Hari keberangkatan Leon ke Jakarta akhirnya tiba. Sedari pagi ia sudah berkali-kali memeriksa barang-barang yang akan ia bawa. Ia tidak henti-hentinya tersenyum ketika sedang memeriksa barang bawaannya.
"Waw, you look so happy," seru Nadia. Ia bersandar di bibir pintu kamar Leon sembari menyilangkan kedua tangan di depan dadanya.
Leon memutar bola matanya ketika melihat Nadia sudah berada di pintu kamarnya. "Kayanya gue bener-bener bakalan ganti kode kunci apartemen ini."
"Why?" sahut Nadia.
"Tempo hari Nyokap tau-tau masuk ke kamar gue. Sekarang lu," gerutu Leon. "Kenapa kalian ngga peduli sama privasi gue."
Nadia tertawa mendengar ocehan Leon. "Lu takut ketauan pas lagi 'itu'?" goda Nadia.
"Iya. Puas?" sahut Leon.
"Rahasia lu aman, kok," timpal Nadia sembari cekikikan.
Leon melirik kesal ke arah Nadia. Ia tiba-tiba menyergap Nadia dan menggelitinya. "Dibiarin makin kurang ajar."
"Stop it, Leon," seru Nadia sembari menahan tawa akibat kelitikan Leon.
"I won't stop. Belakangan ini lu makin ngeselin," sahut Leon.
"Geli!"
"Bodo."
Nadia memutar badannya dan ikut menggelitiki Leon.
"Ngga mempan," ujar Leon. Ia sedikit berjalan mundur untuk menghindari Nadia yang balas menggelitikinya.
Pada saat itu, kaki Leon tiba-tiba tersandung kopernya dan ia jatuh ke atas kasurnya. Nadia pun mau tak mau ikut terjatuh ke atasnya karena Leon belum melepaskan tangannya dari tubuh Nadia.
"Ouch," gumam Leon. "Ternyata lu berat juga."
Nadia segera mengangkat kepalanya yang tersuruk di dada bidang milik Leon. "Sialan. Emangnya gue seberat itu?"
Tiba-tiba saja keduanya terdiam dan saling menatap satu sama lain. Nadia merasakan pipinya memanas ketika ia berhadapan dengan Leon. Begitu pula dengan Leon yang merasakan sebuah desiran di dalam tubuhnya ketika ia menatap mata Nadia yang ada di atasnya. Ia bahkan tidak menyadari bahwa tangannya masih membekap tubuh Nadia.
"Time to go," ujar Nadia sembari bangkit dari tubuh Leon.
Leon sedikit terkesiap dan segera melepaskan tangannya dari tubuh Nadia.
Nadia segera berdiri dan menjauhi tempat tidur Leon untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Sadar Nadia," gumam Nadia pelan seraya berjalan menuju koper-koper milik Leon.
Leon terdiam di tempat tidurnya dan menatap langit-langit kamarnya sambil mencoba mengatur napasnya yang hampir memburu. Entah getaran apa yang tadi ia rasakan ketika Nadia sedang berada di atasnya. Wajahnya terasa memanas ketika ia tadi menatap Nadia.
"Mau sampai kapan tiduran di situ? Nanti kita ketinggalan pesawat," seru Nadia.
Ucapan Nadia kembali menyadarkan Leon dari lamunannya. Ia kemudian bangkit dari tempat tidurnya. "I'm coming."
Leon berjalan menghampiri Nadia yang sedang merapikan koper miliknya.
"Udah ngga ada yang ketinggalan, kan?" tanya Nadia pada Leon. Ia mencoba untuk berbicara senormal mungkin meskipun jantungnya masih berdegup kencang akibat peristiwa di tempat tidur barusan.
Leon menganggukkan kepalanya.
"Hadiah buat Aslan juga udah?" Nadia kembali bertanya pada Leon.
"Iyes, bawel," sahut Leon.
"Ya, mastiin aja. Ngirim paket dari sini ke Indonesia, kan, makan waktu," ujar Nadia.
"Gue tinggal beli lagi di sana," sahut Leon.
Nadia mendengus kesal dengan jawaban yang diberikan Leon. "Ya udah. Waktunya berangkat."
Leon segera merapikan pakaiannya dan mengenakan mantelnya. Setelah itu, ia meraih kopernya dan menyeretnya keluar dari kamarnya. Nadia sudah terlebih dahulu berjalan keluar dari kamar Leon.
Sebelum menutup pintu kamarnya, Leon berdiri di bibir pintu kamarnya dan memandangi sekilas kamarnya yang akan ia tinggalkan untuk sementara waktu. Sembari menghela napas panjang, ia menutup pintu kamarnya dan menyusul Nadia.
Leon dan Nadia keluar bersamaan dari apartemen Leon. Jack sudah menunggu mereka di depan apartemen. Begitu melihat Leon keluar, ia segera menghampiri Leon dan meraih koper milik Leon lalu memasukannya ke dalam mobil sementara Leon dan Nadia masuk ke dalam mobil.
Setelah memasukkan semua koper milik Leon ke dalam mobil, Jack segera masuk ke dalam mobil. Ia menoleh pada Leon sebelum mulai melajukan mobil yang ia kendarai. "Airport?" ujarnya.
Leon tersenyum menanggapi pertanyaan Jack. "Yes, please."
Jack balas tersenyum dan ia kembali menghadap ke kemudi. Mobil yang dikendarai Jack perlahan pergi meninggalkan apartemen Leon untuk menuju bandara.
Leon tersenyum simpul sambil memperhatikan apartemennya yang semakin menjauh. Ia menghela napas panjang lalu mengalihkan pandangan ke depan. Perjalanannya menuju Indonesia masih panjang. Namun, ia merasa jiwanya sudah terlebih dahulu tiba di sana.
-----
Mobil yang dikendarai Jack akhirnya tiba di John. F. Kennedy International Airport. Begitu mobil tersebut berhenti, Jack segera turun dari mobil dan menurunkan koper milik Leon dan Nadia.
Pesawat yang dinaiki Leon dan Nadia akan berangkat pada pukul 11.20 AM dan mereka tiba satu jam lebih awal untuk proses check in. Meskipun sebenarnya sudah melakukan proses check in ketika mereka hampir mendekati bandara.
"Thanks, Jack," ujar Leon ketika Jack sudah selesai menurunkan koper miliknya dan Nadia.
Jack tersenyum pada Leon. "Come back save."
Leon mengangguk. Ia kemudian menghampiri Jack dan memeluknya. Keduanya berpelukan sejenak sebelum akhirnya Leon melepaskan pelukan mereka.
Leon berdecak pelan ketika Jack mengucek matanya. Ia tahu, meski penampilan Jack sangar, namun hatinya sangat lembut. Ia menepuk-nepuk lengan Jack.
"I feel like I will never meet you again," ujar Jack.
"Of course, we'll meet again Jack," sahut Leon.
Nadia melangkah mendekati Jack dan segera memeluknya. "Don't cry big guy," ujarnya sembari menepuk punggung Jack.
Jack tertawa pelan mendengar ucapan Nadia. "I'll miss your noises."
Nadia ikut tertawa pelan. Ia kemudian melepaskan pelukan mereka. "So, you're look like Leon now."
Jack tersenyum simpul sambil menatap Leon dan Nadia bergantian. "I'll miss you both."
"Thank you, Jack," sahut Nadia.
Jack menganggukkan kepalanya. "I think, I gotta go now. Before I make myself cry."
Leon dan Nadia tertawa pelan mendengar ucapan Jack. Keduanya kompak mengangguk dan Jack segera kembali masuk ke dalam mobil.
Sebelum pergi, Jack membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangan pada Leon dan Nadia.
"Bye, Jack," seru Leon sembari mengangguk pelan pada Jack.
Mobil yang dikendarai Jack akhirnya pergi meninggalkan bandara dan meninggalkan Leon dan Nadia.
Leon menghela napasnya sembari menatap Nadia yang berdiri di sebelahnya. "So, kita akhirnya pulang kampung."
Nadia tersenyum menanggapi ucapan Leon. "Yes, kita pulang kampung. You ready?"
Leon mengangguk yakin. "Belum pernah gue sesiap ini."
"Okay, let's go," sahut Nadia.
Keduanya kemudian berjalan beriringan memasuki bandara John F. Kennedy.
****
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys
and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.
Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.
Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..
Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^