webnovel

Bab 29 ( Saling Mengenal - Haikal Domani )

"Daddy, aku minta maaf. Apa aku datang terlambat?" tanya Monica pada Daddy-nya ketika ia sampai dan melihat Daddy-nya telah duduk dengan manis di salah satu meja resto.

Melihat putrinya datang, Daddy langsung berdiri dan menyambut Monica.

"It's okey, honey. Don't worry. Kau hanya terlambat beberapa menit. Dan itu biasa bagi seorang pria untuk menunggu wanitanya," balas Daddy sambil setengah bercanda.

Monica tertawa menanggapi. Ia lalu mulai mengamati sekitar.

"Daddy sendirian?" tanya Monica begitu ia mendapati tidak seorangpun duduk bersama dengan Daddy saat ini. Monica mengerutkan kening.

Apakah pertemuannya dibatalkan?, gumamnya dalam hati.

Sebelum menanggapi pertanyaan Monica, Daddy menyuruh Monica duduk terlebih dahulu.

"Duduklah," seru Daddy. Ia meminta Monica untuk duduk di sampingnya dan menemaninya.

"Daddy sudah memesankan beberapa menu favorit untukmu. Kau tinggal duduk dengan manis dan menunggu makanan itu datang. Daddy yakin kau pasti akan menyukainya."

Ucapan Daddy semakin membuat Monica berbinar.

Apa pertemuan ini benar dibatalkan karena ia datang terlambat dari waktu yang dijanjikan? Jika iya, maka Monica akan langsung bersorak gembira. Tapi bukankah ia hanya terlambat beberapa menit?

Belum sempat Monica melanjutkan pemikirannya, Daddy kembali bicara.

"Calonmu akan segera kemari. Dia baru saja pergi ke toilet. Karena itu, kau duduk dan tunggulah dia sebentar," jelas Daddy yang langsung membuat Monica ber-oh ria.

Dengan malas, Monica menarik kursi yang ada di samping Daddy, lalu duduk. Mengambil sebuah buku menu yang masih tergeletak di atas meja dan mulai melihat-lihat isinya. Ketika ia tengah asyik melihat-lihat, seseorang mendadak muncul dan berjalan ke arah mereka.

Pria itu kemudian bersuara.

"Maafkan saya Tuan Bramasta. Saya tidak bermaksud membuat Anda menunggu lama. Kebetulan, tadi saya tidak sengaja bertemu dengan teman Saya di depan toilet. Jadi kami mengobrol sebentar. Apa- putri Anda sudah sampai kemari?" seru pria itu tanpa melihat ke arah Monica.

Monica meyakini pria itu pasti adalah pria yang akan dikenalkan Daddy padanya.

Laki-laki itu mengenakan pakaian berwarna putih berbahan rajut model turtle dengan celana bahan panjang berwarna hitam. Ia juga mengenakan ikat pinggang berlogo H dan mengenakan sebuah mantel tipis berwarna aprikot yang panjang.

Dengan sepatu pantofel warna coklat tua yang ia kenakan, pria ini sukses menampilkan bentuk tubuhnya yang tegap dan sepasang kakinya yang jenjang.

Monica terkesima menatap pria itu. Bukan karena penampilannya yang berada di luar ekspetasinya, walaupun tidak bisa dipungkiri pria itu memang tampan, tapi lebih kepada wajah dari pria itu yang langsung mengingatkannya pada seseorang.

Awalnya Monica ragu. Tapi ia kemudian menyebutkan sebuah nama.

"Haikal..??" seru Monica dengan tanpa ragu.

Pria yang tidak menyadari bahwa wanita yang sedang dipertanyakannya itu kini tengah berada di hadapannya, menoleh dan langsung terkejut begitu ia melihat Monica.

"M-monica?" gumam pria itu dengan kening berkerut.

Apa-apaan ini. Jadi, pria yang akan dijodohkan Daddy padanya adalah Haikal? Haikal Domani?? Teman SMA-nya dulu???

Monica cukup terkejut melihat sosok pria yang telah lama tidak dijumpainya itu. Apalagi dengan cara yang seperti ini.

Sementara Daddy yang tidak menyangka ternyata kedua orang yang akan dikenalkannya itu bisa saling menyebutkan nama, menatap keduanya dengan bingung.

"Jadi.. kalian saling mengenal?" tanyanya.

"Iya, Oom. Kami dulu teman satu sekolah. Monica adalah adik kelas saya di sekolah menengah. Saya benar-benar tidak menyangka. Jadi, Monica ini adalah anaknya Oom?" tanya Haikal dengan ketidakpercayaan yang luarbiasa. Baginya ini terlalu kebetulan.

Monica langsung menanggapi.

"Haikal, aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu hal apa saja yang sudah Daddy katakan padamu. Tapi tolong, jangan menganggapnya serius. Daddy memang sering membuat lelucon. Karena itu, aku harap dia tidak memberimu banyak kesulitan," seru Monica dengan penuh rasa bersalah.

Daddy telah sangat membuatnya malu. Dari sekian banyak orang yang bisa ia jumpai dan ia tawari untuk melakukan perjodohan tak masuk akalnya itu, bagaimana mungkin Daddy bisa bertemu dan meminta Haikal untuk melakukannya?

Apa yang akan dikatakan teman-teman sekolahnya dulu jika mereka sampai mendengar hal ini? Dan apa Haikal setuju? Karena itukah ia datang kemari?

Monica menatap ngeri pada pria yang telah lama tidak ia ditemui itu. Walaupun telah lewat 6tahun lamanya sejak mereka tak berjumpa, wajah Haikal tetap saja sama dan tidak berubah. Dan jika saja ada yang sedikit berbeda, itu pastinya hanya karena aura yang dipancarkan pria itu yang kini terlihat lebih matang dan dewasa daripada sebelumnya.

Selebihnya, secara fisik Haikal tetaplah Haikal yang ia ingat dulu. Laki-laki itu tidak sedikit pun menua.

Wajahnya tetap terlihat ramah seperti saat mereka saling mengenal dulu. Dan itu membuat Monica mengenang kembali beberapa kejadian di masa sekolah dulu di Stadivairus Akademi. Saat itu, Haikal termasuk dalam sedikitnya jajaran orang yang memperlakukan Monica dengan berbeda.

Jika banyak orang mungkin akan takut atau enggan untuk berteman dengannya dan bahkan menyapa atau menegurnya, Haikal justru menjadi satu-satunya orang yang akan sangat ramah padanya saat berbicara. Tidak peduli dengan bagaimana reputasinya di sekolah dan siapa keluarga yang di milikinya, Haikal selalu bisa berbicara padanya dengan begitu santai dan tanpa menjudge.

Bahkan saat ini, Haikal tetap tersenyum padanya dengan penuh keramahan hati.

"Kau benar-benar tidak berubah... ah, tidak, kau.. semakin cantik. Aku sungguh tidak menduga akan bertemu denganmu di sini dan dengan cara seperti ini,"

Monica tersenyum menanggapi. Ia juga memikirkan hal yang sama.

"Apa kau telah berhasil mengatasi phobia ketinggianmu dengan baik? Setiap kali aku memikirkan tentang phobiamu itu, aku selalu saja khawatir," ucap Haikal yang bahkan masih mengingat sepenggal cerita tentang Monica, tanpa bisa Monica sangka.

Monica tentu tahu Haikal mempertanyakan itu karena terakhir kali saat mereka akrab dulu, Haikal sering kali merasa khawatir dengan sikap Monica yang selalu berlebihan jika sudah berada di ketinggian. Dan tentu saja itu semua kini telah menjadi cerita di masalalunya.

Ia bahkan menemui seorang psikiater untuk menyembuhkan phobianya. Dan itu berhasil.

Monica tersenyum, "Tentu saja aku sudah berhasil mengatasinya. Karena itu, setelah aku memiliki sebuah ruang kerja yang berada di lantai 10 di gedung kantorku yang mana juga terdapat sebuah jendela besar yang menghadap keluar, aku selalu menyempatkan diri untuk menikmati sunset di sore hari dengan secangkir teh tanpa perasaan takut apapun."

Haikal tersenyum.

"Kau tidak banyak berubah. Kau tetap seperti Monica yang aku kenal," Haikal membalas Monica dengan perasaan senang.

Dan sebelum Monica bersiap untuk merespon, Daddy sudah buru-buru berdeham untuk memecahkan suasana yang mendadak mengasingkan dirinya. Ia memang cukup senang karena ternyata kedua orang yang akan saling diperkenalkannya ini, telah saling mengenal satu sama lain sebelumnya ini.

***

Nächstes Kapitel