webnovel

Lakukan saja

Alesha sangat frustrasi, dia tak pernah membayangkan hidupnya akan seperti ini. Menjadi budak seorang pangeran untuk menebus kebaikan yang telah diberikan sungguh perbuatan yang tidak masuk akal, pangeran macam apa dia, pikirnya. Kemudian dia bangkit lalu meraih map itu, membuka dan membacanya.

Isi kontrak itu menyatakan kalau jangka waktu kontrak selama 3 bulan, Alesha harus selalu siap 24 jam melayani kapanpun dan dimanapun George butuhkan, setiap terjadi kesalahan dia harus rela dihukum apapun. Amarahnyapun semakin menjadi.

" Kamu keterlaluan..!!". ucapnya geram.

" Kamu hanya butuh menandatanganinya" jawab George sambil tersenyum lebar.

Gadis itu kemudian dengan berat hati menandatangani surat itu.

" Bagaimana dengan kuliahku? dia kemudian bertanya.

" Kuliahmu tetap berjalan sebagaimana mestinya, tapi jika saya butuh pelayananmu kamu harus siap".

Alesha terdiam, setidaknya dia masih diberi kesempatan untuk kuliah setelah itu baru dia akan pikirkan rencana untuk menghindari pangeran ' jerk' itu.

" Dan jangan pernah berfikir untuk menghindari kewajibanmu, karena aku akan mengawasi setiap pergerakanmu". ucap Georga menambahkan seakan dia tau apa yang ada dipikirannya.

Sementara itu dia hanya menggigit bibir karena rencananya pupus bahkan sebelum dia memikirkannya. Tapi bukan Alesha namanya kalau kehabisan ide.

" Aku ada kuliah hari ini sampai sore. jadi sekarang aku tidak bisa bertugas dulu". ucapnya beralasan.

George tersenyum. " Aku tau semua jadwalmu dan hari ini kamu hanya ada kelas 2 jam di sore hari." Ucapnya menatap gadis itu dan melangkah menghampirinya.

" Aku sudah bilang, kau tidak bisa menghindari tugasmu." Dia menambahkan, jarinya menyentuh bibir mungil Alesha.

" Jangan pernah menyentuhku" ucap Alesha menepis tangan George. Pria itu cuma tersenyum manis dan senyum itu cukup membuat jantung Alesha kembali bergemuruh.

" Well, karena kau harus selalu siap 24 jam jadi kau harus berada di sekitarku. Aku sudah mempersiapkan apartemen buat kau tinggali."

" What..!! itu tidak ada dalam kontrak"

" Itu untuk memudahkanmu".

" Aku tidak peduli, pokoknya aku tidak setuju kalau harus tinggal selain di apartemenku, please biarkan aku tinggal di tempatku sendiri. jawabnya memohon, dia mulai panik. Dia tidak ingin orang lain tau kejadian yang menimpanya. Apalagi kalau sampai Olivia tau bisa kacau semua. Orangtuanya juga pasti akan tau dan mereka pasti akan sedih.

George terdiam sejenak, dia menghela napas.

" Baiklah, tapi untuk hari ini kau akan tinggal di sini untuk memulai tugas pertamamu." ucapnya sambil tersenyum nakal, matanya yang tajam menatap Alesha dari kepala sampai kaki membuat tubuh gadis itu tiba tiba menggigil mersakan tatapan intens dari George. Sesaat kemudian George mulai menyampaikan tugas-tugas yang Alesha harus selesaikan hari itu juga lalu melangkah keluar.

Alesha yang sangat kesal hanya bisa pasrah. Dia sebenarnya tidak asing melakukan semua pekerjaan itu karena meskipun dia anak seorang yang kaya raya tidak menjadikannya malas dan manja. Dia sudah terbiasa mencuci pakaiannya sendiri dan membersihkan kamar tidurnya, dia juga bahkan jago memasak.

Kemudian dia mulai melakukan semua perintah George, mulai dari membersihkan kamar mandi, menyiapkan makanan untuk George dan mencuci pakaiannya. Gadis itu menyelesaikan semua tugasnya tanpa mengeluh. Dia bisa melakukannya, hanya tiga bulan saja setelah itu semuanya akan seperti semula, dia hanya butuh bertahan selama tiga bulan itu. Pikirnya.

Sementara itu George yang sedang berada di ruang kerjanya terus memperhatikan layar monitor yang ada di depannya itu. Dia melihat bagaimana gadis itu dengan tekunnya menyelesaikan semua pekerjaan layaknya seorang pelayan. Hatinya tiba tiba terasa berat menyaksikan itu semua, kenapa dia menjadi begitu egois hanya karena dia ingin gadis itu selalu berada disisinya. Tiba tiba handphonenya berdering.

" George, ibu harap kamu kembali keistana sekarang juga. Tunanganmu sejak tadi malam tidak beranjak dari kamar hanya karena menunggumu tetapi kau tak pernah muncul, kemana saja kau dan kenapa hanphonemu mati?" Mendengar omelan familiar itu lagi dia hanya mendesah.

" Ibu, aku ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan jadi belum bisa kembali. Tolong ibu urus saja dia okey?" jawabnya sambil terus memperhatikan gadis yang ada layar dimonitornya.

" Tapi kapan kau kembali, Putri Silvia ingin bertemu denganmu nak dan dia baru saja pulang dari perjalanannya. Apa kau tidak ingin menemuinya? kapan kau mau berubah George, paling tidak kasih dia kesempatan."

" Ibu, tolong. Aku tidak mau membahas ini sekarang. Pekerjaanku masih banyak dan ibu jangan menghubungiku kalau menyangkut dia lagi." ucapnya sambil menutup telpon tanpa menunggu jawaban ibunya. Dia sangat frustrasi memikirkan masalah itu, dia bahkan tidak ingin melihat wajah tunangannya itu lagi.

Setelah menenangkan pikirannya dia berdiri dan menuju ke tempat Alesha berada.

" So... kelihatannya kau sangat ahli dalam bidang ini?" ucapnya sambil tersenyum kearah Alesha. Gadis itu hanya melirik tajam sambil terus melakukan pekerjaanya.

" Stop itu sekarang. Selanjutnya sajikan aku makanan" ucapnya lagi sambil terus memperhatikan gadis itu. Alesha sendiri hanya tetap diam dan mengikuti apa yang diperintahkan George.

Tak lama kemudian makanan pun tersaji, dengan senyum mengembang George mulai menyantap makanannya. Seperti biasa dengan tenang dan elegan dia menyantap makanannya. Alesha yang sejak awal memperhatikannya merasa takjub dan hatinya terkesima, bagaimana bisa ada orang semenarik itu hanya dengan cara makan saja sampai- sampai dia tanpa sadar menelan ludah bukan karena ingin makan juga tapi karena melihat keindahan George dimeja makan.

" Kemarilah" George tiba- tiba bersuara.

Mendengar itu Alesha terbangun dari lamunannya dan bagai terhipnotis dia kemudian berjalan menuju George.

" Duduk" ucap George lagi. Lagi-lagi Alesha mengikuti ucapannya. Kemudian George menyiapkan makanan untuk gadis itu dan mulai menyuapinya.

Alesha sontak saja terkejut melihat sikap George.Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tetapi itu berhasil membuat hatinya benar- benar meleleh.

" Pa..pangeran apa yang kau lakukan, ini tidak pantas.Biar aku saja." ucapnya, wajahnya mulai memerah.

" Ini juga termasuk tugasmu dan kau tidak boleh menolak, now say ahh..." jawab George sambil mengarahkan sendok ke mulut mungil Alesha sambil tersenyum manis. Gadis itu hanya bisa pasrah dan membuka mulutnya. Dia heran dengan dirinya sendiri kenapa kali ini dia sangat penurut, seakan pesona pangeran itu telah membuat otaknya membeku. Sementara itu George yang melihat gadis itu membuka mulutnya tiba-tiba mematung, sendok yang seharusnya sudah mengarah kemulut Alesha tidak bergerak sama sekali.

Badannya terasa panas dingin dan jantungnya mulai berdetak tidak karuan hanya dengan melihat kedua bibir seksi gadis itu bergerak indah, keinginan liarnya tiba-tiba muncul lagi. Ingin rasanya dia mencicipi bibir merekah itu, merasakan kelembutan dan kehangatannya. Tiba-tiba suara yang keluar dari bibir indah itu membuyarkan angannya.

" Pangeran... aku bisa makan sendiri".

" Oh, ma..maaf...." jawabnya tergagap sambil menyuapi Alesha yang kemudian mulai mengunyah perlahan sambil tertuduk malu. George tersenyum puas melihat Alesha kali ini sangat penurut dia menjadi semakin ingin menggodanya.

"Nah, sekarang giliranmu menyuapiku" ucapnya sambil tetap tersenyum tetapi kali ini senyum itu terlihat nakal.

"Ap...apa??" jawab Alesha terkejut, kali ini dia benar-benar tidak habis pikir, ada apa dengan pangeran itu. Tapi selain komplain dalam hati gadis itu hanya bisa menurutinya. Kemudian dengan terpaksa dan gerakan yang ragu dia mulai menyuapi George, tetapi mulut George tidak terbuka. Lalu Alesha menatap dengan tatapan bertanya tapi tetap saja mulut itu tidak bergerak sedikitpun.

Merasa dipermainkan Alesha kemudian meletakkan kembali sendok itu dan berniat bangkit dari duduknya. Tapi dengan sigap George menangkap pergelangan tangannya dan menariknya kembali duduk di kursi akan tetapi karena Alesha sama sekali tidak siap dengan gerakan George yang cepat dan tiba-tiba itu sehingga tubuh gadis itu terhuyung dan jatuh pas diatas pangkuan George.

" degdeg...degdeg...degde....!!"

Nächstes Kapitel