webnovel

Kisah Tentang Merry

Terkadang seseorang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. banyak dari mereka menutupi kekurangnya dan memperlihatkan kelebihannya. mereka yang terlihat sempurna pun pasti memiliki kekurangan, entah dari sifat, pikiran, dan perilaku. dan sebaliknya mereka yang memiliki kekurangan dari segi fisik pun belum tentu tidak baik. terkadang mereka mempunyai perilaku yang sopan, dan sifat yang baik.

Dari semua kekurangan dan kelebihan, Merry pun memiliki kekurangan, ia memiliki tubuh yang gendut, dan pipi yang tembem namun ia terlihat cantik. ia adalah seorang pegawai di mini market didekat rumahnya. setiap pagi ia selalu pergi untuk bekerja, dan saat sore datang pekerjaan yang dilakukannya telah selesai, dan ia bisa pulang kerumahnya.

Dia terbilang rajin dalam berbagai hal, semangat yang ia miliki, melebihi pegawai lainnya. Merry pun mendapat gaji yang lebih besar dari pegawai lainnya sehingga pegawai lainnya membencinya dan mengucilkannya.

Meski begitu, Merry tetap semangat dalam bekerja tanpa menghiraukan pegawai lainnya. Hingga saat ia pulang dari mini market, ia melihat iklan di sebuah TV besar yang berada di "E-CTY". iklan yang ia lihat adalah sebuah iklan yang mempromosikan game.

Lalu saat itu pun ia tertarik dengan game yang dipromosikan itu dan ingin mencobanya. setelah beberapa hari, ia pun mulai pergi ke sebuah toko dikota "E-CTY" yang menjual peralatan untuk game tersebut. dia pun membeli "BrainRealty" dan ia pun tahu bawa alat ini membutuhkan komputer, karena merry sudah memiliki komputer jadi merry hanya membeli alat itu.

Dia pun masuk kedalam game itu, dan disaat ia melihat dunia yang berada di game ini, dia pun terkagum-kagum akan indahnya pemandang bersalju saat ia berada di kota "White Ice".

Hingga akhirnya ada seseorang yang mengajaknya untuk masuk kedalam partynya. yaps betul, itu dia adalah Murham, Murham yang kala itu terpeson akan karekter wanita yang digunakan merry pun memberi tahu semua detail yang berada di game ini.

Saat mereka hendak pergi kesebuah dungeon, Murham yang tadinya ingin mengajak merry menaikkan levelnya pun berpikiran jorok, dan hingga akhirnya merry pun di seret kearah hutan yang sepi.

tapi seorang player dengan pedang besarnya pun datang membantu merry, dari pandangan merry ia terlihat seperti pahlawan yang menyelamatkannya. dan mereka berdua pun saling berkenalan.

Setelah beberapa hari kemudian meraka pun pergi kesebuah dungeon, dan mengalahkan boss satu persatu, hingga akhirnya merry yang dikala itu tidak pernah merasakan cinta, sekarang ia pun merasakan akan sebuah cinta.

Tapi disisi lain merry tidak percaya diri dengan penampilannya di dunia nyata. ia sering di ledek oleh teman-teman saat ia masih sekolah, dan para pegawai yang mengucilkannya pun sering mengejeknya karen badannya yang gendut.

"Kenapa setiap orang selalu saja mengejekku" ujarnya saat ia sedang sendiri di mini market tempat kerjannya yang saat itu ia salah pegawai mengejeknya.

Dengan rasa menghiraukan ejekkan itu merry kembali bekerja seperti biasa.

Namun saat ia merasakan benih-benih cinta pada saat ia bertemu dengan zie, Ia pun merasakan bahwa dirinya harus berubah, dan ia pun selalu berolahraga dan terkadang ia pun diet untuk menurunkan berat badannya itu demi mengejar cintanya.

Mungkin terdengar biasa, namun saat seseorang memiliki rasa cinta pertama kali terhadap seseorang, ia akan melakukan sesuatu yang bahkan terkadang sesuatu yang dilakukannya pun bisa berakibat fatal.

"Zie, apakah ini cinta..??" ungkap Merry mengingat saat zie menolongnya. dia yang sedang tidur tengkurap dan wajahnya pun jatuh keatas kasur setelah berkata seperti itu.

Untuk kalian yang sudah membaca novel ini hingga saat ini, saya sangat berterimakasih sekali kepada kalian. dan jika kalian tidak keberatan saya berharap kalian meluangkan waktu untuk memberikan ulasan untuk novel ini dan saya sangat menghargai itu.

[✓] Share

[✓] Komentar

[✓] Review

[✓] Batu kuasa

Terimakasih atas bantuan kalian selama ini, dan semoga novel ini menjadi lebih menarik lagi.

Azhiezcreators' thoughts
Nächstes Kapitel