Mahendra menggerakkan kepalanya, dia menghendaki asisten yang membuntuti keberadaan istrinya menghilang secepatnya.
Tidak ada senyum sama sekali ketika lelaki bermata biru mengurangi jarak di antara dirinya dan istrinya. Dan, Aruna sadar, itu tanda-tanda bahwa di dalam diri Mahendra terdapat kecamuk yang sedang dia tahan. Tiap langkah maju yang diambil pria tersebut, menggiring perempuan hamil berjalan mundur hingga menempel pada dinding. Kepalanya menunduk dan dia tidak tahu harus bagaimana.
"Kenapa bangun sepagi ini?" Suaranya lembut walaupun ada intonasi berat di sana.
"Aku jalan-jalan ke taman. Aku ingin, em' udara segar dan menghirupnya banyak-banyak," lelaki yang menjadi lawan bicaranya meraup wajah mungil yang masih menunduk, lalu menengadahkannya ke atas. Manik mata biru cemerlang menatap datar ketika dia mengelus rambut istrinya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com