"Kakak kenapa..."Lina khawatir karena tubuh Reno bergetar hebat dan suara tangis jelas terdengar dari Reno yang memeluk Lina erat.
Lina mencoba melepaskan pelukan Reno.Tapi...
"Tidak biarkan dulu seperti ini..."pinta Reno dengan suara paraunya.
Akhirnya Lina membiarkan Reno menangis sepuasnya dia mengelus lembut tangan Reno yang melingkar ditubuhnya berharap Reno bisa sedikit merasa tenang.Lina dapat merasakan jika bajunya terasa basah karna air mata.
"Sebenarnya ada apa,kenapa dia selalu bisa berubah tak tertebak,kemarin dia terlihat dingin dan cuek dan sekarang dia menangis seperti bayi.."pikir Lina didalam hatinya karna untuk menebak sikap Reno itu adalah hal yang paling sulit untuknya.
"Kak..."panggil Lina dengan nada penuh kelembutan.Sudah hampir lima belas menit Reno menangis dan itu membuat Lina sedikit khawatir.
Lina melepaskan pelukan Reno dengan perlahan sehingga Reno yang sedang menangis sesenggukan tak terasa jika tangannya terlepas.
"Kak..."Lina meraih wajah Reno yang masih menunduk Reno benar benar tidak sadar jika Lina tak lagi membelakanginya.
"Kakak kenapa..."tanya Lina lembut pada Reno yang wajahnya ia tangkup dikedua tangannya.
"Jangan melihat ku sekarang..."Reno melepaskan tangan Lina dipipinya dengan cepat begitu ia sadar Lina sedang memperhatikannya.
"Aku sedang kacau,jangan melihat ku sekarang aku sedang tidak tampan seperti biasanya..."Reno mengatakan itu dengan menundukkan wajahnya kembali kebawah.
"Dan jangan tertawa..."protes Reno begitu ia sadar Lina sedikit tersenyum tadi.
"Ahahahaha apa apaan ini..."Lina malah tertawa keras begitu mendengar apa yang dikatakan Reno dan dengan repleks Lina kembali menangkup wajah Reno dengan kedua tangannya dan ia paksa untuk melihat kearahnya.
Tawa Lina terdengar semakin kencang karena ia begitu merasa lucu dengan penampilan Reno yang sekarang.Matanya bengkak rambutnya terlihat begitu semerawut bahkan hidungnya terlihat sangat merah.
"Kenapa tertawa,aku ini sedang merasa tidak tampan bukan sedang melucu..."protes Reno dengan bercanda.
Karena Reno tau Lina tertawa seperti itu hanya ingin menghentikan tangisannya dan tak bermaksud mengejek.
"Kenapa ini bisa sampai begitu bengkak..."tanya Lina sambil mengelus mata Reno lembut dengan telunjuknya.
Tak terasa Reno tersenyum begitu merasakan usapan lembut tangan Lina dimatanya.
"Air mata ini sangat berarti untuk seseorang yang ada dimasa depan kakak,sayang jika harus dikeluarkan sekarang..."Lina mengusap sisa air mata dipipi Reno lembut dengan ibu jarinya.
"Kakak harus janji suatu hari nanti kakak harus mencari pendamping yang lebih baik daripada aku,yang bisa membuat kakak menangis bahagia.Bukan menangis dengan cengeng seperti saat ini..."Lina memencet hidung Reno keras sampai Reno mengaduh kesakitan.
"Udah mandi sana,ini udah siang..."Lina beranjak dari tempat tidur dan dari hadapan Reno dengan cepat ketika Reno lengah.
Lina suka ketika ia dipeluk suaminya tapi ia sadar jika pelukan itu hanya sebatas sandaran untuk Reno ketika sang suami ada masalah.Lina pun ingin tau ada apa masalah apa dengan Reno,tapi Lina memilih tak bertanya karena ia merasa tak punya hak untuk itu.
"Kamu gak mau tau alasan kenapa aku menangis..."Reno sedikit merasa kesal karena Lina yang terasa cuek.
"Ouh apa aku boleh mengetahuinya. Setahu ku aku tak punya hak untuk itu..."Lina mencoba mengalihkan pandangannya dari Reno yang tengah menatapnya tajam,dia mencoba menyiapkan baju yang akan Reno pakai kekantor hari ini.
"Bagaimana kalo aku bilang kamu berhak..."Reno semakin kesal karena lagi lagi Lina selalu bersikap sesuai kontrak.
"Ya tapi aku tidak ingin mengetahuinya,aku tidak tertarik dengan masalah kakak..."jawab Lina dengan berbohong karena ia tak mau terpancing dan kembali jatuh kedalam pelukan Reno.
"Bagaimana jika aku memberitahumu,aku menangis seperti ini karena kamu.Apa kamu masih tidak tertarik..."
Mendengar itu Lina menghentikan kegiatannya didepan lemari yang tengah menyiapkan baju untuk suaminya.
"Aku bilang aku menangis karena kamu..."Reno yang merasa kesal karena Lina yang bersikap seakan tak peduli padanya, akhirnya menghampiri Lina yang berdiri mematung didepan lemari.
Reno menempelkan badanya ketubuh Lina dari belakang tapi ia tak memeluknya,hanya kepalanya saja yang bertumpu dipundak sang istri.
"Aku ingin kamu bertanya aku kenapa,aku bagaimana,dari mana,aku mau kamu bertanya semua hal padaku..."lagi lagi air mata lolos dan kembali mengalir dipipinya.
Reno sudah tak lagi memikirkan jika dia dicap cowok cengeng atau sebagainya.Yang dia tau sekarang dia hanya ingin memperbaiki hubungannya dengan Lina,menebus semua kesalahannya setahun kebelakang,dan satu yang paling ia takutkan ialah Lina yang akan memilih untuk pergi meninggalkan dia.
Reno takut kesalahannya membuat Lina tak mau membuka hati untuknya saat ini,Reno takut jika perasaan yang ia punya hanya bertepuk sebelah tangan.
Ya Reno sudah menyadari perasaannya pada Lina,dia pikir dia takkan menikahi Lina jika ia tak merasa tertarik padanya,Reno sudah menyukai Lina sejak dulu dan mungkin karna rasa itu pula Reno menuliskan poin jika Lina tak boleh berselingkuh.
Dulu mungkin Reno tak mau menyadari perasaannya karena merasa angkuh akan dirinya sendiri dan menganggap Lina sama seperti perempuan lain yang mendekatinya karena uang.Tapi semenjak ia tinggal bersama Lina dan bertemu setiap hari.Reno merasa rasa itu kembali tumbuh seiring kebersamaan yang mereka jalin.
"Aku juga ingin kamu menceritakan semua tentang kehidupanmu padaku,aku ingin tau semua tentangmu,aku merasa cemburu dengan dia yang mengetahui semua tentang kamu dan memberikan semua yang kamu mau.Aku tak suka itu,aku ingin hanya aku yang akan memenuhi semua kemauanmu..."Reno mengatakan itu semua dengan tulus dari hatinya,dia akui dia merasa cemburu pada Evan yang mengirimi Lina paket paket itu.
"Aku ini memang suami tak berguna,aku tak pernah ada disaat kamu butuh,aku selalu membuatmu sendiri dan merasa sepi,aku bahkan sudah melukaimu di sepanjang pernikahan kita.Aku minta maaf dan aku ingin merubah semuanya,aku ingin berubah..."Reno mengungkapkan semua yang ada dihatinya.Dia sadar dia bisa menangis seperti ini untuk Lina karena rasa bersalahnya dan rasa takut kehilangannya.
Lina yang mendengar pengakuan dari Reno merasa tersentuh karena Reno kata kata Reno terdengar begitu tulus.Hati Lina merasa berbunga ketika Reno mengungkapkan perasaannya dan merasa sangat terharu karena Reno yang menangis untuknya.
Perlahan Lina menaruh kembali baju yang ia pegang kedalam lemari dan membalikan badannya perlahan untuk mengahadap Reno.
Tak terasa air mata Lina ikut keluar begitu melihat Reno yang terlihat sangat rapuh,wajahnya ia tundukan kebawah dengan air mata yang menetes tak lagi ke pipi melainkan langsung kelantai.Hati Lina terasa bergetar saat melihat air mata Reno yang terus menetes dan itu karena dirinya.
Perlahan tangan Lina menangkup kembali wajah Reno untuk ia angkat ke atas sejajar dengan wajahnya.
Mata Reno masih terpejam dengan air mata yang masih keluar,nafasnya terdengar sedikit tak lancar karena diiringi segukan efek dari tangisnya.
Tangan Lina menghapus air mata Reno lembut,bibirnya terkunci karena tak tau harus berkata apa.Matanya tertuju pada pemandangan yang menurut Lina sangat menyejukkan hati.Suaminya yang dulu begitu dingin dan tak peduli padanya hari ini menangis mengungkapkan perasaannya yang seolah olah takut kehilangan.
Setelah Reno dirasa cukup tenang,air matanya pun sudah berhenti keluar hanya saja Reno belum berani membuka matanya membuat Lina gemas sendiri dan langsung memeluk Reno erat.Dirasa sudah cukup lama Lina memeluk Reno erat tapi belum mendapat balasan membuat Lina semakin gemas.
Dengan sengaja Lina menggeleng gelengkan kepalanya didada Reno yang bidang sampai Reno terdengar sedikit tertawa karena ulahnya.
"Geli Lina...."suara Reno kini terdengar sedikit lebih bersemangat karena menahan rasa geli akibat ulah Lina.
"Geli..."tatap Reno lembut kepada Lina begitu ia berhasil menghentikan aksi Lina.
"Gitu donk, senyum..."Lina mengulurkan tangannya untuk menghapus sisa air mata yang ada diwajah Reno.
"Terimakasih..."Reno menahan tangan Lina yang ada diwajahnya membiarkan tangan itu tetap berada disana dan merasakan kelembutannya.
Cup...
Reno mengecup bibir Lina lembut,satu tangannya memeluk pinggang Lina membawanya lebih dekat kedalam tubuhnya.
Cup...
Reno kembali menempelkan bibirnya ke bibir Lina,tapi kali ini dia dengan sengaja menempelkannya lama, berharap kali ini Lina akan membalas ciumannya.
Perlahan lahan Reno mulai menggerakkan bibirnya dibibir Lina dengan lembut,secara bergantian bibir Reno mengecup bibir bawah dan bibir atas Lina dengan perlahan.
Lina yang kini tak punya alasan untuk menolak ciuman dari Reno perlahan-lahan membalas ciuman Reno, apalagi Reno melakukannya dengan sangat lembut membuat Lina sedikit terbuai.
Cukup lama bibir mereka bersatu,Reno yang sangat menginginkan saat saat seperti ini dengan tidak rela melepaskan ciumannya karena Lina yang terlihat sedikit kesulitan bernapas.
"Manis..."puji Reno dengan mengusap bibir Lina lembut dengan jarinya.
"Sudah siang kak,kakak harus pergi ke kantor.."Lina terlihat mengalihkan pandangannya dan pembicaraan karena ia tau pipinya saat ini pasti sudah terlihat merah merona.
"Siapa bilang aku akan kekantor hmm..."Reno yang sadar Lina tengah menyembunyikan wajahnya yang merona,langsung membawa Lina ketempat tidur mereka dengan cara menggendongnya dengan romantis.
"Kak..."Lina yang merasa kaget karena Reno yang membawanya ketempat tidur langsung berontak dan mencoba bangun.Tapi Reno menahannya dan malah membawa Lina kedalam pelukannya.
"Temani aku tidur,kamu tau semalaman aku tak bisa tidur..."Reno memeluk Lina erat bahkan kakinya mengunci pergerakan kaki Lina disana dengan kakinya.
"Terus kekantornya..."tanya Lina.
"Ntar aja,saat ini aku hanya ingin tidur..."Reno mencoba memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya pada Lina.Kali ini Reno yakin akan bermimpi sangat indah didalam tidurnya karena sekarang dia tak mempunyai alasan untuk bermimpi buruk,dengan adanya Lina tidur dipelukannya itu sudah sangat indah bagi Reno.