webnovel

Dua Macam Paxton

Malam itu acara berjalan dengan lancar. Suara serak nan seksi dari Katleen Morse sangat mengagumkan dan tidak sedikit yang menikmati setiap acara yang ditampilkan.

Setelah mendapat kabar bahwa Clarissa telah pergi dari pulau ini, Cathy bernapas lega. Setidaknya acara ini akan selesai tanpa masalah.

Cathy berdiri di sebuah sisi aula sambil mengawasi keadaan. Sesekali dia akan menikmati pertunjukan sahabatnya. Bila mereka saling bertatapan, mereka akan saling tersenyum.

Baik Cathy maupun Kitty sama-sama ingin berbicara berdua setelah tidak bertemu sejak lulus dari kuliah mereka. Sudah tiga tahun mereka tidak bertemu. Yah, sebenarnya mereka masih saling berhubungan melalui chat ataupun video call. Tapi tidak pernah bertatap muka seperti ini.

"Aku sudah dengar semuanya." kini Benjamin berdiri di sisinya dengan membawa sebuah minuman. "Aku sangat bangga padamu."

"Aku hanya melakukan tugasku."

"Kalau tidak salah ingat Katleen Morse adalah teman sekolahmu?"

"Benar."

"Ah, aku juga ingat. Kau memintaku untuk memasukkan nama mereka di dalam tamu undangan. Apakah ini adalah rencana cadanganmu?"

Cathy memang mengajukan permohonan untuk memasukkan nama Katleen Morse serta band musik sebagai tamu undangan. Begitu dia mendapatkan tugas ini, dia langsung menghubungi Katleen dan sahabatnya yang bekerja di sebuah agensi entertainment.

"Bukankah anda bilang saya harus selalu memiliki rencana cadangan dalam mengerjakan sesuatu?"

Benjamin tertawa mendengar itu. Dia sama sekali tidak menyangka Catherine akan langsung mempraktekkannya.

"Bagaimana kalau terjadi masalah pada listrik?"

"Itu lebih mudah daripada masalah bahan makanan tadi. Kita masih memiliki mesin pembangkit listrik, jadi tidak akan ada masalah kalau listrik kita mati."

"Oh? Lalu bagaimana caranya kau mendapatkan bahan-bahan tadi pagi?"

"Itu... sebenarnya bukan Cathy yang melakukannya."

"..." bukan Cathy? Benjamin tidak terlalu terkejut mendengar ini.

Dia mendengar seseorang menggunakan pesawat pengangkut barang beserta truk besar mendarat di bandara pulau Pina.

Meskipun Cathy sangat cerdas, dia tidak memiliki koneksi para penguasa industri. Belum. Cathy belum mengetahuinya. Karena itu, dia sudah menduga ada pihak lain yang diam-diam membantunya.

Dia tidak tahu siapa atau apa tujuannya, tapi Ben tidak bisa membiarkan dirinya tutup mata. Dia akan menyelidiki orang ini.

"Dimana Anna? Dari tadi aku tidak melihatnya."

Cathy menjelaskan singkat mengenai kejadian di lantai dasar. Cathy telah menyuruh Anna untuk beristirahat di kamar bersama si kembar.

"Ada kejadian seperti ini? Siapa orangnya?"

Cathy menggelengkan kepalanya. "Dia hanya bilang bahwa dirinya adalah Paxton. Dia seorang wanita berusia sekitar pertengahan dua puluhan. Lebih tinggi dariku dan rambutnya bewarna merah emas sepanjang bahu."

Clarissa Paxton, putri tunggal dari James. Pikir Benjamin. Rata-rata warna rambut ciri khas Paxton adalah coklat kemerahan. Tapi hanya Clarissa Paxton yang memiliki warna rambut merah keemasan. Sedangkan rambutnya sendiri bewarna hitam bercampur coklat pada kedua sisinya.

"Sekarang dia dimana?"

"Dia sudah terbang meninggalkan pulau ini. Itulah yang dikatakan sekuriti kami."

Benjamin hanya menanggapinya dengan senyuman kemudian mereka berdua melanjutkan menikmati acara.

"Pak Ben, kenapa anda tidak mengundang anggota keluarga anda?"

Benjamin tidak segera menjawab dan menyambut para tamu yang menyapanya. Ada banyak yang menghampiri Benjamin untuk mengucapkan selamat dan Cathy tidak mendesak pamannya untuk menjawab pertanyaannya. Dia memang merasa penasaran, tapi jika pamannya tidak ingin memberitahunya maka dia tidak akan memaksa.

Cathy berjalan-jalan sambil memakan cemilan manis favoritnya dan berusaha mengingat tiap-tiap wajah orang disini. Dia melihat salah satu anak kecil yang sebelumnya mengecup pipi Vincent. Siapa anak kecil itu? Kenapa anak itu bersikap alami bersama Vincent? Apakah mereka berdua saling mengenal?

Barulah dia teringat akan Vincent. Yang dikatakan pria itu memang benar.. ada seorang wajah asing yang telah mengambil foto. Orang tersebut menggunakan kemeja putih bergaris-garis dan sangat serius dalam menyelesaikan pekerjaannya. Lalu dimana pria itu? Dimana Vincent? Dia sama sekali tidak melihat pria itu didalam sini.

Cathy tertegun mengetahui pemikirannya yang tidak biasa. Kenapa pula dia penasaran dengan pria itu? Tidak..tidak.. dia harus menghilangkan pria itu dari pikirannya.

Tapi.. dia sama sekali tidak bisa menghilangkan tatapan pria itu saat pertama kali melihatnya sewaktu dia mencari adiknya.

Kenapa? Kenapa? Kenapa? Kenapa jantungnya terus berdebar tiap kali dia mengingat tatapan pria itu?

Cathy memutuskan keluar untuk mencari orang yang memenuhi pikirannya. Tujuannya untuk memastikan bahwa dia hanyalah berimajinasi. Benar. Dia ingin segera menghapus ingatannya akan tatapan mata itu dari pikirannya. Karenanya dia akan menemui pria itu untuk meneguhkan keputusannya. Sekali lagi meyakinkan dirinya sendiri. Cathy mencarinya bukan karena ingin bertemu dengan pria itu.

Setelah berkeliling seputar lantai sepuluh dan tidak menemukannya, Cathy turun ke bawah dan mencarinya di daerah taman.

Saat melewati lobi dan berjalan ke belakang, seseorang memanggilnya.

"Nona Catherine, seseorang menitipkan ini pada anda." ucap salah satu resepsionis sambil menyerahkan satu botol berisi serangga beserta amplop putih.

"Apa ini?" sebelah alis Cathy terangkat bingung sambil mengamati serangga kecil yang bergerak-gerak di dalam botol tersebut. Cathy bahkan bisa memegang botol itu dengan jari tengah menekan bagian tutup botol dengan ibu jari berada di bagian bawah botol.

Puluhan serangga kecil bergerak-gerak secara acak didalam botol tersebut. Binatang apa ini?

"Saya juga tidak tahu. Orang itu bilang ini semua harus diserahkan pada Catherine West, penanggung jawab acara hari ini."

Tanpa bertanya lebih lanjut Cathy membuka amplop tersebut dan pluk.. sebuah kunci besi jatuh di tangannya. Kenapa seseorang memberinya sebuah kunci dan serangga? Kunci apa ini? Dan lagi.. untuk apa serangga ini?

Cathy membaca sebuah surat yang diselipkan disana. Semula ekspresinya datar tidak menunjukkan apapun. Namun makin lama dia membacanya ekspresinya semakin suram.

"Siapa yang memberimu ini? Dimana dia sekarang?" tanya Cathy dengan tergesa-gesa.

"Dia ada di lobi."

Cathy segera berlari menuju ke lobi utama untuk menemui orang tersebut. Sayangnya, begitu mereka tiba disana.. tidak ada siapa-siapa. Yang ada hanyalah petugas penjaga resepsionis yang lain dan sekuriti yang menjaga di depan pintu lobi.

Cathy segera menghampiri sekuriti tersebut untuk bertanya mengenai orang yang datang untuk memberikan pesan padanya.

"Tidak ada siapa-siapa yang keluar masuk pintu ini sejak sejam lalu." jawab sekuriti tersebut membuatnya bingung.

"Kau yakin?"

Pak sekuriti mengangguk dengan yakin menjawabnya. Cathy berbalik kembali pada gadis resepsionis yang menyampaikan pesan orang misterius tadi.

"Seperti apa orangnya?"

"Dia tinggi dengan rambut bewarna emas. Ah, dia juga memakai kemeja putih berkerah hitam. Soal wajahnya..." gadis itu tersenyum malu-malu, "aku tidak pernah melihat wajah setampan itu."

Cathy kehabisan kata-kata mendengar penjelasan gadis itu. Baiklah, dia menyerah. Dia tidak akan menanyai gadis itu lebih lanjut lagi menyadari dia tidak akan mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

"Ada apa?"

Cathy menoleh dan melihat Charlie, seorang tangan kanan pamannya menghampiri mereka. Cathy segera menyerahkan botol berisi serangga serta kunci dan surat pada pria itu.

Kemudian Cathy menjelaskan apa saja yang terjadi secara singkat. Charlie hanya menganggukkan kepalanya mengerti situasi yang baru saja terjadi.

Tidak lama kemudian Pak Dan muncul dengan wajah bingung sekaligus takut, seolah dia telah melakukan kesalahan fatal.

"Maaf nona Cathy, tapi entah kenapa rekaman cctv di depan kamar Clarissa Paxton telah rusak. Dan juga..."

"Dan juga apa?" Cathy mulai kehabisan kesabarannya.

"Rekaman cctv kejadian di depan lift tadi telah terhapus. Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Tidak hanya itu. Semua rekaman yang menangkap sosok Nona Paxton menghilang seolah-olah ada seseorang yang sengaja menghapus jejaknya disini."

Kepala Cathy semakin sulit memproses apa yang baru saja diterimanya. Bagaimana mungkin rekaman cctv bisa menghilang begitu saja dalam waktu beberapa jam? Tidak. Ini bahkan belum lewat dari satu jam sejak wanita Paxton melarikan diri dari tempat kejadian.

Sebenarnya apa yang terjadi?

"Kalau begitu anggap saja ini semua tidak pernah terjadi." itulah yang dikatakan Charlie. "Kembali bekerja seperti biasa seolah hal ini tidak pernah terjadi." perintah Charlie pada Pak Dan dan gadis resepsionis.

Setelah keduanya berjalan menjauhi mereka untuk kembali pada pos mereka, Cathy bertanya.

"Mengapa kita tidak melaporkannya pada polisi? Dan juga, apakah mungkin seseorang menghapus rekaman cctv hanya dalam beberapa menit."

"Detik. Mereka bisa melakukannya dalam hitungan detik."

Cathy terkesiap mendengar itu. Apakah ada sebuah kamera tersembunyi di sekitarnya? Kenapa dia merasa seperti sedang berada di sebuah film action yang bisa melakukan apapun yang tak masuk akal dalam waktu singkat?

Ataukah dia sedang bermimpi? Tidak. Tunggu. Meskipun rekaman cctv telah dihapus, tapi sabotase acara ini tidak mungkin dibiarkan saja.. Iya, kan? Cathy menanyakan hal ini pada Charlie saat mereka berdua berjalan menuju ke arah lift.

"Tidak. Kita akan menganggapnya tidak pernah terjadi."

"Kenapa? Apakah.. Paxton itu benar-benar berkuasa seperti yang rumor katakan?"

Mendengar pertanyaan ini, Charlie tersenyum.

"Seharusnya aku tidak memberitahumu hal ini. Tapi aku akan memberitahumu hal yang hanya diketahui anggota Paxton. Di dunia ini terdapat dua macam Paxton." Ungkap Charlie dengan nada serius. "Yang pertama adalah Paxton yang bertahta, sementara yang lainnya adalah Paxton tanpa nama. Bisa dibilang hanya kalangan orang kaya biasa."

"Karena itu, jika kau bertemu dengan seorang Paxton, kau harus waspada. Meskipun kekayaan mereka tidak sebanding dengan kalangan super, mereka sanggup melakukan apapun demi mewujudkan ambisi mereka. Itulah sebabnya banyak orang berharap tidak pernah bertemu anggota Paxton untuk seumur hidupnya."

"Mengapa?"

"Itu... kau harus menunggu penjelasan dari Pak Ben. Aku hanya bisa menjelaskan bagian kulitnya saja. Oh, satu lagi. Pak Benjamin adalah satu-satunya seorang Paxton yang bertahta. Jadi, jika kau menemui kesulitan, sebutkan saja nama Benjamin Paxton sebagai pendukungmu, maka tidak akan ada yang berani mengganggumu." lanjut Charlie sebelum menekan tombol lift yang bertanda panah atas.

Tidak perlu menunggu lama, pintu lift terbuka dan Charlie masuk ke dalamnya.

"Kau tidak ikut?"

"Maaf. Aku membutuhkan waktu untuk mencerna semua informasi ini."

"Kalau begitu istirahatlah. Karena aku sudah disini, aku yang akan menggantikan posisimu. "

"Tapi.."

"Catherine.. kau sudah bekerja keras untuk hotel ini. Tidak akan ada yang menyalahkanmu jika kau selesai lebih awal. Selamat malam."

Cathy hanya memandang pantulan dirinya dari pintu lift yang tertutup secara perlahan. Padahal masih banyak yang ia ingin tanyakan. Misalnya, jika memang pamannya sangat berkuasa dan tidak takut pada Paxton lainnya, kenapa pamannya membiarkan kejadian tadi lewat begitu saja?

Kenapa? Kenapa wanita Paxton itu dilepas dengan mudah oleh pamannya?

Cathy menggeleng-gelengkan kepalanya sadar dirinya sudah menjadi membenci wanita Paxton tersebut. Bagaimana tidak? Tidak hanya mensabotase band musisi mereka, tapi wanita itu juga membuat adik tersayangnya menangis.

Dia mungkin bisa membiarkannya pergi jika pamannya ingin melupakan kejadian sabotase itu. Tapi dia tidak akan membiarkannya.. siapapun yang telah membuat ketiga adik-adiknya menangis.

Cathy memutuskan untuk mencari udara malam di taman sambil berusaha mencerna kembali segala informasi yang ia dapatkan.

Sementara itu gadis resepsionis yang tadi mengantar botol dan surat pada Catherine rupanya tidak kembali ke meja resepsionisnya. Gadis itu masuk ke sebuah kamar dan segera mengganti baju seragamnya dengan gaun mewah. Dia mengganti makeup sederhana dengan lebih terang. Tidak lupa dia melepas rambut wig bewarna gelap dan menunjukkan rambut ikal bewarna emas turun dengan lembut ke bahunya.

Kalaupun Cathy akan melihat wajahnya lagi, gadis itu tidak akan mengenalinya kecuali kalau gadis itu seorang genius yang bisa mengingat wajah orang dengan detail.

Setelah selesai berganti pakaian dia mengambil hapenya dan mengirim sebuah pesan pada seseorang.

'Misi selesai'

Kemudian dia mengirim sebuah pesan lagi.

'Aku akan bersenang-senang'

Tanpa menunggu balasan, dia bangkit berdiri dan menuju ke aula utama di lantai sepuluh.

Nächstes Kapitel