webnovel

Dia Melihat Cahaya dan Melihat Wanita Itu (1)

Redakteur: Wave Literature

Biasanya setiap ditanya oleh asisten Zhang, Han Jingnian selalu memberikan respon yang lambat atau tidak menjawab. Namun untuk pertama kali, Han Jingnian langsung memberikan jawaban yang pasti pada asisten Zhang dengan nada tenang sambil menganggukkan kepalanya. "Oke."

Asisten Zhang melupakan kalimat 'pria tampan tidak beruntung dan berakhir tragis' yang membuat tatapan Han Jingnian menjadi dingin, lalu berjalan menuju samping ranjang untuk mengambil ponsel Xia Wanan.

Ketika asisten Zhang hendak mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel Xia Wanan, tiba-tiba dia merasakan tatapan dingin, seolah bisa membunuhnya dalam sekejap, jika dia menyentuh ponsel itu. Sehingga asisten Zhang segera menarik kembali tangannya yang terulur dan berkata pada Han Jingnian, "Direktur Han, jangan lupa membawa ponsel nyonya muda."

Han Jingnian tidak menjawab, namun langsung berjalan ke arah tempat tidur dan mengambil ponsel milik Xia Wanan.

Dalam perjalanan pulang ke apartemen, Han Jingnian yang sedang duduk di belakang sambil mengamati pemandangan di luar jendela, tiba-tiba kejadian semalam terlintas di kepalanya.

Setelah Han Jingnian menyelesaikan pekerjaannya tadi malam, dia berjalan ke lift untuk pulang dan ingat kalau lift sedang diperbaiki hari itu, sehingga dia turun melalui tangga. Namun di tengah jalan, tiba-tiba lampu-lampu di tangga padam.

Jendela yang berada di dekat tangga darurat sangat kecil, karena tangga darurat memang bukan jalan utama, sehingga tidak ada cahaya dari luar yang bisa menyinari jalanan tangga. Oleh sebab itu saat listrik padam, Han Jingnian berada dalam kegelapan total.

Kegelapan adalah hal yang paling menakutkan dan dapat menyebabkan kematian bagi Han Jingnian. Hal itu bukan terjadi sejak dia lahir, melainkan saat Han Jingnian masih kecil. Dia tidak tahu apa yang telah terjadi dan tidak berani memikirkan penyebabnya. Tiba-tiba ketika Han Jingnian berada dalam kegelapan, dia langsung tidak bisa mengendalikan pikirannya, dan paling buruk bisa membuatnya meninggal. Sehingga sejak saat itu, Han Jingnian jadi sangat takut pada kegelapan.

Dalam dunia kedokteran, Han Jingnian disebut penderita Nyctophobia, yaitu fobia kegelapan. 

Jadi selama bertahun-tahun, Han Jingnian tidak pernah membiarkan dirinya berada di tempat-tempat di mana tidak ada cahaya. Bahkan ketika dia tidur, lampu di atas nakas di samping tempat tidurnya pasti akan tetap menyala.

Kemarin malam saat Han Jingnian berada dalam kegelapan, seluruh tubuhnya, mulai dari tangan, mengeluarkan gejala seolah-olah terkena terjangan tsunami dan menenggelamkannya dalam sekejap. Dari gejala itu jantung Han Jingnian langsung berdetak sangat kencang, lalu seluruh tubuhnya akan mengeluarkan keringat dingin, napasnya jadi tidak lancar, tubuhnya gemetar hingga membuat tangan dan kakinya lemas.

Itulah saat-saat paling sulit bagi Han Jingnian karena bagai mendekati kematian. Tapi dia berjuang mati-matian untuk mengendalikan tubuhnya saat gejala itu keluar. Hingga pada akhirnya, ketika Han Jingnian mulai putus asa, dia melihat cahaya dan melihat wanita itu. 

"Direktur Han, sudah sampai."

Suara asisten Zhang, menginterupsi lamunan Han Jingnian yang mengingat kembali kejadian semalam. Han Jingnian segera mengedipkan matanya untuk melihat sekeliling dan tanpa sadar memang sudah sampai di parkiran apartemennya.

Bukankah tadi dia masih ada di jalan? Mungkinkah dia memikirkan kejadian semalam sepanjang jalan? 

Tangan Han Jingnian yang memegang ponsel Xia Wanan tiba-tiba gemetar.

 …

Setelah pulang dari kantor, entah sejak kapan Xia Wanan sadar wajahnya dipenuhi dengan air mata.

Xia Wanan mengambil tisu dari dalam tas dan menyeka air matanya. Melihat ada taksi kosong datang, dia segera menutupi wajahnya menggunakan tangan.

Setelah masuk ke dalam taksi, Xia Wanan menoleh dan melihat ke luar jendela.

Telinganya seperti disihir, sehingga terus menggemakan suara Han Jingnian yang mengatakan, "Sejak kapan wanita itu bekerja di perusahaan Han?"

Setelah teringat kembali akan kalimat itu, tatapannya terlihat sangat sedih hingga tidak bisa mengendalikan air matanya, lantas menangis lagi.

Ketika sopir taksi mengetahui Xia Wanan menangis, dia mengambil beberapa tisu dan menyerahkannya pada Xia Wanan. "Nona, dalam hidup ini kita akan melewati hari demi hari. Dalam kehidupan itulah kita akan selalu melewati kejadian yang pahit daripada kejadian indah. Jadi cobalah buat dirimu sebahagia mungkin, lalu usap air matamu, jangan menangis."

Xia Wanan berterima kasih dengan sopan pada sopir taksi, lalu dia mengulurkan tangan untuk mengambil tisu yang diberikan padanya. Ketika Xia Wanan menundukkan kepala dan menyeka air mata, Xia Wanan malah jadi semakin sedih. Orang asing menghiburnya ketika dia terlihat sedih, tetapi orang itu ... Han Jingnian … yang ada di dalam hatinya malah tidak pernah menghibur Xia Wanan disaat seperti ini.

Nächstes Kapitel