webnovel

Calm before storm

Alesha membuka mata dan mengusapnya perlahan. Dia mendapati dirinya sendiri di tempat tidur, kemana George pergi. Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, hari ini minggu berarti besoknya dia harus kuliah lagi.

Dia kemudian bangkit menuju kamar mandi. Karena ruangan kamar mandi George kedap suara jadinya Alesha tidak bisa mendengar apa-apa dari luar, dia juga tidak berpikir panjang dan langsung membuka pintu yang memang tidak terkunci. Betapa terkejutnya dia karena mendapati George yang tengah memunggunginya sementara mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Alesha bisa melihat punggung Atletis George yang berotot.

'Damn..kenapa dia harus seperfect ini sih' gumannya dalam hati. Lama dia tertegun memandangi tubuh George, gimana rasanya kalau jemarinya menyentuh dada bidangnya itu ya? pikiran kotornya tiba-tiba muncul tapi dengan cepat dia menggeleng. Tapi barusaja dia hendak menutup kembali pintu kamar mandi, George ternyata sudah berbalik kearahnya. 'Glup', Alesha menelan ludahnya gugup. 'Mampus, aku ketahuan' gumannya dalam hati. Dia lalu tersenyum salah tingkah.

"Maaf aku tidak tau kalau kau didalam, lagian pintunya tidak dikunci. Itu salahmu, ya itu salahmu". ucap Alesha seadanya dan buru-buru menutup pintu. " Sial, kenapa aku seperti orang yang ketahuan nyuri sesuatu sih" gumannya sambil mengelus dadanya masih terasa berdebar. Tapi kemudian dia merasa ada dua tangan kokoh melingkar dipinggangnya, dia tersentak dan refleks berbalik. Ditatapnya mata Geoege yang tajam dan indah itu. Sedetik kemudian dia sudah tenggelam dalam pesonanya.

" Apa aku begitu menggairahkan sayang, sampai-sampai aku merasa kau selalu mencari kesempatan untuk menggodaku?"

Senyum Alesha hilang, dia tersadar dari lamunannya. Dia lagi-lagi ketahuan, 'apa aku tidak bisa bersikap biasa aja ketika didekatnya?,benar-benar memalukan' gerutunya lagi dalam hati. Wajahnya merona.

" Ti..tidak, aku hanya..." ucapannya tertahan karena George dengan nakalnya menarik tubuh Alesha semakin erat kepelukannya Alesha hanya bisa menahan napas.

" Kau tak perlu berpura-pura, aku bahkan sangat siap kalau kau mau sekarang" ucap George sambil memajukan wajahnya kearah mulut Alesha tapi karna Alesha berpaling maka mulut George hanya bisa mencium pipinya.

" Akhgrr... Aku akan gila kalau terus-terusan seperti ini Alesha" George mengerang frustrasi. Dia benar-benar sangat tersiksa dengan keadaannya sekarang, sampai kapan dia bisa menahan hasratnya yang selalu membuncah setiap dia melihat Alesha tersipu seperti itu. Gadis ini seperti seekor kucing yang sedang malu-malu tapi mau. Sikapnya itulah yang membuat George bagai kesetanan dan ingin rasanya menelan Alesha bulat-bulat. Tapi lagi-lagi dia teringat semua hal yang harus dia selesaikan dan itu harus dibereskan secepatnya. Dia menatap Alesha yang terdiam dengan wajah yang masih merona. George menghela napas dalam berusaha menenangkan libidonya yang meronta ingin terlepaskan. Dia kemudian hanya mengecup kening Alesha dengan lembut dan melepas pelukannya.

" Aku mau pulang ke apartemenku" tiba-tiba Alesha bersuara. George tertegun, dia ingin Alesha tinggal untuk sementara waktu di apartemennya karena khawatir Jimmy akan menemuinya. Alesha tidak boleh bertemu dengannya.

"George, kau dengar aku?" Alesha bertanya lagi.

"Emm...Alesha, bagaimana kalau kau untuk sementara waktu tinggal di sini supaya kita bisa lebih leluasa bertemu? kau tau kan kalau aku tidak sebebas orang kebanyakan? tanya George berharap cemas karena Alesha tidak mudah terpengaruh.Semoga kali ini ajakannya berhasil. Alesha terlihat berpikir keningnya berkerut membuat George menahan napasnya.

" Tapi untuk berapa lama? aku tidak boleh meninggalkan apartemenku lama-lama. Gimana kalau paman tau kalau aku tidak tinggal disana, bisa-bisa detik itu juga aku dipulangkan ke indonesia." ucapnya panjang lebar.

"Akan kupastikan supaya pamanmu tidak akan tau, tapi kamu mau kan tinggal disini dulu sayang?" tanyanya lagi. Alesha menatap George lalu mengangguk. George tersenyum puas. Dia lalu menuju wardrobe dan mulai berpakaian, Alesha menatapnya sebentar lalu masuk kekamar mandi.

George tampak sudah rapih dan sangat tampan seperti biasa, setelan casual yang dikenakannya selalu tampak sempurna melekat tubuhnya yang perfect. Alesha menatapnya tak berkedip.

"Kau mau pergi?" tanya Alesha cemberut. George tersenyum, dia lalu mendekati Alesha yang duduk disisi pembaringan.

"Aku akan segera menemuimu lagi sayang, untuk itu kau harus bersabar dulu dan tetap disini sampai urusanku selesai, get it?"

"George, aku ada kuliah besok sampai sore dan aku juga mau mengambil berbagai keperluanku diapartemen, laptopku jg disana". ucap Alesha. George tampak berpikir.

" Ok, setelah kuliah kau boleh keapartemenmu tapi dengan pengawalan".

Alesha mengerutkan kening. "Pengawalan, what are you talking about? kau berlebihan George". ucapnya sambil tertawa kecil lucu sekali kekasihnya ini.

" Aku serius Alesha, kau tidak boleh keluar apartemen ini kecuali dikawal". Ucap George tenang, dia mengelus wajah Alesha lembut.

" Tapi kenapa? terkadang aku tidak mengerti jalan pikiranmu George. Pertama kau memintaku tinggal disini, dan sekarang kau bilang pengawalan. Apa maksudmu sebenarnya?" Alesha mulai merasa ada yang tidak beres. George mendesah, dia menatap Alesha dalam-dalam memintanya untuk mengerti perasaannya.

" Alesha, aku melakukan semua ini untuk melindungimu. Pengawal itu tidak akan merepotkanmu, mereka sangat profesional bahkan kau sendiri tidak akan menyadari keberadaanya. Aku bisa saja tidak memberitahumu hal ini tapi karena aku merasa kau harus tau makanya aku mengatakannya. Kau jangan khawatir sayang,Ini untuk jaga-jaga saja". Ucapnya sambil meremas lembut tangan Alesha lalu menciumnya. Kalau sudah begini Alesha tidak punya daya lagi untuk berargumen, dia hanya mengangguk pasrah. George memeluknya lalu mengecup keningnya sekali lagi sebelum akhirnya dia keluar dari apartemen meninggalkan Alesha yang masih kurang puas dengan penjelasan George barusan tapi ya sudalah tidak ada salahnya juga kan.

Alesha duduk termangu diblakon apartemen George yang berada dilantai paling atas. Mata bulatnya memandangi lagit senja yang indah, tampak dari bawah lampu-lampu kendaraan mulai mewarnai jalan. "Pemandangannya yang sangat indah" gumannya sambil tersenyum. Tanpa sadar angannya terbang keindonesia dimana orang tuanya berada "Aku jadi rindu Mama". ucapnya lagi. Dia lalu bangkit dan mulai mencari handphonenya. Dimana benda itu berada yah, sejak kemarin malam dia sedikitpun tidak pernah mendengar notifikasi apa-apa. Matanya lalu tertuju pada meja rias yang ada disudut ruangan. Disana rupanya hanphonenya berada. Cepat-cepat dia menghidupkan tapi sialnya handphone itu lowbat, dia lalu menchargernya dan menghempaskan tubuhnya dikasur. Dia memejamkan mata dan membiarkan pikirannya menerawang. Tapi tiba-tiba mata bulatnya terbuka dan mengerjap beberapa kali, lalu dia bangkit. Dia tampak masih berusaha mengingat sesuatu.

" Jimmy, yah. kenapa aku bisa melupakannya. Oh my god, yah... aku bertemu dia dibar itu dan... tiba-tiba aku sudah berada disini dengan George. Sebenarnya apa yang terjadi?" gumannya bingung, dia berpikir keras berusaha mengingat kejadian dibar itu. George juga tidak berbicara apa-apa tentang itu karena memang mereka larut dalam perasaan mereka sehingga Alesha benar-benar lupa menanyakannya. Dia kemudian menghidupkan handphonenya dan muncul lah banyak notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab. Dia kemudian membuka satu persatu, beberapa pesan dari Bella yang bingung menanyakan keberadaanya. Lalu Olivia yang jg ikut menanyakan dia ada diapartemen atau tidak. Dia lalu membalas pesan mereka kalau dia baik-baik saja. Dan satu pesan dari nomor yang tidak dikenal. Dia lalu membacanya.

* Hai baby girl, aku harap kau baik-baik saja. I miss you. Aku harap kita bisa bertemu lagi. Dari Jimmy* Wajahnya tiba-tiba berubah sumringah dan antusias. Artinya dia benar-benar bertemu Jimmy semalam di bar itu. Tapi yang jadi pertanyaannya kenapa dia tiba-tiba berada di apartemen George. Hanphonenya tiba-tiba berdering. Dia melihat nomor yang tertera sama dengan yang mengiriminya pesan. Dia tersenyum lalu menjawabnya.

" Hallo" ucapnya sedikit ragu.

"Hai my baby girl....

Nächstes Kapitel