"Kau setuju?" tanya Hendra yang tertular rasa malu Aruna, ikutan senyum-senyum sambil memberi penawaran pada gadisnya.
"Entah -lah,"
"Kau masih bingung??"
"Iya,"
"Tak apa, kita perlahan saja,"
Sejenak kemudian ada yang mendekap lebih erat.
"Kau harus cepat sehat, agar yang perlahan itu segera jadi nyata," kata Mahendra sambil menguap. Tak butuh waktu lama dia benar-benar menghilang dalam tidur sempurna. Tentu saja dikarenakan pria ini belum sempat memejamkan mata pada malam sebelumnya. Dia yang terlelap meninggalkan gadis merona sendirian.
Sempat nyengir, untungnya Aruna kini bisa berbangga hati setelah mendapati pernyataan cinta aneh terkait analogi terkait dirinya ialah udara yang di butuh kan dengan amat sangat oleh CEO DM grup, wajah pria yang kini bisa dia sentuh berulang tanpa rasa canggung bercampur malu seperti dulu.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com