webnovel

Bab 20. Pengangguran Baru

Duke juga mulai sedikit menurunkan pundaknya dan mencoba santai. Lagipula saat ini Arthur lebih tenang setelah kasus pembantaian satu keluarga di distrik G kemarin. Entah apa yang akan ia rencanakan lagi untuk menyusahkan tim mereka.

Kemarin Tom meminta laporan kepolisian dari Finni dan hanya menghasilkan jalan buntu untuk mengurus penyelidikan mengenai pembantaian itu. Setidaknya kepolisian sedikit tahu mengenai Arthur karena viralnya Arthur beberapa bulan yang lalu akibat ulah Earl. Katakan saja, Arthur akan bergerak ketika Earl bergerak.

Cukup mudah di tebak, karena hanya di tim mereka saja yang tahu jika Arthur memiliki perasaan spesial pada Earl. Sewaktu-waktu Ricard akan menggunakan Earl untuk memancing Arthur keluar dari sarangnya. Tetapi sayangnya, Ricard juga harus melakukan hal konyol apa? Menyandera anggotanya sendiri? Jangan bercanda!

"Bagaimana dengan rekaman yang diminta Earl? Apakah kau menemukannya?" Ricard menyesap kopinya dan menatap Tom. Tom menggelengkan kelapa sambil memegangi dahinya.

"Aku belum menemukannya hingga sekarang. Karena itu kejadian lima tahun lalu, banyak saksi yang telah dibungkam saat itu. Dan karena ini sudah terlalu lama, maka kasus pun tertimbun hingga perlahan orang-orang melupakannya." Ujar Tom yang membuat Duke menghela nafasnya lebih dalam. Itu tugas yang melelahkan.

Ricard mengangguk paham. Sebenarnya rekaman itu bisa menjadi kunci pembuka mengenai kasus kecelakaan besar itu. Tentu saja karena ada Arthur disana, bukan tidak mungkin kecelakaan itu disengaja karena Arthur telah mengetahui militer mulai bergerak menangkapnya.

"Teruslah mencari, Tom." Kata Ricard dan Tom pun mengangguk mengerti.

-Distrik J-

Jason tidur dengan mendengkur keras di ruang kerja Arthur. Arthur masih dalam mood yang baik sebulan ini setelah bertemu Earl. Setidaknya ia bekerja tidak terlalu terganggu dengan Jason yang sudah menjadikan sofa tamu ruang kerjanya menjadi tempat tidur.

Belum lagi kejadian spesial waktu itu. Arthur tersenyum kecil ketika mengingatnya. Tidak akan ia lupakan wajah lucu Earl ketika pertama kali berciuman dengannya. Ada rasa manis yang Arthur rasakan dari bibir kering Earl.

Walaupun Arthur akui jika mulut Earl beraroma obat-obatan. Tetapi memang dasarnya cinta, kotoran sekalipun akan terasa manis. Itulah Arthur, karena moodnya begitu baik hingga mengacuhkan begitu saja para lalat yang berusaha menangkapnya.

"Aku seperti pengangguran baru, Arthur. Tidakkah kau mencarikan pekerjaan untukku?" Arthur menatap Jason terbangun dan duduk sembari menggaruk kepalanya. Tetapi ia cuek saja dan tetap mengerjakan pekerjaannya dengan damai.

Jason disana yang diabaikan mendadak menjadi memiliki minat untuk mengganggu bosnya. Dengan tatapan jahilnya, Jason mulai memanas-manasi Arthur.

"Jadi? Apa yang terjadi hari itu? Aku sudah menebak bahwa kalian tidak melakukan 'itu' karena kondisi Earl. Aku terbuka jika kau bertanya sedikit soal cinta." Ucapnya percaya diri dengan kedua alis yang naik turun.

Jason lalu berpindah dan duduk dengan antusias di depan meja Arthur. Tetapi disana bosnya hanya tetap diam dan memasang wajah datar yang memuakkan. Jason si pengangguran baru tengah mendapat pekerjaan yang jauh lebih menarik, yaitu mengganggu bosnya. Ia mengelus dagunya pelan dengan mata memicing menatap Arthur.

"Hmm... sepertinya hanya saling mencumbu saja-" Arthur melirik Jason sejenak sebelum ia menyesali tindakannya. Jason tertawa setelahnya dan malah semakin gencar menggoda Arthur.

"Bagaimana rasanya? Apakah sosok amatiran ini bisa menyeimbangkan cumbuan seorang perwira? Belajar banyaklah mulai sekarang Arthur." Ucapan Jason masih belum bisa membuat Arthur salah tingkah. Di seberang sana bosnya tetap bungkam.

'Ini menyenangkan.' Batin Jason. Tak puas hanya dengan melihat Arthur yang diam, Jason kembali membuka sesi saling membuka aib diantara mereka.

"Kau tahu Arthur? Di zaman ini, beberapa orang melakukan sexs tanpa banyak aturan. Mereka melakukannya karena suka. Dan sebagian dilakukan yaa seperti dirimu, dibutakan oleh cinta." Dan Arthur menghentikan kegiatannya kemudian menatap Jason sudah dengan kedua alis yang mengkerut. Jason tersenyum lebar.

"Aku bukan lelaki bebas sepertimu, Jason. Jangan mendoktrinku dengan pemahaman sesatmu, aku lebih tahu dimana tempat yang tepat untuk menanam bibit." Jason hampir menyemburkan tawanya ketika mendengar perkataan Arthur.

"Ya tuhan! Selamatkanlah perjaka lapuk ini!" Pekik Jason menatap ke atas seperti memohon sambil tertawa dan hampir terjungkal dari kursi.

"Keluar!" Arthur menggeram kesal lalu membentak Jason untuk menjauh darinya. Tapi bentakannya hanya ditertawakan oleh Jason sambil keluar dari ruang kerjanya. Menyisakan Arthur yang kesal setengah mati akibat mulut Jason.

-Rumah Baru-

Earl menghabiskan waktunya dengan hal-hal membosankan selama hampir dari dua minggu. Ia tidak lagi menggunakan kursi roda, tidak lagi memasak sambil duduk dan tidak lagi menghabiskan waktu dengan nyeri pinggang berlebihan.

Tangannya sibuk memencet tombol remot TV, berpindah dari tayangan satu ke yang lainnya. Semua berita hanya berisi propaganda warga negara asing di berbagai kota. Earl sangat paham situasinya.

Mengingat General tidak memusingkan hal ini, dan membiarkan kekacauan kecil itu. Mereka berpikir malah bagus mereka bertindak, sambil menunggu rubah kecil mereka pulih. Arthur akan disibukkan dengan lalat kecil untuk sementara, padahal dilain sisi, sang mafia sendiri tetap menjalani kegiatannya seperti biasa. Membeli dan menjual beberapa barang ilegal dan merambah di negara Amerika.

Earl pun mematikan TV dan melempar remot ke atas meja. Ia menyandarkan punggungnya di sofa begitu membosankan. Matahari sudah gugur di peraduannya senja ini. Menyisakan Earl di ruang tengah bagai seeonggok batu yang entah berguna atau tidak.

Earl mengeram bosan dan segera bangkit menuju ruang belakang. Disana terdapat pegangan di kedua sisi untuk Earl berlatih berjalan sempurna. Dan ini sudah kelima kalinya Earl berlatih.

Tidak banyak yang Earl lakukan. Hanya berjalan dengan pelan dan berusaha untuk tidak bertumpu pada kedua kakinya. Karena ia merasakan nyeri yang sangat menyakitkan ketika ia berdiri sempurna, terutama di bagian pahanya.

Earl menyandarkan kedua tongkatnya di dinding dan perlahan menggapai pegangan besi. Ia memang bisa menggerakkan sedikit kakinya, hanya saja itu butuh perjuangan ekstra mengingat betapa menyiksanya rasa sakit itu. Keringat tipis mulai membasahi dahi Earl ketika ia sudah berjalan satu kali putaran.

Matanya begitu fokus dan na'as bagi Earl ketika telapak tangannya yang berkeringat dan licin hingga membuat Earl kehilangan pegangan dan secara otomatis bertumpu pada kaki kirinya, Earl mengeram kesakitan.

"Arghh...." Earl mengerang menegangi pahanya. Ketika lututnya melemas, Earl sudah pasrah untuk jatuh ke lantai. Tapi sebuah tangan menahannya.

"Kau tak apa, Earl?"

Suara itu membuat Earl mengerutkan alisnya kuat.

"Apa orang tuamu tidak mengajari sopan santun ketika masuk ke rumah orang lain? Dasar brengsek!" Earl langsung memaki kasar ketika Arthur memeluknya untuk bertahan pada posisi berdiri. Earl kesal.

"Aku hanya melakukan sesuatu secara efisien. Kau tidak perlu repot berjalan membukakan aku pintu, karena aku bisa langsung masuk menemuimu." Arthur berkata seperti tidak punya urat takut di tubuhnya.

Earl mendengus kasar. Disibaknya dada Arthur hingga berada pada posisi begitu intim. Arthur yang menahan pinggang Earl dengan kedua tangannya, sedangkan Arthur bertatap muka dengan Earl.

"Kau seperti tidak memberiku ruang privasi, Arthur. Haruskah aku melakukan hal yang sama padamu?" Kata Earl sambil menatap Arthur sinis. Arthur menggelengkan kepala dengan senyum kecil di bibirnya.

"Tidak. Kau tidak diizinkan memasuki teritoriku, Earl." Dan perkataan Arthur hanya dibalas dengan tawa mencemooh dari Earl.

"Oh? Aku mungkin menemukan beberapa spekulasi jika teritorimu tidak jauh dari wanita-wanita yang tidak berpakaian dan hidup berfoya-foya dengan menikmati anggur. Naifnya dirimu bertemu dan memujaku padahal kau punya segala yang kau mau." Arthur tersenyum sambil memainkan jari telunjuknya. Menampik perkataan Earl.

"Tetapi faktanya kau selalu berpakaian di hadapanku dan mengomeliku setiap kita bertemu. Apakah itu bisa membantah spekulasimu?" Earl langsung mengamuk.

Percuma adu debat dengan Arthur, ia selalu dengan mudah membalikkan perkataannya dan menyerang balik setelahnya. Earl terlalu malas menanggapinya, hanya membuang-buang tenaga. Sedangkan Arthur disana seakan baru saja memenangkan lotre karena menang debat dengan Earl.

Nächstes Kapitel