webnovel

BAB 35

Irwan menatap kesal Ayisa tapi juga sedih dengan keadaan Ayisa saat ini.

Kesal karena Ayisa mengatai Ilyas pengecut, tapi dihatinya juga sedih karena Ayisa menangis dan terlihat sangat tersakiti.

Irwan tidak bisa menerima jika Ayisa mengatai sahabatnya Ilyas seperti itu,

Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayisa adalah seorang perempuan. Dia sangat tidak bisa melihat perempuan menangis karena tersakiti.

"aku beri tau! Ilyas itu pria yang baik! dia tidak seperti apa yang kamu liat hari ini!". Jeda beberapa detik."Ilyas pria yang penyayang, dan kalau kamu merasa Ilyas sayang sama kamu itu artinya apa yang Ilyas tadi lakukan adalah yang terbaik buat kamu!" ucap Irwan.

"yang terbaik? terbaik dokter bilang? apa membentak, memarahi, dan mempermalukan aku di depan mbak Lily itu yang terbaik? apa dengan itu dia menunjukkan rasa sayangnya? apa seperti itu caranya?!!!!" ucap Ayisa membentak.

"kamu harus tau satu hal! sebuah rasa sayang tidak selamanya ditunjukkan dengan memberi kebahagiaan! tapi, mungkin juga apa yang dia lakukan tadi itu caranya menunjukkan rasa sayangnya! karena Ilyas tidak mungkin menyakiti orang yang dia sayangi apalagi yang paling dia cintai!"ucap Irwan.

Ayisa terdiam sejenak mendengar ucapan Irwan.

"oh ya?". Jeda beberapa detik."itu artinya dia tidak sayang sama aku dan dia juga tidak cinta sama aku!! tapi dia hanya sayang dan cinta sama mbak Lily, dia pergi meninggalkan aku sendirian disini itu semua karena mbak Lily!! dia juga berani membentak aku itu semua karena mbak Lily!! apa yang terjadi saat ini itu semua karena dia perempuan genit itu!!" bentak Ayisa menangis.

"Ayisa!!!" bentak Irwan.

"saya sudah cukup sabar ya menghadapi kamu!! sudah cukup saya tidak bisa terima jika kamu berkata seperti itu tentang adik saya Lily!!" bentak Irwan.

"dan iya! Ilyas memang pergi tapi bukan untuk Lily tapi dia pergi untuk kamu! Aku yang menyuruh dia untuk mencari kan kamu obat! agar kamu bisa cepat sembuh" ucap Irwan berbohong.

Memang benar Ilyas pergi untuk mencari obat, tapi obat tersebut untuk diteliti oleh Irwan bukan untuk Ayisa minum.

Ilyas yang melihat kejadian itu tak tega jika Irwan juga memarahi dan membentak keras pada Ayisa.

"PING"

"assalamualaikum. Irwan aku sangat meminta sama kamu untuk tidak memarahi Ayisa seperti itu, hentikan! dia belum mengerti apa-apa! aku sudah mendapatkan obat itu.

Aku tunggu kamu di ruangan kamu, sekarang."

•Pesan chat dari Ilyas.

setelah mengirim pesan chat tersebut Ilyas pergi meninggalkan tempat itu karena tak bisa melihat Ayisa yang terpuruk karena tersakiti.

Irwan sangat emosi dengan apa yang dikatakan oleh Ayisa tentang Lily tapi setelah Irwan membaca pesan chat dari Ilyas dia pun mencoba untuk menenangkan emosinya.

Irwan menarik nafas panjang kemudian menghembusnya pelan."aku tidak akan menyuruh kamu untuk meminta maaf pada Lily, aku hanya minta untuk kamu bisa menerima Lily menjadi sahabat kamu!" ucap Irwan pelan."dan iya! kamu harus tau satu hal lagi tentang hubungan mereka," Ayisa menatap Irwan."mereka itu sudah sangat dekat sejak pertama kali Lily ditunjuk sebagai perawat yang akan mendampingi Ilyas! Ilyas sudah menganggap Lily sebagai adiknya sendiri, dan begitupun sebaliknya, hubunganya mereka hanya sebatas kakak adik walaupun bukan sekandung" ucap Irwan.

Irwan menjulurkan tangannya dihadapan Ayisa dan mencobanya untuk berdiri kemudian membawanya untuk berbaring di stretcher.

"aku akan panggil Lily kesini untuk mengganti infus kamu yang baru" ucap Irwan."kamu ingin sembuh kan? kamu pengen pulang besok kan?" tanya Irwan.

Ayisa mengangguk angguk kecil.

"kalau kamu ingin sembuh kamu harus mengikuti perkataan saya tadi! mengerti kan pasien?" ucap Irwan.

Ayisa kembali mengangguk.

Ayisa menundukkan pandangannya merasa malu pada Irwan karena dia telah mengatai Lily perempuan genit.

Irwan pergi meninggalkan Aysa sendiri yang duduk dengan pandangan menunduk.

***

Braaakk....

"ahwww" jerit seorang perempuan.

"maaf! saya tidak sengaja!" ucap seorang pria.

Perempuan itu menatap wajah Pria itu sejenak kemudian menundukkan pandangannya.

Pria itu menjulurkan tangannya dihadapan perempuan itu untuk membantunya.

Suasana mereka di pandangi oleh banyak pasangan mata.

"tidak usah! saya bisa sendiri!" ucap perempuan itu sinis.

Perempuan itu berdiri dengan sendirinya karena tidak ingin bersentuhan dengan dia yang bukan mahramnya.

"saya minta maaf telah menabrak kamu" ucap pria itu.

Perempuan itu mengangguk kecil kemudian pergi meninggalkan pria itu yang masih berdiri memperhatikannya yang sampai akhirnya dia tak terlihat lagi di mata pria itu.

"tingkah laku cewek itu buat aku penasaran siapa sih dia cuek banget! liat aja kalau aku sampai ketemu lagi sama dia nama akau bukan Irwan Prayitno kalau dia tidak menjadi milik aku" ucap Irwan.

Hilangnya perempuan itu dari sorotan matanya membuat Irwan bergerak untuk pergi meninggalkan tempat dimana untuk pertama kalinya dia bertemu dengan sosok perempuan yang membuatnya mempunyai tekad.

"PING"

"assalamualaikum, Li kamu tolong ganti infusnya Ayisa, dan temani dia karena dia sendirian di kamar"

•pesan chat dari Irwan untuk Lily.

Irwan memutar Knop pintu ruangannya dan mendapati Ilyas yang sedang terlarut dalam lamunannya sampai tak menyadari kedatangannya.

"Assalamualaikum Ilyas!" ucap Irwan.

Ilyas tak menjawabnya.

Irwan memegang bahu Ilyas dan menyadarkannya dari lamunannya.

"apa aku bukan pria yang baik untuk Ayisa?" tanya Ilyas.

Irwan berjalan untuk duduk disamping Ilyas.

"kamu itu pria yang baik! hanya saja Ayisa yang terlalu kekanak-kanakan!" ucap Irwan.

"Ilyas menatap Irwan."bagaimana keadaan Ayisa?" tanya Ilyas.

"dia baik-baik aja, aku sudah menyuruh Lily untuk menemani Ayisa!" ucap Irwan.

Ilyas mendorong bahu Irwan."kamu itu udah gila ya? Ayisa itu benci sama Lily kenapa kamu suruh Lily datang kesana!" ucap Ilyas.

"kamu tenang aja! semuanya baik-baik aja kok! Ayisa itu hanya anak kecil, dia hanya perlu di bujuk! aku cuman bilang kalau dia harus bisa bersahabat dengan Lily dan dia terdiam dan mengangguk kecil dan aku rasa dia akan menuruti perkataan aku!" ucap Irwan.

"Awas saja kalau terjadi sesuatu diantara mereka! apalagi Ayi yang masih lemah dan belum sembuh total" ucap Ilyas.

Rasa sayang Ilyas pada Ayisa bukanlah rasa yang biasa, mencintai dia dalam diam sejak usia remaja hingga saat ini mampu dipertahankannya.

Nächstes Kapitel