webnovel

Intro

Beberapa saat sebelum kejadian

Daniel POV

Namaku Kang Daniel. Panggil aja aku Daniel. Aku masih muda umurku 17 tahun. Aku tidak sekolah untuk sekarang. Entah kedepannya aku bisa menikmati bangku sekolah lagi atau tidak. Dulu aku sempat mengenyam bangku sekolah sebelum aku memutuskan untuk keluar.  Aku dulu duduk dibangku SMA kelas 2 jurusan IPA. Aku lahir dari keluarga bisa dibilang kaya alias keluarga konglomerat. Ayahku adalah seorang pengusaha dibidang ekonomi dan dibidang hiburan. Ibuku membantu mengurus perusahaan. Kehidupan ku penuh dengan kemewahan, germelap harta dan tercukupi. Dari kecil apapun yang ku minta dalam sekejap langsung terkabul bagaikan sihir. Bayangkan jika kalian punya kekuatan sihir seperti yang ada di dongeng dongeng yang selalu orangtua ceritakan sebelum tidur. Kalian tinggal membayangkan apa yang kalian inginkan sambil menutup mata lalu ucapkan mantra. Binsalabin dengan ajaib saat kalian buka mata apa yang kalian inginkan sudah ada di depan kalian. Seperti itu lah kehidupan masa kecil sampai sekarang. Semua yang aku butuhkan dan aku inginkan langsung terpenuhi. Semua kudapatkan, semua terpenuhi, semua terkabul. Tapi ada satu hal yang tidak kudapatkan,terpenuhi dan terkabul dari dulu sampai sekarang . Ayah ibu bisa memberiku,memenuhi dan mengambulkan selain satu ini kalau satu ini mereka tidak bisa. Ini adalah satu satunya keinginanku dan permintaan yang tidak bisa di kabulkan oleh orangtua ku. Keinginan,permintaan itu adalah kasih sayang dan kebahagiaan. Ya ayah ibuku tidak bisa memberiku kebahagiaan dan kasih sayang mereka walau untuk beberapa saat saja mereka tak bisa. Mereka tidak bisa memberikanku 2 hal itu karena mereka terlalu sibuk berkerja dan berkerja. Sangat sibuknya mereka sampai melupakan kewajiban mereka sebagai orangtua dan memindah alihkan kewajiban mereka ke Bibi Ji Na. Bibi Ji Na adalah pembantu di rumahku. Dialah yang merawatku, melindungiku,memberi kasih sayang, dan kebahagiaan dari aku kecil. Dialah orang tua ke dua bagiku. Tak, dia tidak pantas di panggil orang tua kedua dia pantasnya menjadi orangtua kadung. Mengapa? Orangtua kadungku yang melahirkan ku tapi tidak pernah merawatku, melindungiku, memberi kasih sayang dan kebahagiaan sedangkan Bibi Ji Na walaupun dia bukan orang yang melahirkan ku kedunia ini tapi dia yang merawatku, melindungiku, memberi kasih sayanh kepadaku dan kebagiaan. Sekarang mana yang pantas di sebut orang tua kandung dan orang tua kedua ha mana?!. Seandainya jika waktu aku diciptakan oleh tuhan dan tuhan memberiku pilihan begini "Kau mau dilahirkan oleh siapa? " "Kau mau hidup di keluarga yang seperti apa? " "Kau mau takdir seperti apa? " aku akan jawab aku ingin dilahirkan oleh Bibi Ji Na, aku ingin hidup di keluarga yang sederhana yang penting aku bisa bahagia, aku ingin takdir yang baik dan diliputi kebahagiaan setiap detiknya. Aku sayang sekali kepada Bibi Ji Na sangat sayangnya aku tidak pernah memanggil namanya aku selalu memanggilnya "Omma". Begitu pula dengan Bibi Ji Na dia juga sangat sayang padaku.

Ha seperti yang sudah aku jabarkan di atas. Kalain mengetahui sesuatu bukan. Mengetahui bahwa aku ini adalah anak yang kurang kasih sayang dan kebahagiaan. Miris sekalikan hidupku. Hidup kaya tidak selalu enak ternyata. Aku kira hidup kaya itu enak seperti yang di katakan oleh orang orang selama ini. Nyatanya enak apanya tersiksa iya. Jika aku diberi pilihan hidup kaya atau sederhana aku akan memilih hidup sederhana. Dan itulah yang aku pilih sekarang. Aku meninggalkan keluargaku dan kehidupanku yang gemerlap itu setelah aku keluar dari sekolahku. Dan memilih tinggal di sebuah gedung tua yang jauh dari rumahku. Bukan rumahku tapi rumah Tn. Kang dan Ny. Kang. Aku sudah meninggalkan semua tapi entah kenapa? aku masih mendapatkan penderitaan aku belum dapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya. Semenjak aku pergi aku malah sering dapatkan penderitaan, siksa, teror, dan sebagainya. Kapan aku bisa bahagia? Apa sesulit itukah mendapatkan kebahagiaan? Siapapun tolong berikan aku kebahagiaan. Aku bosan hidup seperti ini. Apakah aku tidak bisa mendapatkannya ha? Apa aku tak pantas mendapatkan kebahagiaan? Apa aku akan mendapatkan kebahagiaan saat aku sudah ada diakhirat? Aku mohon kasih aku kebahagiaan. Yang kubutuhan hanya itu tak lebih.

06.10

Di sebuah gedung tua

Aku sudah bangun dari tadi. Aku baru saja mandi. Sekarang aku sedang berganti pakaian. Aku mencopot handuk yang aku lilitkan di sekitar area barang berharga ku. Tenang saja barang berhargaku tidak akan kelihatan karena aku sudah menutupinya dengan katok pendek bewarna biru. Aku mengeringkan rambutku dengan handuk sambil berjalan menuju lemari baju. Di depan lemari ku buka pintu lemari dan terlihatlah beberapa baju milikku yang menggantung dengan rapinya. Ku ambil salah satu baju yang menggantung rapi di dalam lemari setelah itu aku tutup kembali lemari itu.

Ku copot baju yang ku ambil dari hanggarnya. Ku lempar sebarangan hanggar baju tadi lalu kupakai baju yang kuambil. Aku sudah memakai pakaian yang aku ambil tadi. Sekarang aku sedang di depan cermin sedang melihat diriku di cermin menatap wujudku dari cermin. Ku amati dari atas samapi bawah diriku dari cermin. Apakah sudah rapi? Apakah ada yang belum rapi? Apakah ada yang kurang? Aku mengamati seksama. Sepertinya sudah rapi,sudah tak ada yang gak rapi, sudah tak ada yang kurang. Eh tunggu tunggu ada sedikit. Aku membetulkan jaket yang ku pakai. Sudah, sudah rapi.

Di jalan

Hari ini begitu indah. Pas sekali digunakan untuk jalan jalan keluar. Aku menelusuri jalan dengan langkah cool ku menuju sebuah tempat yang aku sendiri tidak tau tempat yang aku tuju di mana. La gimana sih? Ya aku pergi keluar rumah tapi tidak tau mau kemana bisa dibilang aku tak punya tujuan. Saat aku sedang menelusuri jalan tiba tiba hp ku berdering.

"Kring, kring, kring "

Suara dering HP

Aku mengambil hp ku dari saku celana Jin ku. Aku mendapatkan panggilan. Tampak di layar hpku Kim Yoo Yong. Kenapa dia menelponku? Tumben banget. Kim Yoo Yoong adalah teman dekatku. Panggil saja dia Yoo Yong atau panggil saja Yoyong kalau kesulitan menyebut namanya.

Ku tekan tanda telpon berwarna hijau yang berarti di jawab. "Hello Yoyong "ucapku pembuka pembicaraan. "Ya! namaku Yoo Yong bukan Yoyong "ucapnya dari sebrang sana. "Ne ne aku tau itu Yoyong "ucapku santai. "Ya! Kamu ini sudah berapa kali aku bilang namaku Yoo Yong Kim Yoo Yong bisakah kau menggilku dengan benar "ucapnya. "Ne ne Yoo Yong "ucapku. "Nah gitu baru bener "ucapnya. "Sudah sudah, Lo kenapa menelepon ku tumben amat? "ucapku. "Tidak ada apa apa sih cuma aku ingin mengetahui kabarmu saja gimana kabarmu? "ucapnya. "Aku baik kau sendiri "ucapku. "Baik "ucapnya. "Kau masih betah di tempat itu "ucapku. "Ya emang kenapa? "ucapnya. "Kau tak niatan seperti aku apa "ucapku. "Kau menyuruhku mengikuti jejakmu gitu. Hhhh Daniel kau kira aku ini seperti dirimu apa. Aku dan kamu itu beda ngerti "ucapnya. "Walaupun kita sahabat dekat bukan berarti kita sama "tambahnya. "Kau sekarang sedang dimana? "ucapku. "Aduh ni anak pake nanya ya sedang dimana ya jelas jam segini aku di sekolah hari inikan bukan hari libur "ucapnya. "Kau rajin amat ya jam segini sudah ada di sekolah "ucaku. "Ya dong gak kaya kamu "ucapnya. "Daniel kau besok hari sabtu ada waktu tidak "ucapnya. "Bentar aku lihat jadwal harianku dulu "ucapku. "Eleh sok sok an sibuk lo. Nanti kalau ada waktu hari sabtu datang ke tempat biasa "ucapnya. "Oke nanti kalau ada waktu aku kabarin sudah aku tutup,Bye "ucapku. "Bye"ucapnya. Aku mengakhiri percakapan dengan Yoo Yong di hp. Saat mengakhiri percakapan dengan Yoo Yong aku mendapatkan sebuah notif pesan dari seseorang yang aku tunggu tunggu. Tertulis di notif pesan nama Lee Je A. Aku buka notif pesan itu dan kubaca

Lee Je A

Bisakah kau datang di ke panti anak anak pada mencarimu

Tak ku balas pesan itu. Aku matikan ponsel ku lalu kumasukan kembali ke tempat asalnya berada. Ku lanjutkan langkah ku yang terhenti. Sekarang aku sudah memiliki tujuan. Tujuanku hari ini ke panti yang tak jauh dari sini. Aku menelusuri jalan menerobos orang yang lalulang. Saat menelusuri jalan yang ku pijak ini. Aku mendapati truk terdominasi warna putih berhenti dengan indah di jalan raya bersama mobil mobil yang lain. Entah kenapa pandangan terfokus pada truk itu. Sebenarnya aku tak terfokus pada truk nya tapi aku terfokus pada pengemudi truk itu. Aku mengapati pengemudi yang didalam truk itu yang berpakain serba hitam. Aku berhenti sejenak untuk mengamatinya. Pengemudi itu duduk memegang kemudi truk sambil menatap kedepan. Kenapa tiba tiba perasaanku gak enaknya terhadap pengemudi truk itu? Entah ini sebuah firasat atau apa. Tapi aku merasa pengemudi ini akan menyelakai seseorang. Pengemudi truk itu aku lihat dari tadi melihat kedepan dengan tatapan yang tajam. Apa yang sedang dia lihat di depan? Aku mengalihkan pandanganku ke depan dan aku mendapati ada beberapa orang menyebrangi zebra cros dan ada seorang cewek di tepi jalan yang sedang menggunakan headset dan memainkan hpnya. Apa pengemudi itu akan menyelakai cewek itu. Itulah yang terlintas di benakku sekarang. Cewek itu menyebrangi zebra cros. Saat cewek itu terlihat menyebrang pengemudi truk itu menancap gas menjalankan truknya meninggalkan tempat ia berhenti. Cewek itu memyebrang denga santainya dan pedenya dia menyebrang asal yebrang tanpa lihat kanan kiri. Karena kecerobohan kebodohan dia sampai membuatnya tak tau kalau ada truk yang mengarah menuju dirinya. Orang yang ada di sekitarnya coba memperingati dia tapi dia tidak menghiraukan semua peringatan itu. Maklum aja dia gak respon peringatan orang orang dia pakai headset apa dengar.

"NAK AWAS"

"AWAS ADA TRUK "

"NAK TRUK MELAJU KE ARAH MU "

Sumpah truk itu makin dekat dengan gadis itu tapi gadis itu tidak tau di depannya ada truk yang melaju kearahnya. Aku ingin menolongnya tapi ini terlalu berbahaya kalau aku tak menolongnya. Aaa... Tolong tidak tolong tidak. Tolong saja. Aku berlari menuju ke arah cewek itu sambil memperingati dia.

"AWAS "

Saat ucapan terucap dengan lantangnya dia baru meyadari di depannya ada truk. Gadis itu saat mengetahui semua tak bisa berbuat apa apa dia terpatung di tempatnya. Truk jaraknya udah dekat sekali dengan gadis itu. Dengan secepat kilat aku mendorong tubuh gadis itu. Dan berganti posisi dengannya. Tadinya dia yang akan di tabrak sekarang aku yang akan di tabrak oleh truk itu. Dan...

BRAK

Darah bercucuran di mana. Aku tergeletak tak berdaya di jalan beraspal ini. Tubuhku berasa mati rasa aku tak bisa merasakan apa apa. Aku banyak mengeluarkan darah tapi saat ini aku belum kehilangan kesadaranku. Aku melihat gadis tadi tubuhnya terguling guling sampai akhirnya berhenti karena terpentok tepi aspal. Tubuhnya sekarang terbaring tak berdaya di jalan aspal ini. Posisi tubuh gadis itu menghadap kearahku. Bisa kulihat wajahnya sekarang dengan jelas. Ku tatap wajahnya. Perlahan entah kenapa kesadaran sedikit mulai sedikit menghilang. Masih ku tatap wajahnya sampai titik pengahabisan kesadaranku yang ku punya sekarang.

Penglihatan ku memburam, memburam dan semua menjadi hitam di mataku. Gelap semua berwarna hitam aku tak bisa lihat apa apa. Aku tidak bisa lihat apa apa sekarang. Jadi aku tak tau bagaimana

nasibku setelah ini. Akankah aku akan mati seperti ini? Akankah aku mati atau hidup? Aku tidak tau.

TBC

Nächstes Kapitel