Aruna membolak-balik handphone barunya. Terlalu bagus. Sembari melihat aplikasi apa saja yang dapat segera dipulihkan, dia juga mendownload aplikasi tertentu yang menjadi kebutuhannya sebagai desain projek Surat Ajaib.
Untung saja nomornya masih bisa diselamatkan. Aruna melirik Hendra, wajah CEO Djoyo Makmur Grup menjadi begitu dingin. Layaknya manekin, tak bersuara. Bahkan serasa tidak bernafas.
Aruna harus memulai percakapan, tapi dari mana?. Dari kata terimakasih atau maaf. Ya, dia perlu minta maaf. Sepertinya Hendra tadi tahu bahwa nomornya disimpan dengan nama 'CEO gila'. (+_+)
Tapi jika maaf yang lebih dahulu dia suarakan, apakah CEO itu dapat dipastikan tidak marah?. Ah' sungguh menyebalkan berurusan dengan lelaki misterius, pemarah, suka semuanya sendiri, dan banyak kumpulan ungkapan negatif didalam otak Aruna untuk pewaris Djoyodiningrat.
Diurungkan sudah kalimat 'maaf'.
"Hendra terimakasih". Aruna menyapa.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com