Leon dan Nadia melangkahkan kakinya keluar dari bandara Soekarno Hatta. Keduanya berdiri di luar pintu kedatangan sambil mencari-cari orang yang akan menjemput mereka.
"Mana yang jemput kita, Nad?" tanya Leon. Karena ia tidak melihat satu orang pun yang membawa papan nama bertuliskan nama mereka.
"Harusnya dia udah di sini," jawab Nadia. "Sebentar, gue coba hubungin dia dulu."
Nadia hendak mengeluarkan ponselnya dari tas ketika seseorang berjalan menyenggol tubuhnya hingga membuat ponselnya terjatuh. Ia pun segera meraih kembali ponselnya dan berdiri sambil mencoba menghubungi orang yang akan menjemputnya dan Leon. Ia sedikit mendengus begitu melihat orang yang baru saja menyenggolnya adalah Karina.
"Kalian lagi nyari orang yang jemput kalian, kan?" tanya Karina yang tiba-tiba saja sudah berdiri di depan Leon dan Nadia.
Leon menghela napasnya sembari memalingkan wajahnya. Sementara itu, Nadia segera menyapa Karina. "Ibu Karina, kebetulan sekali kita ketemu di sini."
Karina balas tersenyum pada Nadia. "Jangan panggil Ibu, kedengerannya saya jadi tua banget. Padahal kita seumuran. Kalian lagi nyari orang yang jemput, kan?" Karina kembali bertanya pada Nadia.
Nadia menganggukkan kepalanya.
"Ayo, ikut saya," ujar Karina.
Nadia menoleh pada Leon untuk meminta persetujuannya. Leon menatap Nadia sesaat lalu ia mengangguk pelan.
Karina mengulum senyumnya melihat Leon yang mengangguk pada Nadia. Ketika Nadia sedang mengambil kopernya, Karina berjalan mendekati Leon. "Seperti ucapan saya di pesawat tadi, setelah kita sampai di Jakarta, kita bakal sering ketemu." Selesai mengucapkan kata-katanya, Karina segera berjalan mendahuluinya.
Leon berjalan di belakangnya bersama Nadia.
"Dia ngomong apa tadi?" tanya Nadia seraya menunjuk Karina dengan dagunya.
"Apa lagi selain bilang kita bakal sering ketemu dia," sahut Leon.
Nadia menepuk-nepuk punggung Leon. "Ini rencana Nyokap lu sebenarnya. Dia mau lu sama Karina jadi dekat."
Leon mendengus kesal. "Kita harus cepet-cepet selesain urusan kita di sini."
"Kenapa harus buru-buru? Santai aja, sih. Lu takut jadi naksir Karina beneran?" goda Nadia.
Leon segera melirik kesal ke arah Nadia.
"Santai aja, Le. Pokoknya urusan kita di sini cuma ngurusin kerjasama bisnis sama ketemu kembaran lu. Di luar itu, kita abaikan aja," ujar Nadia sambil memainkan alisnya.
Leon menghela napasnya. "Pokoknya lu atur aja, deh."
Nadia mengerling pada Leon. "Siap bosku. Udah, dong, jangan ditekuk gitu mukanya. Kita baru sampe, nih. Senyum dikit, kek."
Leon memaksakan senyumnya pada Nadia.
"Senyum yang tulus. Cepet keriput lu nanti kalo kebanyakan merengut," tukas Nadia.
Leon kembali tersenyum pada Nadia. Kali ini ia mencoba untuk tersenyum lebih tulus.
"Nah, begitu," ujar Nadia.
"Motor udah siap?" bisik Leon tiba-tiba.
Nadia menjawab pertanyaan Leon dengan mengacungkan ibu jarinya. "Tenang aja."
Leon kembali tersenyum. Kali ini dengan senyum yang lebih lebar dari sebelumnya. Ia tersenyum sampai memperlihatkan sepasang gigi taringnya.
----
"Itu jemputan kalian," ujar Karina begitu mereka tiba di sisi lain terminal tiga Bandara Soekarno Hatta. Ia menunjuk dua buah mobil Mercedes-Benz yang sedang berjalan beriringan menuju tempat mereka berdiri saat ini. "Tadi mobilnya susah cari tempat berhenti di sana, jadinya saya minta mereka buat berhenti di sini."
Kedua mobil itu kemudian berhenti di dekat Karina. Dua orang Supir kemudian keluar dari dua mobil tersebut. Salah satu di antara Supir tersebut kemudian menghampiri Karina dan segera meraih koper yang Karina bawa dan memasukannya ke dalam bagasi mobil yang berhenti di dekat Karina.
Sementara itu, Supir lain menghampiri Leon dan Nadia. Nadia tersenyum simpul pada Supir tersebut seraya membantu Supir tersebut memasukkan barang-barang miliknya dan milik Leon ke dalam bagasi mobil yang berhenti di belakang mobil Karina.
Karina menghampiri Leon. "You're welcome," ujarnya sembari tersenyum pada Leon.
"See you at office," sahut Leon.
"Sure. Kita bakal ketemu lagi lusa," timpal Karina. Ia kemudian menoleh pada Nadia yang berdiri di belakang Leon dan tersenyum padanya. "See you later, Nad."
Nadia sedikit membelalak begitu mendengar Karina menyebut namanya sebelum akhirnya ia tersenyum canggung sembari menganggukkan kepalanya.
Karina kemudian tersenyum pada keduanya sembari masuk ke dalam mobilnya. Sebelum mobil yang ia naiki pergi meninggalkan area bandara, Karina melongokkan sedikit kepalanya dan memandang ke arah Leon dan Nadia. "Welcome to Jakarta." Ia mengerling pada keduanya lalu kembali menutup jendela mobilnya. Mobil yang ditumpangi Karina akhirnya pergi meninggalkan bandara.
Leon menghela napas panjang begitu mobil yang dinaiki Karina pergi meninggalkan mereka. Ia pun segera masuk ke dalam mobil disusul dengan Nadia.
"Kayanya dia orang yang baik," ujar Nadia begitu ia masuk ke dalam mobil.
Leon menanggapi ucapan Nadia hanya dengan menoleh pelan, sebelum akhirnya ia kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.
Tanpa di perintah, Supir yang membawa Leon dan Nadia mulai melajukan kendaraan yang ia bawa meninggalkan area bandara. Leon menyandarkan kepalanya pada sandaran kepala di tempat duduknya. "Akhirnya sampai di sini juga," batinnya.
"Le," seru Nadia tiba-tiba.
Leon segera menoleh pada Nadia. "Kenapa?"
"Lu laper ngga?" tanya Nadia.
Leon mengernyitkan dahinya. "Lu laper?"
Nadia mengangguk sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Cari makan apa di sini?" tanya Leon.
"Mas sama mbaknya mau cari makan?" sela Supir yang mengendarai mobil yang ditumpangi Leon dan Nadia.
Nadia segera menjorokkan sedikit tubuhnya ke depan. "Kalo malem-malem gini enaknya makan di mana, Pak? Tapi saya ngga mau McD ya, Pak. Bosen."
Supir yang membawa mereka menoleh sebentar pada Nadia. "Tenang aja, Mbak. Nanti kita mampir ke area yang banyak jual makanan malam hari. Deket, kok, dari apartemen."
Nadia seketika tersenyum lebar pada Supir tersebut. "Enak-enak, kan, Pak?"
"Dijamin pokoknya," sahut Supir tersebut sembari mengacungkan satu jempolnya.
"Sipp." Nadia balas mengacungkan jempolnya pada Supir tersebut. Ia kemudian kembali memundurkan badannya dan bersandar pada kursinya. Ia menoleh pada Leon dan tersenyum lebar. Sementara Leon hanya geleng-geleng kepala sembari menatap jalanan yang ada di luar.
----
Aslan mengemasi barang-barangnya setelah jam kerjanya selesai. Beberapa rekannya yang lain bercanda sembari mengemasi barang-barang mereka. Tiba-tiba salah seorang diantara berjalan menghampiri Aslan.
"Langsung balik, Lan?" tanya rekan kerja yang menghampiri Aslan.
Aslan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Ada jadwal pertandingan malam ini?"
Aslan mengangkat wajahnya sembari mengangguk jadwal pertandingannya. Ia kemudian menoleh pada rekan kerjanya. "Ngga ada jadwal, sih. Kenapa emangnya?"
"Ya, ngga ada apa-apa. Cuma mau ngajak nongkrong doang," jawab rekan kerjanya. "Lu, kan belum pernah jalan bareng kita. Gimana?"
"Mau kemana emangnya?" tanya Aslan.
"Paling ke Sabang."
"Oke, deh. Gue ikutan," sahut Aslan sembari tertawa pelan.
"Nah, gitu dong. Jarang-jarang kita bisa nongkrong bareng." Rekan kerjanya itu kemudian menghampiri yang lain. "Ayo, buruan berangkat. Kapan lagi kita bisa nongkrong sama Selebgram."
Ucapan rekan kerja yang mengajak Aslan sontak disambut tawa oleh rekan kerjanya yang lain. Aslan tertawa sambil geleng-geleng kepala. Ia kemudian berjalan menyusul rekan kerjanya dan pergi meninggalkan gedung tempat mereka bekerja.
****
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys
and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.
Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.
Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..
Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^