"siapa pun yang memiliki kemampuan melahirkan pewaris keluarga ini, Rio dan Nyonya Julia berharap keturunan Wiryo lenyap,"
Hendra mengangguk ringan, tanpa penuturan Mia lelaki ini tahu apa yang orang-orang itu mau. Musuh yang memiliki ikatan darah dengan keluarganya, menginginkan kemusnahan Djoyodiningrat.
Pada langkah kaki keduanya yang perlahan mendekati tepian danau. Dua orang itu berhenti. Hendra membalik separuh tubuhnya menghadap pada Mia.
"Boleh aku bertanya hal lain pada anda?"
Mia mengangguk, "tentu, silakan," ucapnya, mata ibunda juan berbinar. Dia hampir tidak pernah diperlakukan sebaik ini oleh orang lain.
Hidup dalam keadaan yang penuh tekanan sejalan dengan cara orang lain melihatnya dengan ekspresi rendah. Mia merasa detik ini luar biasa. Bagaimana tidak, pria yang berstatus Tuan muda keluarga adidaya ini berkomunikasi dengannya tanpa memberinya tatapan mencela.
"Apakah kamu masih ingat, saat Aruna menangis?"
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com