webnovel

Penembak Jitu

DEAD ZONE

                  Zombie Crisis

                  -Michael POV-

          -Backround Character-

Michael Christopher, yang mewakili karirnya sebagai seorang perwira kepolisian Dunhill, kini ia telah ditugaskan sebagai seorang agen rahasia untuk membantu Helen dalam mencari informasi dibalik sebuah insiden penyebaran virus yang sangat mematikan, tepatnya berada di kawasan eropa yang terdapat di sebuah kota yang bernamakan New Castile.

Namun karena sebuah penolakan yang ia berikan kepada pemerintahan atas nama misi yang diberikan, secara paksa ia harus menelan kepahitan dibalik sukarnya kehidupan. Michael sengaja diculik oleh rekannya dan di tempatkan pada New Castile untuk menjalankan sebuah misi yang telah di berikan oleh presiden AS.

                  DEAD ZONE 

                 Zombie Crisis

                  

Ditengah kegelapan malam yang mencekam, suasana sepi nan sunyi seakan menjadi hiasan pada sudut mata memandang.

Kini aku tengah berada di dalam sebuah mobil van yang dikendarai oleh seorang pria berambut hitam kecoklatan. Namanya adalah Jack Krauzer, salah satu warga New Castile yang kini tengah menjadi anggota dari Mercenery Ops.

Pada kursi jok depan, tampak terlihat sesosok gadis berambut hitam legam dengan longdress yang berwarnakan putih. Tak lain, ia adalah Helen Sparingga, salah seorang pemimpin dari organisasi sukarelawan yang bernamakan Mercenery Ops.

Suasana di daerah New Castile bagaikan kota mati. Tiada satu pun kendaraan yang berlalu lalang, bahkan aku sama sekali tak melihat seorang pun disetiap sudut mata memandang, terkecuali beberapa zombie kelaparan yang tengah terlintas pada pengelihatanku.

Beberapa gedung tampak hancur dengan kobaran api yang bergejolak sangat kuat membakar atapnya. Tak hanya itu, beberapa mobil tampak rusak tak berbentuk pada bahu jalan, sebagian dari kendaraan tersebut tampak terbakar dengan posisi terbalik pada trotoar.

Sesosok pria tak dikenal tengah mengawasi kami dari salah satu gedung pencakar langit pada saat mobil yang dikendarai oleh Jack tengah melintasi rute perjalanannya.

Seorang pria bertopeng dengan seragam hitam layaknya S.W.A.T tampak terlihat dengan sebuah senapan berjeniskan L11S Magnum pada genggaman tangannya. Tak hanya itu, ia yang tengah berdiri pada balik jendela berlapis kaca, hendaklah membidik salah satu dari kami yang tengah berada di dalam mobil.

Malam tak berbintang, bulan pun enggan tuk bersinar. Dibalik kesunyian malam yang mencekam, terdengarlah desingan peluru yang mampu mengejutkan seluruh para penumpang pada mobil van yang tengah melintasi rute perjalanan.

*DUUAR!

Sedetik setelah terjadinya suara telusan peluru pada kesunyian malam, serentak mobil yang tengah kami tumpangi segera oleh ke kanan.

Aku mulai beransumsi bahwa ada seseorang yang telah sengaja membidik ban mobil kami. Namun siapa? Entahlah, aku pun tidak mengetahuinya.

Dengan kedua tangan yang tergenggam rapat pada steer pengemudi, serentak Jack segera membanting steer ke kiri. Naas, mobil yang kami tumpangi kini mulai menabrak pembatas jalan.

Berada jauh disana, tepatnya pada sebuah jendela berlapis kaca yang berada pada suatu gedung, tampak terlihat sesosok pria dengan masker layaknya S.W.A.T yang tengah membidik kami menggunakan senjata api berjeniskan sniper

L11S-AWM pada genggaman tangannya.

Aku mulai membuka pintu mobil dan segera merangkak keluar untuk mencari tempat persembunyian dari bidikan. Sama halnya dengan Helen yang segera bergegas keluar dari dalam bangkai mobil yang telah remuk tak berbentuk.

Jack masih berada di dalam hanya mampu untuk pasrah setelah ia tahu bahwa kaki kirinya terjepit body mobil. Sesaat ia tersenyum pada kami dan meminta agar aku dan Helena segera bergegas untuk meninggalkan lokasi kejadian.

"Sepertinya ada mata-mata yang sengaja mengincar keselamatan kita. He-Helena, cepatlah kau tinggalkan tempat ini, aargk!" ringiknya menahan rasa  sakit pada bagian kakinya.

"Tidak Jack, kau harus segera aku selamatkan, setidaknya aku akan mencari bala bantuan dari markas pertahanan," kata Helen dengan sedikit gelengan pada kepalanya, seakan ia enggan untuk meninggalkan rekannya yang sedang kesakitan.

"Kita sudah lama berjuang bersama, meski kini aku tahu bahwa kau adalah suruhan pemerintah AS. Helena, keselamatan para warga sipil kini ada di dalam genggaman tanganmu, lakukanlah sesuai dengan kemampuan yang ada untuk menyelamatkan dunia," ucap Jack seraya menahan rasa sakit pada salah satu kakinya yang masih terjepit pada body mobil.

Helena tampak sedih dengan pandangan mata yang kian berkaca-kaca.

"Jangan pedulikan aku Helen, pergilah kawan... Pergilah," ucap Jack sekali lagi.

Seorang pria yang tadinya telah menembak ban mobil kami, kini ia tampak terlihat sibuk dalam melakukan bidikan pada salah satu target diantara kami. Ya! Sesaat setelah Jack menyampaikan pesan tekahirnya pada Helena, sesaat itulah terdengarlah suara desingan peluru yang mampu membangunkan seseorang dari tidur panjangnya.

*DUUAR!

Sebutir peluru kian melesat kencang hingga pada akhirnya mendarat pada suatu titik target yang telah di tentukan. Yakni pada leher Jack yang malang.

"Helen, merunduk!" seruku dengan tatapan mata yang terpaku pada suatu titik pengelihatan. Yakni pada salah satu jendela berlapis kaca yang terletak pada salah satu gedung tua.

Helena segera berlari meninggalkan bangkai mobil dan bersembunyi pada salah satu dinding pertokoan.

"Helena, jangan melihat ke arah jam dua belas. Di salah satu gedung tampak terlihat seorang pria bersenjatakan AWM yang tengah mengincar keberadaan kita."

"Aku mengerti!" sahutnya.

Helena yang tampak terdesak segera mengambil sebuah HandyTalking pada pinggang kirinya untuk menghubungi bala bantuan.

'Bravo, Bravo! Disini RedOne, ganti!

-Zzzt!

'Diterima RedOne, ganti!

-Zzzt!

'Kami tengah berada didalam pengawasan penembak jitu, butuh bantuan, ganti!

-Zzzt!

'Tunjukan lokasimu RedOne.

-Zzzt!

'Jalan GreenField, sebelah utara gereja Santa Maria.

-Zzzt!

'Bantuan akan segera tiba, mohon tetap berada pada lokasi titik penjemputan, ganti.

-Zzzt!

'Di mengerti!

-Bersambung-

Nächstes Kapitel