webnovel

Chapter 3.3 - Pengakuan Emi

"Tampaknya kalian berdua menyadari sesuatu," Kata Maria.

"Ya, kami memang baru menyadari sesuatu yang sangat penting," Kata Mao dan Emi.

"Tak kusangka kalau Chi-chan begitu terobsesi denganku," Kata Mao.

"Jangan bilang kalau kau juga tidak tahu kalau Chiho menyukaimu," Kata Emi.

"Tidak aku tidak tahu," Kata Mao. "Aku baru menyadari tadi!"

"Papa payah!" Kata Alas=Ramus. "Kasihan Chi-nee-chan!"

"Apa gadis itu sadar akan obsesinya terhadap Mao-san?" Tanya Ban.

"Tampaknya tidak," Jawab Mao dan Emi.

"Chiho adalah gadis baik, tapi kelihatannya kalau dia terobsesi terhadap sesuatu dia tidak menyadarinya," Kata Emi. "Dia hanya merasa kalau ia menyukai Mao, tapi ia tak sadar kalau rasa cintanya sudah berubah menjadi rasa obsesi yang berbahaya."

"Gadis yang malang," Kata Maria. "Sayangnya gadis itu bukanlah jodohmu Mao-san, kalau dia memaksakan dirinya untuk bersama denganmu sebagai pasangan kekasih. Maka takdir kalian berdua akan berakhir prematur, dan kalian akan menjadi pasangan yang tidak bahagia dan penuh dengan kemalangan."

Muka Emi menjadi pucat mendengar ucapan Maria, karena semenjak tahu kalau Chiho menyukai Mao. Dia memutuskan untuk mengalah dan memendam perasaannya kepada Mao bahkan ia berniat mengubah Maojadi manusia seutuhnya menggunakan kekuatan dari Better Half pedang suci miliknya. Tapi sayangnya kalau ia melakukan hal tersebut, maka Chiho dan Mao akan ditimpa oleh kemalangan. Ia ingin agar pria yang ia cintai beserta sahabatnya berbahagia, bukannya mendapat musibah.

"A-apa yang kau katakan itu benar, Maria-san?" Tanya Emi.

"Tidak ada untungnya bagiku berbohong soal sesuatu yang menyangkut nyawa seseorang," Jawab Maria.

"Emi, kau kenapa?" Tanya Mao. "Kenapa kau tiba-tiba jadi pucat begitu?"

"Ti-tidak aku..." Jawab Emi yang merasa bingung harus berkata apa.

"Dia pasti berpikir untuk menyerah dalam mengejar cinta sejatinya dan membiarkan gadis bernama Chiho itu menang," Kata Ban. "Dengan mengubah Mao menjadi manusia dan membuat Mao berpasangan dengan gadis 'itu'."

"Da-darimana kau bisa tahu apa yang kupikirkan!" Kata Emi.

"Kalau aku boleh jujur Emi-san," Kata Ban. "Bagiku kehidupanmu dan Mao hanyalah sebuah novel roman murahan, yang endingnya membuat banyak pembaca kecewa dan marah-marah."

"A-apa maksud perkataanmu itu!" Kata Emi.

"Maksud anakku ialah bagi kami dunia tempat kalian tinggal hanyalah sebuah novel karangan seseorang di dimensi ini," Kata Maria. "Makanya anakku bisa mengetahui kisah hidup kalian, itu karena dia sudah membacanya."

"Ke-kehidupan yang kami jalani hanyalah sebuah cerita yang dibuat oleh seseorang," Kata Mao. "I-itu mustahil!"

"Tapi itulah kenyataannya mau kalian suka atau tidak," Kata Ban. "Dan kedatangan kalian berdua disini pasti disebabkan oleh kegalauan yang kalian alami, Mao-san kau menyukai Emi-san tapi terlalu bodoh, tolol dan keras kepala untuk menyadarinya, sedangkan Emi-san, seperti yang tadi kubilang kau menyukai Mao tapi kau malu untuk mengakuinya dan karena kau juga tidak ingin Chiho merasa sedih."

Muka Emi merah padam, ia harus mengakui kalau semua yang dikatakan oleh Ban adalah perasaannya yang sesungguhnya.

Sedangkan Mao, malah memasang muka bingung karena tidak mengerti apa yang Ban katakan.

"Ara Emi-san benar-benar imut, mukamu memerah seperti itu," Kata Maria. "Sedangkan Mao-san bisa kulihat kalau kau tidak mengerti apa dikatakan oleh anakku."

"Kau benar aku nggak ngerti apa yang anakmu katakan," Kata Mao. "Sebenarnya dia membicarakan apa, sih? Kalau soal suka pada Emi, kurasa aku menyukainya kok. Sebagai salah satu jendral dan temanku. Dan kurasa Emi juga berpikiran sama denganku."

Emi terjatuh karena perkataan Mao, untungnya Alas=Ramus sedang duduk di salah satu kursi kalau tidak bayi sephirah itu akan terluka.

"Aaah kepalanya benar-benar lebih keras dari batu dan hatinya benar-benar bebal," Kata Ban. "Pantas saja dia sulit memahami perasaan orang lain, tampaknya dia tipe orang yang hanya mengerti apa yang disukainya."

"Seperti yang kubilang tadi, apa maksud perkataanmu, sih!" Kata Mao. "Aku bingung, nih!"

Emi yang merasa kesal akhirnya sudah tidak tahan dengan kebodohan yang ditunjukkan oleh Mao, ia memutuskan untuk mengatakan hal yang selama ini sudah lama ia pendam. Karena terlalu malu untuk mengatakannya.

"Maksud perkataan Ban-san ialah kau menyukaiku bukan sebagai teman tapi sebagai seorang kekasih! Sama dengan apa yang aku rasakan padamu dasar lelaki berotak bebal!"

Mao tidak percaya dengan apa yang ia dengar, Emi menyukainya sebagai seorang kekasih, dan Emi juga mengatakan kalau dirinya juga menyukai Emi sebagai kekasih! Hal itu membuat otak Mao mengalami konslet kepalanya menjadi panas dan ia langsung pingsan.

"Aaa papa!" Teriak Alas=Ramus.

"Sigh, sepertinya otaknya tidak bisa menerima apa yang kuucapkan dia sampai pingsan begini," Kata Emi.

"Mau bagaimana lagi, dia pria yang berpikir apapun hal yang dilakukannya dan dipikirkannya selalu benar, sih," Kata Ban. "Makanya dia jadi pingsan begitu mendengar hal yang tidak sesuai dengan apa yang ia yakini."

Nächstes Kapitel