webnovel

Bab 37 ( Yang Salah Pada Kontrak )

"Kalau menurut Anda, apa kiranya yang salah pada isi kontrak ini?" tanya sang artis pada Monica.

Nampaknya artis itu tidak terlalu terkejut dengan sikap menembak Monica yang tepat sasaran tanpa berbasa-basi bisnis terlebih dahulu.

Monica lantas menatapnya.

"Bukankah itu pertanyaanku yang harusnya kau jawab?" tanya Monica balik.

Laki-laki itu tersenyum.

"Dan bukankah saat pertemuan pertama, kedua belah pihak seharusnya saling memperkenalkan diri terlebih dulu?" tanya pria itu lagi santai, sambil mengidahkan beberapa ekspresi tidak senang lawan bicaranya.

Monica menatapnya netral.

"Aku sudah tahu dengan baik profil tentangmu. Dan karena kita berkumpul di sini bukan untuk saling bercengkerama, aku rasa prosedur itu tidak diperlukan." Monica memberi penegasan. Dan Martha yang mendengar itu, hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak bisa berbuat apapun.

Inilah salah satu alasannya mengapa Monica jarang sekali ikut dalam segala bentuk negosiasi banding macam apapun selama ini. Jika Monica sudah maju maka ia tidak akan memberi lawannya waktu untuk mengulur waktu dan berbelit-belit.

Sangat mencirikhaskan dirinya.

"Ya, tapi aku ingin melewati prosedur itu terlebih dahulu. Apa aku boleh tahu siapa nama Anda?" tanya sang artis penuh minat.

Martha mengamatinya takjub. Tidakkah pria itu terlihat terlalu berani mengajukan pertanyaannya yang konyol di situasi yang seperti ini? Apa dia tidak sadar situasi macam apa yang sedang ia hadapi sekarang?

Monica melirik Martha dengan malas. Martha segera bergerak untuk menjadi penengah.

"Beliau adalah Nona Monicaila Anggoro. CEO sekaligus Direktur di perusahaan ini. Merupakan satu-satunya pemegang saham terbesar di Agroemeda cabang dua. Dan pemegang penting keputusan soal keseluruhan kontrak yang Anda ajukan. Apa.. ada lagi yang ingin Anda tanyakan?" jelas Martha cepat dengan terperinci dan sopan.

Walapun ia sempat mendapat sedikit tatapan tidak senang dari Monica karena menurutnya penjelasan itu terlalu panjang dan tidak penting. Tapi Monica tidak serta merta membantahnya.

Sambil menatap sang artis tampan itu dengan senyuman penuh keramahan, Martha melihat sang artis mengangguk seolah mengerti.

Artis itu kini menatap Monica kembali.

"Apa kau tidak ingin tahu siapa aku?" tanya sang artis lagi.

Monica kembali tidak menjawab. Membuat sang sekretaris mau tidak mau menggantikannya memberi tanggapan.

"Nona Monica sudah membaca dengan lengkap seluruh profil tentang Anda. Jadi, Anda tidak perlu memperkenalkan diri Anda lagi karena beliau sudah mengetahuinya. Nama Anda.. Kevin Sanjaya, bukan?" sambar Martha mengambil alih jawaban untuk Monica.

"Saya rasa, Anda sebaiknya berbicara ke intinya saja. Sesuai dengan maksud dan tujuan Anda kemari," tambah Martha cepat setelah melihat Monica meliriknya sedikit dengan tidak senang.

Ia tahu Monica tidak suka berbasa-basi. Karena itu jika ia sedang tidak ingin menjawab, maka Martha kelap kali harus menggantikannya menjawab. Itu adalah tugasnya. Terlepas apakah yang ia katakan benar atau salah dan sesuai atau tidak. Ia harus membuat sebuah statement tambahan jika diperlukan.

Dan sejauh ini, Martha sudah melakukannya ratusan kali dengan baik. Ucapannya itu, membuat sang artis menatapnya tidak puas.

"Apa dia tidak punya mulut untuk menjawabku?" tanya si artis tak senang, "Kenapa kau terus yang menjawab pertanyaanku?"

Martha segera kehilangan kata-kata. Dan Monica menatap pria itu dingin.

"Jika kau datang kemari hanya untuk berbasa-basi atau semacamnya, segera tinggalkan tempat ini sekarang juga. Aku tidak punya banyak waktu untuk menanggapi keisenganmu yang tidak lucu ini. Apa hanya hal ini yang ingin kau bicarakan padaku?" tanya Monica tegas. Menunjukkan betapa ia tidak sedang ingin bercanda ria untuk saat ini.

Kevin langsung berdeham. Kembali mengatur posisi duduknya dan menatap Monica.

"Untuk ukuran wanita, kau termasuk sangat dingin. Apa ini kebiasaanmu meladeni semua orang yang datang padamu untuk mengajukan komplain dengan sikap yang sangat antipati?" tanya Kevin panjang lebar. Berkelakar sesuka hatinya.

Monica menatapnya tajam.

"Oke! Aku hanya bermaksud untuk mencairkan suasana dengan sedikit bercanda. Jika itu tidak menarik, aku minta maaf." Seru Kevin. Ia melirik kembali dokumen kerjasama mereka dan menunjuknya.

"Apa kau sudah menemukan ada yang salah di dalamnya? Jika kau sudah membacanya, aku yakin kau pasti langsung bisa menemukan mana letak kesalahannya. Apa itu tidak kau temukan?" tanya Kevin pada Monica yang menurut Monica sangat berbelat-belit.

Monica menanggapinya dengan malas.

"Apa uang perjanjiannya kurang?" tanya Martha penasaran.

Sejak awal ia sendiri ingin sekali tahu apa alasannya artis muda ini terus mengajukan re-banding padanya. Tapi karena pihak mereka terus merahasiakannya dan menutup mulut. Hingga saat ini Martha belum tahu apapun, alasan apa sebenarnya mereka melakukan itu.

Bukankah terlalu kekanak-kanakan, jika dia ingin terus mengulur waktu dalam hal berbisnis padahal dia sendiri juga membutuhkan pekerjaan ini?

Martha sudah membaca dengan lengkap seluruh isi kontrak itu sebelum ia menyerahkannya pada Monica. Tapi berdasarkan apa yang ia pelajari dengan teliti, tidak ditemukan adanya masalah apapun yanh mencemaskan pada isi kontrak tersebut.

Perjanjian itu sepenuhnya menguntungkan kedua belah pihak. Terutama pihak managemen artis karena mereka yang dipekerjakan di sini. Ini jelas adalah transaksi taken and given.

Lantas, apa yang dipermasalahkan laki-laki ini sekarang? Uangkah?

"Bukan," jawab Kevin singkat sambil menggelengkan kepala.

Martha sebenarnya tahu bukan karena uang mereka mengajukan banding. Tapi karena tidak ditemukannya adanya kesalahan dalam pembuatan kontrak, Martha kembali mengemukakan pendapatnya yang lain.

"Apa pekerjaannya terlalu banyak dan tidak sesuai dengan honor yang kami berikan?" tanya Martha mencoba menebak.

Kevin menggeleng.

"Sama sekali tidak. Perusahaan Anda memberikan honor yang cukup baik. Dan sebagai artis yang profesional, aku tentu telah terbiasa bekerja dengan sangat baik sebanyak apapun pekerjaan itu," jawabnya gamblang. Senatural mungkin. Tanpa ada yang ditutup-tutupi dan dibebani.

Martha ber-oh ria, lalu terdiam.

Profesional? Dengan mengajukan re-banding? Oh, ayolah..

Jika bukan karena itu, lantas apa? Martha mengerutkan bibirnya.

Sementara Monica menautkan kedua alisnya sedikit, menanggapi jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataannya itu.

Sekali lagi, pria itu menatap Monica dengan matanya yang cerah dan tersenyum.

"Tidak adakah sesuatu hal yang terlintas dipikiran Anda?" tanya Kevin menjurus tepat pada Monica dengan sikap penuh rasa ingin tahu yang besar. Monica hanya membalas tatapannya dan mendengarkan.

"Jika Anda berhasil menjawab dengan benar, maka aku tidak akan mempermasalahkan kesalahan apapun yang ada di dalam surat perjanjian ini. Dan aku juga bersedia menyanggupi segala prosedur yang telah ada sebelumnya. Tapi jika Anda tidak berhasil.. aku rasa, aku akan mengajukan tambahan klausa dalam kontrak yang ada. Bagaimana? Apa Anda sudah menemukan jawabannya?" ujar Kevin santai.

Monica menimbang ucapan pria yang bernama Kevin itu sekali lagi. Apa permainan tarik ulur sedang sangat beken belakangan ini? Mengapa dia terus berbelat-belit sejak pertama kali dia menginjakkan kakinya di ruangan meeting ini?

***

Nächstes Kapitel