webnovel

BAB 40

Dengan susah payah Azra membawa Alman menuju kosannya, saat dia sampai di depan pintu, Azra melirik kekanan dan kiri, berharap tak ada yang melihatnya membawa seorang laki-laki ke dalam kamarnya.

Saat Azra merasa situasinya sepi dan aman, dia segera mengambil kunci dan membuka pintu dengan sigap. Perlahan Azra membawa alman masuk, dan segera menutup pintu. Dengan hati-hati Azra membaringkan Alman di atas kasur.

Dengan kecepatan kilat Azra mengambil peralatan P3K dan sebuah air dalam baskom. Dengan sebuah kain steril Azra mulai membasuh bekas darah yang keluar dari mulut Alman, dia melakukannya dengan sangat hati-hati.

"Dibagian mana kamu merasakan sakit?" tanya Azra.

"Di sini!" jawab alman sambil memegang tangan Azra dan meletakkannya di atas dada, tepatnya di atas jantungnya.

Azra tersentak kaget dan dengan cepat menarik kembali tangannya. dalam sekian detik itu Azra mampu merasakan detakan jantung Alman yang begitu cepat.

"Ki..kita harus ke dokter sekarang! aku tak tau cara menyembuhkan sakit mu itu!" ucap Azra cemas sambil memalingkan wajahnya ke arah samping dengan sedikit canggung.

"Kamu harus bisa! kamu yang membuatku menjadi seperti ini!" perintah Alman.

"Bagaimana bisa, lagian aku nggak sengaja melakukannya."

"Kalau begitu kamu hanya akan bisa melihatku mati secara perlahan!" Ancam alman pada Azra.

DEG..

jantung Azra seakan terhenti mendengar ucapan Alman yang konyol itu. Bagaimana bisa ada orang seaneh ini, dengan luka yang terlihat parah seperti itu dia tak ingin ke rumah sakit. Apakah dia berusaha membuatku menjadi seorang pembunuh? pikir Azra dalam benaknya.

"Kalau begitu kamu istirahat sekarang, aku akan mencari cara untuk menyembuhkanmu!"

"Baiklah.. semoga kamu berhasil! dan ingat jangan sampai mebuatku mati!" canda Alman.

"Dasar bodoh, istirahat saja sana!" Azra mulai tak tahan dengan tingkah alman yang sangat aneh itu. Alman hanya tersenyum melihat Azra yang mulai emosi dengan kelakuannya.

beberapa menit kemudian Alman tertidur lelap, Azra pun mengambil kesempatan ini untuk menyembuhkannya. Azra meletakkan telapak tangan kanannya di atas dada Alman, beberapa detik kemudian sebuah cahaya yang samar-samar berwarna merah dan putih terlihat dari balik telapak tangan kanannya itu. Azra melakukan hal itu selama setengah jam penuh.

Saat Alman terbangun dia merasa tubuhnya kini baik-baik saja. Dia memeriksa sekujur tubuhnya, namun tak merasakan sakit apa pun di setiap bagian tubuhnya.

Tidak lama kemudian Azra muncul dari Arah dapur. "Bagaimana kondisimu sekarang? apa kamu sudah merasa baikan?"

mendengar suara Azra, Alman langsung menoleh ke arah Azra.

DEG..

Rona merah berbekas di pipi Alman, untuk sesaat dia membantu di atas kasur saat melihat Azra. Menurut alman penampilan Azra saat di sekolah cukup menarik dengan pakaian seragam putih abu-abu. Namun ketika dia memakai pakaian santai, meskipun tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya tapi tetap saja terlihat lebih menarik, dengan rambut yang di sanggul memperlihatkan lekukan lehernya yang indah secara sempurna.

"Halooo.. kamu dengar tidak yang ku katakan?" tanya Azra sambil melambaikan tangannya di depan Alman.

alman akhirnya tersadar dan tidak menyangkah Azra sudah berada tepat didepannya, begitu dekat hingga wajah alman menjadi semakin merah.

"A..aku baik-baik saja sekarang, Menjauhlah kamu terlalu dekat!" ucap Alman sambil mendorong Azra menjauh dari hadapannya.

mendapatkan perlakuan Alman yang sepertu itu membuat alis Azra berkerut kesal.

"Aku cuman nanya, kalau begitu kamu bisa pergi sekarang!"

Alman:"...."

alman tidak menyangka setelah bangun dia akan segera di usir keluar oleh Azra.

"Jadi begini perlakuanmu terhadap setiap orang yang telah kamu lukai! mengusir mereka dengan begitu kejam ketika terbangun dari tidurnya? ternyata rumor tentang kamu itu benar adanya!"

"Apa aku mengenalmu? bagaimana kamu bisa berbicara tentangku seperti itu? dan bukankah sekarang kamu sudah baik-baik saja? buat apa kamu tinggal lebih lama disini? atau kamu berniat melakukan sesuatu?"

mendengar ucapan Azra membuat alman menjadi sedikit tersinggung.

" apa maksudmu sesuatu? kamu kira aku tertarik dengan perempuan sepertimu? dan tentu saja aku mengenalmu, kamu dan aku berada di kelas yang sama di semester dua ini, dan semua orang berbicara bahwa kamu itu adalah sosok yang anti sosial.

kepribadian Azra yang super cuek dan ketus adalah penyebab Azra tidak mengenali Alman sebagai teman sekelasnya. Azra tidak memusingkan hal itu apa lagi sekarang dimata Azra, Alman adalah sosok anak yang tidak baik.

"Cewek mana yang bakalan baik-baik saja berada didalam kamar kosan hanya berdua denganmu, melihat penampilanmu yang seperti ini saja sudah membuatku was-was!" ucapnya sambil menunjuk ke arah Alman dari atas ke bawah.

tentu saja setiap perempuan yang melihat penampilan Alman akan berpikir bahwa alman memiliki pergaulan yang kurang baik, lebih lagi sebagai seorang siswa sma sudah memiliki tindik dan model rambut serta cara berpakaian yang tidak sopan menurut Azra.

"Berhenti menunjukku! jangan menilai kepribadian seseorang hanya dari penampilannya. Belum tentu yang kamu lihat baik itu baik, dan yang terlihat buruk itu jahat!"

"Terserah kamu mau bicara apa! pokoknya sekarang kamu pergi dari sini, kamu sudah bisa berjalan sendiri bukan?"

mendengar ucapan Azra, Alman pun bangkit dari kasur dan mengambil tasnya di atas meja dengan geram. Dia melangkah ke arah pintu dan sebelum membuka pintu Alman sempat berbalik dan berucap kepada Azra.

"Dasar cewe galak!" katanya lalu membuka pintu dan membantingnya dari luar.

mendengar ucapan Alman membuat Azra menjadi emosi dan segera mengambil bantal dari atas kasur dan melemparkannya ke arah pintu. Namun sayang pintu itu sudah tertutup.

*

Hari ini adalah hari pengumuman nilai di sekolah, setiap siswa tidak sabar melihat nilai mereka. Di depan mading sudah berkumpul beberapa siswa dari pagi-pagi sekali untuk memastikan ketuntasan nilai mereka.

Di depan sekolah beberapa siswi berteriak histeris, mereka sedang melihat kedatangan para pangeran.

"Huh... pangeran Rhyanku, semakin lama semakin tampan saja!"

"Lihatlah pangeran Jhon ku, sikapnya yang dewasa membuatnya begitu bijaksana dan menawan!"

"Aku pikir pangeran Marchelku tidak kalah dengan pangeran-pangeran mu itu, dia begitu terlihat memukau dan bersinar, aw..aw.. jantungku rasanya mau meledak.

"Diamlah kalian! yang terbaik di antara mereka tentu saja pangeran Afnan. Wajahnya begitu bercahaya, postur tubuhnya yang sempurna dan aaaaa pokoknya dia yang terbaik"

para siswi bersorak dan mengeluarkan argumen mereka terhadap masing-masing pangeran.

*

Dhyan menunggu di depan kamar Azra, mereka berencana untuk berangkat ke sekolah bersama hari ini.

"Ra.. cepetan, nggak biasanya kamu lambat bangunnya udah jam berapa nih!" ucap Dhyan nggak sabaran

sebenarnya hari ini nggak ada jam belajar, hanya saja Dhyan nggak sabar untuk melihat nilai ujiannya.

"Ya ampun Dhyan, ini kan baru mau jam 7, lagian hari ini kita nggak belajar. Cuman cek nilai ujian aja kan!" balas Azra sambil keluar dari kamarnya dan mengunci pintu.

"pokoknya ayo cepetan!" Dhyan menarik tangan Azra dan berangkat ke sekolah.

Nächstes Kapitel