bagaikan seember air es yang mengguyur kepalanya.

Lan Qianyu memalingkan wajahnya dengan panik, dia tidak ingin Leng Ruobing melihat kekacauan hatinya. Leng Ruobing telah menasihatinya dengan sangat serius, namun dia malah meragukannya. Saat ini kalau dia sekali lagi disakiti oleh Ye Yan, dia memang pantas menerimanya.

Leng Ruobing berjalan ke hadapan Lan Qianyu dan menatapnya dengan pandangan rumit, "Qianyu, masih ada satu lagi alasan mengapa aku menyuruhmu mengambil keputusan sendiri. Aku merasa hatimu telah tergerak oleh Ye Yan…"

"Tidak, aku tidak begitu." Lan Qianyu bergegas menyangkalnya, kepalanya menggeleng kuat seperti gelombang, "Tidak, tidak."

Hatinya sangat panik, Lan Qianyu tidak berani mengakui kenyataan ini, tidak berani…

"Kalau kamu tidak tergerak, dulu kamu tidak akan memilihnya. Kalau kamu tidak tergerak, hari ini waktu aku menasihatimu, kamu tidak akan ragu-ragu. Kalau kamu tidak tergerak, saat ini kamu tidak akan sedih dan sakit hati…"

Leng Ruobing menghela nafas dengan sedih.

"Kamu terus mengira kalau orang yang kamu cintai adalah Xiao Han, tapi sesungguhnya, cintamu kepadanya sudah sedikit demi sedikit terkikis sejak kalian berpisah tiga tahun yang lalu. Apalagi saat kalian berpacaran dulu, usia kalian masih enam belas hingga tujuh belas tahun. Itu hanyalah cinta pertama di masa muda yang sembrono, serta bukanlah cinta yang mendalam. Kalau tidak, kalian juga tidak akan berpisah dengan begitu mudahnya. Sedangkan rasa tanggung jawab Ye Yan, dan juga rasa aman dan terlindungi yang diberikan olehnya adalah hal yang paling kamu perlukan. Tanpa sadar kamu sudah mulai menyukainya, hanya saja luka yang diberikannya kepadamu terlalu besar. Pikiran bawah sadarmu selalu menghindari masalah ini, jadi kamu hanya tidak mau mengakuinya saja…"

"Bukan begitu, aku tidak menyukai Ye Yan, tidak…" Lan Qianyu berseru dengan marah dan terguncang, "Jangan mengira kalau kamu sangat memahamiku, kamu sama sekali tidak tahu apa yang ada dalam pikiranku. Aku membenci Ye Yan, aku tidak menyukainya. Aku menikah dengannya hanya karena aku telah kehilangan kepercayaan terhadap cinta. Dan lagi, Xiao Han tidak bisa memberiku rasa aman, karena itu aku memilih Ye Yan. Tapi sekarang aku sudah melihat jelas wajah aslinya. Bukankah kamu memberiku waktu sehari untuk mempertimbangkannya? Tidak perlu dipertimbangkan lagi, sekarang aku sudah mengambil keputusan. Aku mau meninggalkannya, bagaimanapun juga, aku mau meninggalkannya!!!"

Leng Ruobing menatapnya dengan kasihan, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Semakin keras reaksi Lan Qianyu semakin membuktikan bahwa tebakannya benar. Meskipun Lan Qianyu terus menyangkalnya, namun dia tetap tidak bisa menutupi isi hatinya yang sebenarnya.

Pengalaman Lan Qianyu semasa kecil membuatnya kekurangan akan rasa aman, yang dibutuhkannya adalah seorang laki-laki yang bertanggung jawab dan dapat memberinya perlindungan. Ye Yan telah dua kali menyelamatkannya dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri, saat itu dia sudah memenangkan hati Lan Qianyu. Sedangkan Xiao Han, sebenarnya dia adalah orang yang sejenis dengan Lan Qianyu, mereka tidak dapat saling melengkapi. Mereka tidak dapat saling memberi apa yang sama-sama tidak mereka miliki, karena itulah cinta mereka rapuh…

Semua ini terlihat jelas di mata Leng Ruobing, namun Lan Qianyu tidak dapat menerimanya. Tetapi begini juga bagus, Ye Yan tidak dapat memberinya kebahagiaan, lebih baik mereka cepat-cepat berpisah sebelum terlambat.

"Bukankah kamu bilang mau membantuku? Tolong bantu keluarkan Qiao Qing dulu…"

Setelah mengalami guncangan, suara Lan Qianyu terdengar lelah dan tak bertenaga.

"Baik, aku akan mengatur semuanya, tenanglah." Leng Ruobing berkata, "Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu. Hanya saja kamu harus mempercayaiku, kalau tidak rencananya tidak akan berhasil."

"Aku sudah tahu, aku akan bekerja sama denganmu." Lan Qianyu meninggalkan ruang musik dengan tubuh lemah. Dalam pikirannya masih terbayang sosok Ye Yan sebelum dia pergi tadi. Dalam hati dia terus mengingatkan dirinya sendiri, 'pergilah, jangan ragu-ragu…'

Nächstes Kapitel