"Aruna jangan berkata seperti itu please!" mata biru tersembunyi di dalam pelupuk yang menutup rapat, sejenak.
"Kenapa? Kamu baru sadar sekarang, kalau kamu semalam menyiksa ku dan baby? Sekarang kau juga ingin menyiksaku dengan aturan-aturan mu??" dia meledakkan rasa lelahnya.
"Hentikan, atau kamu.."
"Apa??" Suara Aruna mendesak dan berwujud Amarah.
Di sisi lain Hendra mengunci mulutnya, dia meraih gelas Aruna. Lalu berjalan ringan menuju arah keluar kamar. Entah apa isi kepala Aruna. Perempuan tersebut berlari lebih cepat lalu membuka pintu lebar-lebar, memastikan dirinya berada di luar.
Mahendra mengerutkan keningnya.
"Apa kau berpikir aku akan menguncimu?" kalimat tanya ini menandakan kekecewaan.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com