webnovel

Bab 71

Drap.... Drap.... Drap.... Drap....

Berlari dengan kencang layaknya menembus awan. Dinda ingin menemui tuan Arjun Saputra yang belum kunjung menemuinya.

Bahkan rambutnya masih basah ketika datang.

Braaaakkkk.... Dengan angkuh Dinda membanting pintu kamar tuan Arjun Saputra.

"Ada apa?" tuan Arjun yang hanya terlilit handuk itu sepertinya baru selesai mandi.

Dinda mendekati tuan Arjun Saputra yang tengah sibuk mengeringkan rambutnya.

Dengan memonyongkan bibirnya Dinda berkata "Om Arjun sayang, kamu ini darimana saja. Katanya mau melihatku setelah urusanmu selesai. Lalu kenapa sampai sore begini bahkan baru selesai mandi. Kamu menemui Dona sampai keramas? Hmmm abis ngapain coba, jangan-jangan. Kamu bohong ya sama Dinda?"

Tuan Arjun Saputra hanya bisa tercengang mendengarkan celotehan istri kecilnya yang begitu mengemaskan itu. Memandangi dengan tersenyum sembari menggaruk tengkuknya sendiri.

"Ssssttt.... Kamu ini lapar ya setan kecilku? Mau makan apa sih?"

"Kok jadi nyambung kesitu sih om."

"Ya soalnya kalau setan kecilku resek begini biasanya kamu lagi lapar."

"Dinda nanya, om darimana saja. Bukannya lapar."

"Ada kok. Baru saja menyentil ular berbisa."

"Ular berbisa?" Dinda tidak mengerti.

"Ya, bukankah katanya ular berbisa itu terus mengganggumu. Kamu tenang saja, setelah ini. Dia tidak akan menggangu setan kecilku lagi."

Tuan Arjun Saputra berjalan mendekati pintu dengan tatapan yang mencurigakan.

"Om mau kemana?" tanya Dinda.

"Nggak, ini hanya ingin kunci pintu."

"Kenapa di kunci?"

Tuan Arjun Saputra berbalik mendekati Dinda dan memeluknya.

"Diam saja sayang. Aku ingin seperti ini sebentar saja."

Sesuai perintah, Dinda hanya terdiam di dalam dekapan tuan Arjun Saputra. Menciumi aroma terapi yang semerbak dari tubuhnya. Wangi yang begitu khas itu membuat Dinda mabuk sepertinya.

Tanpa sadar, Dinda semakin mengencangkan pelukannya.

Kehangatan yang mungkin akan selalu ia ingat di sepanjang hidup mereka berdua. Mereka yang saling mencintai satu sama lain tidak akan bisa di pisahkan hanya dengan masalah kecil saja.

Dinda mendongakkan wajahnya berhadapan dengan wajah tuan Arjun Saputra yang kini juga menatap Dinda.

Saling bertukar senyuman manis dengan kedua mata yang saling melekat satu sama lain.

Cup.... Tuan Arjun Saputra tidak bisa menahannya lagi. Godaan wajah manis Dinda tidak bisa ia biarkan begitu saja. Kesempatan baik tidak selamanya akan datang.

Tuan Arjun Saputra mengulum bibir tipis Dinda dengan penuh gairah. Cumbuannya begitu panas karena Dinda yang biasanya pasif, kini berangsur aktif membalas cumbuannya.

Mulut Dinda yang sedikit terbuka menjadi penanda memperbolehkan saliva tuan Arjun Saputra untuk menerobos dan bergulat dengan salivanya sendiri.

"Emmmhhh...." Dinda sedikit menggelinjang saat tuan Arjun Saputra dengan usil menggigit lidahnya di dalam.

Tuan Arjun Saputra mengangkat tubuh mungil Dinda untuk mendapatkan jarak yang begitu inti.

Mereka berdua sudah terbuai dengan indahnya surga dunia. Tuan Arjun Saputra menggiring Dinda menuju tempat pergulatan. Membaringkannya dan melepaskan semua pakaiannya.

Dinda tersenyum, sifat kekanak-kanakannya seolah hilang. Yang ada di hadapannya adalah Dinda yang seksi dan sangat menggairahkan.

Dinda merentangkan tangannya, membiarkan tuan Arjun Saputra untuk menjelajahi setiap inci tubuhnya yang telah ia berikan sepenuhnya kali ini.

Dengan senyum smirk, tuan Arjun Saputra menggapai dua kembar sintal yang sangat ia rindukan itu. Hampir enam bulan ia tidak melihatnya, bukankah itu kesempatan bagus untuk melakukan reuni?

Bibirnya yang basah bergerilya melakukan tugasnya. Mencumbu setiap inci kulit yang bisa ia jelajahi. Dinda memutuskan untuk menutup kedua matanya, agar ia bisa dengan jelas menikmati peraduaannya dengan tuan Arjun Saputra.

Mengulum, memilin, menarik dan memutar, puncak sintalnya begitu mendapat servis yang begitu gila.

"Emmmhhh.... Om sayang." Dinda tidak kuasa lagi. Bagaimana bisa dia diam saja ketika yang di lakukan tuan Arjun Saputra sangat membuatnya terbuai.

Tuan Arjun Saputra yang tau jika Dinda sudah tidak berdaya segera mengambil inisiatif lain.

Blessshhh....

"Aaaahhhh...."

Dinda menatap tuan Arjun Saputra yang terlihat sangat bahagia di atasnya. Tersenyum dan mengecup kembali bibir Dinda yang menantangnya di bawah.

Perlahan namun pasti, tempo irama yang semakin lama semakin cepat.

Peraduan mereka membuktikan kasih yang saling merindukan.

Dinda begitu sangat mencintai tuan Arjun Saputra, membiarkannya membanjiri liang intinya.

"Aaaahh.... Aaaahh.... Aaaahh.... Aaaahh...."

Desahan demi desahan yang keluar dari mulut mereka berdua begitu menggema di seluruh ruangan itu.

Bau keringat yang khas, Dinda memeluk tuan Arjun Saputra saat ia hampir menuju klimaksnya.

"Sssshhhh.... Ahhhh sayang."

Tuan Arjun Saputra yang mengerti akan hal itu segera mempercepat gerakannya.

"Aaahhh...." kali ini tuan Arjun Saputra yang merasakan sensasi terbakar di kepalanya.

Mereka berdua berpelukan dengan sangat erat. Menikmati setiap momen yang sudah hampir berakhir itu.

"Aaaahhhh...."

Tuan Arjun Saputra terkulai lemas di atas Dinda yang juga sudah lemas itu. Lututnya bergetar meluruh ke atas kasur. Dinda sementara membiarkan tuan Arjun Saputra yang terus berada di atasnya. Membelai kepala suaminya dengan penuh rasa kasih sayang.

"Bagaimana kalau sekali lagi?" tanya tuan Arjun.

"Emmmhhh boleh om.." jawab Dinda suara nakal.

Tok.... Tok.... Tok.... Tok....

Keduanya berjingkat, begitu terkejut dengan suara ketukan di depan pintu. Keadaan yang carut marut tentu membuat keduanya panik.

Dinda menarik selimut dan menutupi tubuh polosnya. Meringkuk bersembunyi di balik selimut tuan Arjun Saputra.

"Kamu ini kenapa panik begitu. Kita kaya ABG yang lagi di gerebek warga saja."

"Oh iya ya.... Kenapa aku panik. Dasar aku. Sudah gih sana buka pintunya."

"Eh eh pakai baju." Dinda menegur tuan Arjun Saputra yang melenggang tanpa sehelai benang pun.

"Astaghfirullah lupa."

----

Dinda memutuskan untuk mandi di kamar mandi tuan Arjun Saputra. Setelah ketukan itu, tuan Arjun Saputra pamit pergi untuk sesuatu yang sangat penting.

Dinda berendam untuk merilekskan otot-ototnya yang terasa nyeri.

"Kaya pengantin baru saja. Pinggangku nyeri banget." rintih Dinda.

Bagaimana tidak, tuan Arjun Saputra yang perkasa seperti tengah balas dendam saja padanya. Tidak membiarkan Dinda menarik nafas dengan santai untuk beristirahat.

Setelah selesai bebenah dan mengeringkan rambutnya. Dinda keluar dari paviliun tuan Arjun Saputra.

Celingak-celinguk seperti anak itik yang kehilangan induknya.

"Sepi sekali perasaan. Dan dimana Daniar?"

"Haayoooo nyariin aku ya?"

"Astaghfirullah Daniar, kamu ini bikin kaget saja."

Daniar memandangi Dinda. Dari atas ke bawah lalu ke atas dan ke bawah lagi.

"Kamu kenapa liatinnya begitu banget sih?" tanya Dinda.

"Kenapa kamu pakai baju tuan. Bajumu kemana Dinda? Dan bukannya tuan Arjun keluar dari setengah jam yang lalu. Kamu ngapain di dalam sana." tanya Daniar yang begitu penasaran.

"Husssstttt.... Kamu ini kepo banget sih sama urusanku." jawab Dinda dengan acuh sembari melenggang pergi dari hadapan Daniar.

"Eh tunggu, kemana bajumu itu Dinda?"

"Di sobek sama kulkas dua pintu."

"Hah.... Itu mahal loh."

"Biarin saja, yang beliin ini kok yang rusakin wleee.."

"Orang kaya mah bebas." lirih Daniar.

Nächstes Kapitel