Suara ketukan pintu itu berhenti, dan Shia Tang masih belum kembali pulih karena menikmati sensasi percintaan mereka. Tapi tiba-tiba ia teringat Steve, ia berpikir mungkin Steve akan dengan cepat membuka pintu dan masuk. Membuatnya turun dengan cepat dari tubuh Billy Li, lalu memunguti pakaiannya di lantai yang telah dibuang dan berserakan dimana-mana.
Billy Li seperti seekor binatang buas yang telah terpuaskan. Ia bersandar di kursinya dan melihat Shia Tang yang sedang buru-buru mencari tempat untuk memakai pakaian. Dengan suasana hati yang saat ini sedang baik, Billy Li dengan senang hati memberi petunjuk, "Ada pintu di sebelah kiri, di dalamnya ada kamar mandi." katanya kepada Shia Tang.
Shia Tang terlihat senang, dengan segera ia masuk kedalam pintu itu. Billy Li yang melihat tindakan Shia Tang, tak tahan untuk menyunggingkan senyum di sudut bibirnya. Setengah jam kemudian, pintu kamar mandi itu diketuk olehnya.
"Keluarlah, ayo makan!" kata Billy Li dari luar pintu, suaranya yang berat itu terdengar menawan.
Shia Tang yang sudah lama menghabiskan waktu di dalam kamar mandi ini, tak ada pilihan lain selain membuka pintu. Pertama-tama ia menjulurkan kepalanya untuk melihat apakah ada orang, kemudian tersadar kalau dirinya terlalu banyak berpikir. Di meja teh hanya ada Billy Li seorang, ia sudah berpakaian dengan rapi, dan udara yang ada di sana juga sudah dibersihkan. Hanya menyisakan aroma makanan yang menggugah selera.
Sekali lihat Shia Tang tahu jika makanan itu berasal dari hotel ternama, setiap makanan yang sangat indah itu bisa menyenangkan orang yang melihatnya, karena ia sangat menggugah selera, bahkan sumpit peraknya juga dipadukan dengan mangkuk tembikar yang mahal.
"Kamu kenyang kalau hanya melihatnya saja?" tanya Billy Li sambil menyerahkan sumpit padanya. Melihat wajah Shia Tang yang bersemu merah membuatnya tidak tahan untuk berkata, " Atau… masih belum cukup 'olahraganya'?"
Wajah Shia Tang langsung memerah seperti kepiting rebus, dengan segera ia menggelengkan kepalanya, mengambil sumpit dan duduk di sebelah Billy Li, lalu menundukkan kepala sambil makan. Senyum Billy Li terlihat semakin melebar, lalu ia juga makan dengan perlahan.
"Aku kira kamu akan makan dengan kakak keduamu." Perkataannya yang ceroboh itu membuat Shia Tang berhenti menyumpit makanannya.
Shia Tang menatapnya dengan wajah pucat. Apakah Billy Li tahu kalau Kakak kedua tadi mencariku? Jadi dia khawatir jika aku berbicara tentangnya yang saat itu bersama dengan sekretaris Kakak kedua? Lalu dia menyuruhku datang kemari? Atau, dia ingin memastikan jika aku sudah bilang atau belum ke Kakak kedua tentang hal itu? Lalu percintaan yang barusan itu sama sekali bukan Billy Li sendiri yang menginginkan, tapi apakah itu hukuman untukku? Batinnya, ia tidak bisa menahan pikirannya yang tidak-tidak.
Awalnya nafsu makan Shia Tang yang begitu besar tiba-tiba hilang seketika. Ia bingung dengan apa yang sedang ia harapkan. Terjerat percintaan, kehangatan, atau keantusiasan yang seperti apa lagi macamnya. Namun, itu semua hanyalah keinginan naluriah untuk mereka berdua sebagai pria dan wanita. Tapi entah kenapa, tiba-tiba hatinya menjadi dingin.
"Padahal aku tidak mengatakannya kan? Aku juga tidak ada hubungannya dengan pertarungan antara presdir Tang dan presdir Li." jawab Shia Tang yang sudah tidak berselera, ia hanya menggunakan sumpitnya untuk mengambil sebutir demi sebutir nasi dari mangkuk yang berisi penuh dengan nasi. Ia bersuara dengan pelan, tidak peduli Billy Li percaya atau tidak dengan perkataannya.
"Apakah aku mengatakan sesuatu?" tanya Billy Li sambil menatapnya dalam-dalam, ia lupa bahwa pikiran wanita ini sangat sensitif.
Shia Tang menatapnya dengan bingung. Kamu tidak mengatakannya dengan terus terang, tapi hatimu berpikir seperti itu, kan? Tanyanya dalam hati.
"Aku kenyang. Aku akan kembali ke kafe dulu." kata Shia Tang sambil meletakkan sumpitnya, lalu mengambil tas di sebelahnya dan berdiri ingin bergegas pergi.
"Duduk dan habiskan makananmu!" jawab Billy Li, ia berbicara dengan nada marah pada Shia Tang, karena ia melihat Shia Tang baru memakan dua suap saja.
Shia Tang yang baru saja berdiri, terlihat mengepalkan tinjunya dengan marah. "Bahkan setiap kali makan, seberapa banyak pun yang aku makan, apa semuanya kamu pedulikan?" tanyanya.
"Iya!" jawab Billy Li dengan tegas, ia mengaku. Senyum tipis di wajahnya muncul ketika melihat Shia Tang yang menahan marah, "Jika kamu tidak ingin makan, nantinya akan ada ahli gizi yang menemanimu makan setiap hari tiga kali sehari, jika itu tidak jadi masalah, cepat pergi saja sekarang!" katanya mengancam Shia Tang.
"Kau..." Shia Tang tak bisa berkata apa-apa lagi, dengan marah ia melempar tasnya ke sudut sofa, lalu kembali duduk mengambil sendok perak di atas meja. Menyendok nasi dengan banyak, lalu menjejalkan dengan paksa ke mulutnya sendiri.
Ini pasti acara makan yang paling tidak berbentuk semenjak Shia Tang menjadi wanita yang cerdas. Mulutnya penuh, karena makanan yang masuk ke mulutnya masih belum tertelan tapi sudah diisi lagi. Setelah memasukkan lagi makanan kedalam mulutnya, ia tidak tahu jika matanya ingin mengeluarkan air mata karena tersedak, atau ia benar-benar ingin menangis.
Yang Shia Tang tahu, ia lalu berpikir kalau dirinya hanyalah seorang pelacur bagi Billy Li. Tiba-tiba, ia memikirkan permintaan yang tidak masuk akal untuk Billy Li padanya. Namun, ketika memikirkan Billy Li yang tidak pernah menghormatinya, membuat hatinya begitu sakit.
Billy Li sudah selesai makan dari tadi tadi dan meletakkan sumpitnya, lalu ia meletakkan rokok di antara jari-jarinya, kemudian menyaksikan tingkah laku menggila dari Shia Tang. Ia melihat tetesan air mata yang jatuh dari mata Shia Tang, dan akhirnya membuat Billy Li ingin menghentikan aksinya yang menyiksa itu…