webnovel

Menagih Uang Sewa? (1)

Redakteur: Wave Literature

Selama beberapa hari berikutnya, Han Jingnian selalu pulang ke apartemennya yang ditinggalinya bersama Xia Wanan dan hanya melakukan hal yang sama.

Han Jingnian sangat irit bicara. Bahkan Xia Wanan tidak berani bicara asal pada Han Jingnian. Jadi saat mereka bertemu, mereka sangat jarang saling bertukar sapa.

Han Jingnian setiap hari memperlakukan Xia Wanan dengan baik. Dia tidak pernah pulang terlalu malam. Tapi setiap hari Han Jingnian melakukan hal yang sama, yaitu pulang saat Xia Wanan akan pergi mandi dan tidur. Kemudian Han Jingnian akan membantu Xia Wanan mengoleskan obat salep di punggungnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Setelah Han Jingnian melakukannya, dia akan pergi ke ruang baca untuk bekerja, atau seperti hari pertama, yaitu pergi ke kamar mandi dan tidur.

Melihat hal itu, Xia Wanan berpikir kalau Han Jingnian benar-benar sekadar pulang untuk istirahat.

Pada hari Jumat, Han Jingnian memiliki jadwal rapat pagi, sehingga dia bangun sangat pagi. Ketika Han Jingnian keluar, Xia Wanan masih bermimpi di dalam tidurnya.

Begitu Han Jingnian masuk ke dalam lift dan menuju ke tempat parkir bawah tanah, seseorang memasuki lift di tengah perjalanannya.

Orang itu adalah seorang wanita paruh baya, di sebelahnya ada seorang anak laki-laki mengenakan seragam SMA.

Wanita itu pasti akan mengantar anaknya untuk pergi sekolah.

Han Jingnian tidak terlalu peduli, tetapi wanita paruh baya itu menatapnya sebentar dan tiba-tiba berkata, "Tuan, apa Anda tinggal di lantai 27?"

Han Jingnian sangat terkejut karena ada orang lain yang tahu di lantai berapa dia tinggal. Tapi Han Jingnian tidak banyak bicara dan tidak menjawab pertanyaan wanita paruh baya tersebut.

Si wanita paruh baya tidak menyerah pada sikap dingin Han Jingnian, lalu segera melanjutkan, "Saya benar, saya tidak salah. Anda tinggal di lantai 27 ... Saya tidak melihat Anda selama dua tahun. Tapi karena Anda begitu menarik, saya sangat terkesan dan jadi mengingat Anda."

Setelah terdiam beberapa saat, wanita paruh baya itu mengatakan sesuatu lagi, "Tuan, apa Anda datang sepagi ini untuk menagih uang sewa?"

"Menagih uang sewa?"

Han Jingnian mengerutkan alisnya dengan bingung.

"Oh, saya tahu. Anda begitu sibuk dengan pekerjaan, sehingga hanya bisa datang di pagi hari untuk menagih uang sewa, benar? Namun, sekarang bukankah membayar uang sewa bisa melalui transfer? Atau wanita yang tinggal di lantai 27 hanya bisa memberikan uang tunai?"

Wanita di lantai 27 yang memberi uang tunai? Apa wanita paruh baya itu bicara tentang istri sahnya?

Han Jingnian mengerutkan alisnya semakin bingung.

"Tapi itu tidak penting, saya punya hal-hal yang lebih penting ... Tuan, terakhir kali saat saya berada di lift, saya bertemu dengan wanita yang menyewa apartemen Anda dan sempat mengobrol dengannya. Saya pikir dia adalah istri atau pacar Anda. Kemudian saya sadar kalau dia hanya penyewa apartemen Anda. Saya merasa dia sangat baik dan pekerjaannya seharusnya tidak jelek. Saya berpikir untuk memperkenalkan seorang laki-laki padanya, dan dia tidak menolak. Sekarang saya sudah memilihkan sejumlah pria yang baik untuknya. Ada seorang siswa pertukaran pelajar dari luar negeri, seorang profesor, dan seorang bos besar..."

Sampai sini, Han Jingnian sudah memahami situasi yang sebenarnya.

Orang yang dimaksud oleh wanita paruh baya itu memang benar istri sahnya. Sementara istri sahnya memberitahu orang lain bahwa dirinya adalah seorang penyewa, lalu meminta orang lain untuk mengenalkan seorang laki-laki padanya sebagai teman kencan buta. 

Wanita paruh baya yang tidak menyadari ekspresi Han Jingnian masih terus bicara, "Tapi sayang sekali saya meninggalkan lift dengan tergesa-gesa hari itu dan lupa menyimpan informasi kontaknya, jadi saya tidak bisa menghubunginya. Untungnya saya bertemu Anda hari ini. Ini takdir. Tuan, wanita itu menyewa apartemen Anda, Anda pastinya memiliki informasi kontaknya. Bolehkah Anda memberikan nomor teleponnya pada saya?"

  ·

  ·

Nächstes Kapitel