"Tentang kuliahku," kalimat ini mampu mendobrak detak jantung seorang pria yang sejak pagi telah menerima kalimat-kalimat mengejutkan dari kakeknya, "Aku sudah bicara dengan kak Aliana dan berdiskusi dengan bunda Indah," setiap kata yang keluar dari bibir Aruna layaknya pemompa denyut nadi yang alami. Bukan hanya jantung yang berdetak hebat, Mahendra bahkan menahan nafasnya tanpa sadar ketika mendengarnya.
"Aku tidak akan mengambil kelas sampai melahirkan, bisa jadi sampai si kecil siap aku tinggal untuk kembali ke kampus," dan si pendengar yang tengah mengkhidmati detak jantungnya —memejamkan mata, menghayati kerelaan istrinya yang dia dambakan. Hingga tanpa sadar, bahu mungil dia dekap erat sambil membisikan kata terimakasih mendalam.
Mahendra mengecup pelipis Aruna sebelum matanya benar-benar terpejam dan tertutup sempurna.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com