webnovel

IDOLA

Setelah kejadian makan siang kemarin, Lenny menjadi gelisah. Bagaimana tidak, semua orang yang melihatnya turun dari mobil Reyhan langsung menuduh yang bukan-bukan. Banyak selentingan negatif yang berhembus soal kejadian itu. Mendadak namanya jadi begitu hits sepanjang hari ini. Dia diperbincangkan banyak kalangan mulai dari security, OB, karyawan magang, senior, junior, bahkan mungkin jajaran direksi. Memang agak aneh ketika seorang big boss seperti Reyhan satu mobil dengan Lenny, yang notabenenya gak ada hubungan kerja yang intens. Secara, gedung kerja mereka berdua saja terpisah, tapi kenapa bisa satu mobil? Makan siang bersama pula!

Dia memang belum mendengar omongan negatif itu langsung, tapi dari sorot mata orang-orang yang melihatnya tadi, sudah bisa dipastikan banyak yang gak suka dengan dirinya. Kebanyakan yang gak suka adalah kaum hawa, yang rata-rata pada sirik, iri, dengki. Semua itu sangat menganggu pikiran Lenny malam ini. Insomnia nya semakin menjadi-jadi. Apalagi besok pagi, dia harus datang ke rumah boss menyebalkan itu untuk urusan berkas dua hari lalu. Pasti dia akan jadi bahan gunjingan lagi.

Dan karena dia gak pengen kena tuduh dua kali, Lenny berinisiatif menghubungi Eriska untuk menemaninya mengantar berkas tersebut. Tapi sial, entah kenapa nomor sahabat sekaligus rekan kerja nya itu tidak aktif. Berkali-kali kirim pesan whatsapp pun hanya ceklis.

"Mungkin dia udah tidur ya?!" gumamnya.

Gadis itu mulai membaringkan tubuhnya ke atas kasur. Tatapannya lurus ke atas plafon kost, pikirannya mulai menerawang kemana-mana. Cewek itu mencoba menemukan ide bagaimana caranya agar dia tidak dituduh yang bukan-bukan saat mengantarkan berkas besok. Dia memicingkan mata sebentar, dan mulai menjentikkan jari.

"Yaampun goblok banget gue..tinggal titipin ke security rumahnya aja kan beres! Akhirnya bisa tidur nyenyak!"

Perlahan dia coba memejamkan matanya. Bersiap menyambut mentari pagi, dengan harapan dan semangat baru.

***

Seperti yang sudah dijadwalkan, pagi ini sebelum berangkat ke kantor Lenny harus memberikan berkas itu. Boss nya yang suka seenak jidat memang selalu merepotkan. Untuk sampai di rumah itu saja, Lenny harus melewati drama kesasar dan nyaris terjatuh karena menghindari bebek melintas di jalan. Untung abang ojek online nya gesit, jadi bebek nya selamat dan mereka pun selamat.

"Masih jauh gak nih bang?"

"Saya juga bingung atuh neng, itu komplek rumahnya di jalan gorong-gorong, tapi kita sekarang malah di jalan..." Abang ojol membaca maps nya, "jalani dulu aja? Nah.. yang sebelah kita jalan mulu jadian kaga.. aduh bingung!"

"Nama jalannya aneh-aneh ya bang!" Lenny ikut menggerutu. Dia melirik arloji ditangannya, untung ini masih pagi.

"Iya neng, aneh. Tapi itu ada warga neng, coba kita tanya ya!"

Abang ojol yang penuh inisiatif langsung menarik gas sepeda motornya. Dia turun sendiri dan bertanya dengan Ibu-Ibu yang kebetulan belanja di kang sayur keliling. Lenny hanya mengamati obrolan singkat mereka dari atas motor. Dalam hati dia mengutuk boss yang menyusahkan itu, ini benar-benar suatu penindasan terhadap karyawan jelata sepertinya!

"Nuhun, ibu-ibu. Permisi.." Abang ojol kembali naik ke atas motor. "Jalannya yang depan neng, sekitar lima menit dari sini".

"Yaudah bang, buruan. Saya keburu telat ke kantor nih"

"Berangkaaaatt!"

Dan benar saja, begitu sampai di jalan gorong-gorong mata Lenny dibuat terkesima. Ini adalah salah satu komplek perumahan elit Ibu Kota. Rumah yang berdiri disini mewah-mewah sekali dan pasti harganya muahal! Bahkan gajinya seumur hidup jadi karyawan juga gak akan mampu beli rumah disini! Dia menelan ludah, mulai berharap dan berkhayal semoga suatu saat bisa dapat undian dan beli rumah disini. Jadikan seorang crazy rich dan balas dendam sama boss songong model Reyhan, asik banget kan tuh.

Dan karena kata Fio, sekertaris Reyhan kemarin, rumah Reyhan bercat deep sky blue, mata Lenny langsung menuju pada satu rumah super megah dan mewah di sebelah kanan jalan. Rumah yang cukup tinggi, karena berlantai empat. Di sekelilingnya ada pagar beton keliling berwarna cat senada dengan warna rumah. Pantas saja rumah ini sering dijuluki 'blue house' oleh karyawan lain.

"Stop! Stop bang! Yang biru itu!"

Lagi lagi abang ojol yang sangat berpengalaman ini pun langsung ngerem, sampai berdecit saking kerennya.

"Ini neng rumahnya? Kayak Istana yah ckckck" Abang Ojol ikut berdecak kagum. Lenny memberikan sejumlah uang tunai ke abang nya, dan abang itu segera pamit pergi.

Lenny sedikit menyisir rambutnya yang agak berantakan kena angin. Dia juga sedikit merapikan kemeja nya, dan menepuk nepuk sedikit rok span selutut yang dikenakan, agar terlihat rapi.

Sekarang dia melangkah ke depan pintu gerbang, bersiap memencet bel. Namun, baru saja tangannya melayang diudara, seseorang sudah membuka pintu gerbang dari dalam disaat bersamaan.

"Loh, mbak?!"

"Bambang?!"

Sesaat keduanya saling pandang.

"Cari boss Reyhan?"

"Iya, beliau ada di dalam?"

"Ada, lagi sarapan. Ayo saya antarkan saja kalau gitu".

"Eh.. gak usah" Lenny langsung menolak, "Saya titip aja berkasnya ke kamu, tolong ya kasihkan".

Bambang menggeleng. "Wah, gak bisa mbak! Berkas kantor harus langsung di serahkan ke beliau karena bersifat rahasia"

Aduhhhh! Lenny mengeluh dalam hati. Kenapa begini amat ya?

"Ayo mbak, nanti bisa kesiangan ke kantor".

Hm, benar juga kata Bambang ini. Lenny akhirnya pasrah mengikuti ke dalam. Toh orang di sini gak akan ada yang mengenal dia, jadi gak mungkin akan ada gosip lanjutan di kantor. Bambang juga sepertinya bukan tipe orang 'ember' yang suka ngurusin gosip, apalagi nyebarin gosip. Gosip boss nya sendiri lagi.

Bambang berjalan terlebih dahulu, diikuti oleh Lenny kemudian. Begitu masuk, mereka langsung di sapa oleh dua orang security dan dua ekor anjing penjaga. Si anjing sontak menggonggong karena gak kenal dengan Lenny, tapi langsung di tenangkan oleh security.

"Maafnya ya, anggap aja ucapan selamat datang" katanya. Gadis itu hanya senyum ngeri. Ternyata hewan peliharaan dan majikan sama-sama galak juga.

Mereka berdua melanjutkan langkah untuk masuk ke dalam. Selama itu pula mata Lenny kembali di buat takjub dengan halaman sekitar rumah. Bunga-bunga tertata rapi di sisi kanan-kiri, bahkan di sebelah kanan ada kolam ikan kecil, sepertinya berisi ikan hias. Lantai marmer diterasnya juga sangat berkilauan. Bahkan kalau warnanya putih, mungkin bisa untuk bercermin. Bisa sekalian buat kaca make up malah. Tapi sayang, lantai ini berwarna aqua dan penuh corak, jadi susah untuk bercermin.

Masuk ke dalam, Lenny langsung disambut oleh salah satu assisten rumah tangga. Terdengar bambang berbisik ke wanita paruh baya itu, mungkin menjelaskan maksud kedatangan Lenny.

"Mbak silahkan duduk disini, saya akan bilang ke boss Reyhan dulu". Jelas Bambang. Pria berbadan tinggi besar dan berotot itu langsung ke dalam.

"Mau minum apa mbak?" tawar asisten rumah tangga.

"Oh gak usah, saya gak lama kok".

"Baik, kalau begitu saya tinggal masuk dulu".

Lenny mengangguk. Matanya kembali menyapu seisi ruang tamu ini. Ruang tamu yang sangat luas, bahkan lebih luas dari rumahnya di kampung. Beberapa tanaman hidup ada di sudut-sudut ruangan, menambah kesan sejuk. Dindingnya juga dihiasi oleh berbagai lukisan karya pelukis ternama. Sofa yang dia duduki sekarang juga terasa berbeda, empuk dan elegan. Beda banget sama sofa kosan. Warnanya gold, semakin menambah kesan mewah. Di sebelah sofa ter ujung, juga ada lemari pendingin kecil yang dia duga berisi softdrinks. Benar-benar tajir mlintir keluarga Deandra ini. Ini baru ruang tamu saja, belum di dalamnya. Dan rumah ini terdiri dari empat lantai! Entah berapa harga rumah seisinya ini!

"Mbak, silahkan masuk. Di tunggu boss Rey di meja makan!" suara Bambang mengagetkan. Lenny segera berdiri dan masuk ke ruangan makan.

Ternyata setelah ruang tamu, lantai bawah ini tidak dibuat sekat ruangan lagi, kecuali untuk kamar tidur. Semuanya langsung terpampang nyata, ruang keluarga yang luas, di ujung ada meja makan, dan ruang untuk dapur yang sangat tertata rapi. Bahkan barusan ia melewati sebuah piano, yang sepertinya sengaja untuk masterpiece di ruang ini.

Begitu menyadari kehadiran 'orang lain' seketika semua yang duduk di meja makan menatap ke Lenny. Mereka kompak menghentikan sarapan paginya. Menguliti Lenny dengan tatapan tajam, dari atas hingga sepatu.

Merasa jadi pusat perhatian begitu, Lenny jadi nerveous parah. Gila, ini satu keluarga inti Deandra memperhatikan dia! Gadis itu langsung minder, merasa kerdil, dan.. lemes!

Yang pertama menyadari kekakuan suasana adalah Reyhan. Oleh karena itu, cowok tampan ini segera berdehem dan bangkit dari kursinya, berjalan mendekat ke arah Lenny.

"Ayo ikut gabung sarapan!" ajaknya sok akrab. Kontan saja Lenny menolak tawaran itu. Dia gak enak hati harus gabung dengan keluarga Deandra, minder ga ketulungan!

"Kenapa? Nanti perut kamu bunyi lagi loh.." sindirnya.

"Eng.. gak usah pak! Kebetulan saya buru-buru takut telat. Ini berkasnya, silahkan dibaca dulu". Lenny langsung menyerahkan berkas ditangannya. Dia sempat lirik-lirik sedikit ke arah anggota keluarga yang lain. Disana ada Danu Deandra (Papa Reyhan), Lita Deandra (Mama Reyhan), dan Sarah Deandra (adik Reyhan). Dia tau betul nama-nama anggoga keluarga itu, karena selain terkenal, mama dan adik Reyhan terkadang muncul di kantor. Kalau Papa Reyhan sendiri masih aktif di kantor, gedung sebelah.

"Kayaknya iya deh ma..." suara bisik-bisik keras itu terdengar ke telinga Lenny yang sedang menunggu Reyhan membaca itu. Jarak dari kursi ruang keluarga dan meja makan memang tidak terlalu jauh. Dan karena tidak bersekat, semuanya jadi mudah terdengar.

Sontak saja Lenny kembali melirik ke arah mama dan anak itu, pikirannya sudah berkecamuk. Pasti mereka sedang ngomongin gue. Apa ada yang salah dengan penampilan gue? pikirnya

"Oke ini bagus! Saya tanda tangani ini semua dan nanti kamu langsung serahin lagi ke pak Bayu" Reyhan masih fokus membolak balik halaman dokumen. Lenny mengangguk, tapi matanya tetap sambil curi-curi pandang ke arah mama dan adik Reyhan, yang sekarang mereka berdua sudah berdiri sambil tetap menatap ke arahnya.

Aduh mampus gue!

"Oke selesai!" Reyhan meletakkan penanya diatas meja. "Ini akan jadi salah satu proyek besar perusahaan. Saya yakin anggaran yang begini akan menguntungkan semua pihak"

"I.. iya pak" Lenny tergagap, "Kalo gitu saya permisi dulu ya pak!"

"Kamu yakin gak mau sarapan dulu?"

Dia menggeleng cepat. "Makasih pak atas tawarannya. Saya pamit!"

"Yap, silahkan".

Lenny segera berjabat tangan dengan Reyhan, lalu berdiri. Dia menunduk dalam-dalam saking takutnya dengan sorotan mama dan adik Reyhan. Namun baru berjalan dua langkah, seseorang berlari dan menahan lengannya.

"Tunggu dulu!"

Lenny balik badan, saling tatap dengan orang yang menahannya. Sedetik kemudian orang itu histeris.

"WAAAAA!!! BENERAN MAAA!!"

Adalah Sarah Deandra yang langsung loncat-loncat kegirangan. Lenny mengerenyitkan dahi. Apaan sih?

Sang mama pun spontan berjalan mendekat ke arah mereka. Matanya berbinar-binar. Senyumnya mengembang lebar, seperti liat uang.

"ASTAGA MIMPI APA GUE SEMALAM!! YAAMPUN GUE BAKALAN TERKENAL DI KELAS NIH!!!" Sarah berkali kali menepuk pipinya sendiri, mencoba meyakinkan kalau ini bukan mimpi.

"Yaampun, Addara kan? Kita berdua fans kamu loh!"

Lenny ternganga. Begitupun dengan Reyhan. Ngefans? Apa Mama dan adiknya ini gak bisa ngefans sama orang yang lebih berkelas?

"Iyaaa bener banget itu kak.. Aku sering banget dengerin kakak nyanyi di Youtube! Duh.. follow back Ig aku dong kak yayaya please please.." Sarah memohon dengan ekspresi memelas. Lenny yang bingung langsung saja mengangguk dan menyerahkan ponselnya, mempersilahkan Sarah untuk follow back sendiri.

"Iya, tante juga seneng banget sama suara kamu. Merduuuuu banget! Kalo gitu kita selfie dulu ya, mau pamer sama Ibu-Ibu arisan!" Langsung saja mama Reyhan mengeluarkan ponselnya dan terjadilah adegan cekrek cekrek upload.

Sarah yang jadi sirik pun gak mau kalah dengan mama nya. Dia bahkan menarik-narik Lenny untuk memainkan piano dan bernyanyi bersama.

"Ayo dong kak, satu lagu aja!!"

"Eh tapi.. tapi.."

"Udah nyanyi aja, satu lagu aja gak papa, se album kalau bisa malahan!" Imbuh mama, "Eh Sarah, Ig mama jangan lupa kamu follow backin juga loh."

"Asiyaaap maa!" Buru-buru Sarah ketik-ketik di handphone Lenny. Sekarang cewek itu jadi serba salah. Masa sih nyanyi di rumah boss? Di sawer nggak nih?

"Ayo dong kak, nyanyi"

"Nyanyi nyanyi nyanyi nyanyi!!"

"Goooo Addara satu dua tiga empat!"

"Mama, Sarah, stop!" Reyhan yang sedari tadi masih shock atas kelakuan mama dan adiknya akhirnya buka suara "Dia itu karyawan Rey, ini hampir jam masuk nanti dia bisa terlambat!"

"Ah, diem kamu Rey!" Mama menghardik. Pandangannya balik ke Lenny, "Addara, bos kamu di kantor siapa? Siapa kepala divisi kamu?"

"Pak Bayu, tante"

"Oh si Bayu yang genit itu..." mama Reyhan langsung menekan satu nama di layar ponselnya, "Halo Bayu, iya.. tau kamu kan saya Lita Deandra? Hari ini Addara staff kamu datang terlambat ya.. dia ada urusan dengan saya.. ah mau tau aja kamu urusan apa, pokoknya jangan kamu apa-apain dia.. oke thanks!"

Klik. Telpon dimatikan.

Lenny menelan ludah. Kekuasaan mama Reyhan memang sungguh luar biasa!

"Silahkan Addara kamu nyanyi, hibur semua orang disini ya anak cantik!" mama Reyhan tersenyum gemas. Lenny menghela nafas sebentar. Kalau urusannya dengan musik, dia akan lupakan apapun yang ada di sekitarnya saat ini. Dia akan melantunkan nada dengan sepenuh hati. Itu adalah komitmennya!

Lenny mulai duduk di depan piano, jari jemarinya mencoba menekan tuts tuts piano untuk pemanasan. Baru begitu saja, mama dan adik Reyhan sudah bertepuk tangan riuh dan bersorak-sorak. Bak sedang nonton konser dangdut gratis.

"Gooo Addara!!"

"Lagunya apa nih tante?"

"Bebas! Dangdut koplo juga boleh!"

Yakalik dangdut koplo pake piano.

Jari jemari Lenny mulai memberikan intro dengan begitu indahnya. Semua nada yang terdengar begitu syahdu, menyentuh hati siapapun yang mendengarnya. Semua memang terasa berbeda saat kita melibaykan hati di dalamnya. Dan untuk Lenny, sejak dia memutuskan belajar bermain musik 15 tahun lalu, dia selalu melibatkan hati, emosi, dan perasaannya dalam musik itu sendiri. Dia ingin semua orang terbawa dalam musik itu sendiri, sehingga maksud dari musik akan sampai dihati para pendengarnya.

"There goes my heart beating

'Cause you are the reason

I'm losing my sleep

Please come back now"

Bibir tipis wanita itu mulai melantunkan lagu You're The Reason nya Calum Scott, salah satu lagu favoritnya. Dengan piawainya, gadis itu menyanyi sambil memainkan piano.

"There goes my mind racing, and you are the reason.. That I'm still breathing... I'm hopeless now"

Sampai disini mama Reyhan dan Sarah melambaikan tangannya ke atas, bak penonton konser besar. Tak luput satu tangan mereka masing-masing memvideokan kejadian langka ini.

"I'd climb every mountain.. And swim every ocean.. Just to be with you... And fix what I've broken..."

"Oh, 'cause I need you to see...

That you are the reason..."

Benar-benar lagu indah yang penuh makna, dibawakan dengan pas pula!

Sontak seluruh orang yang mendengar bertepuk tangan bahkan ada yang sampai bersiul keras, terkecuali Reyhan yang masih menganga. Sama sekali cowok itu tak menyangka punya karyawan berbakat. Suaranya sangat merdu.

"Kak, sekarang aku mau bikin Instastory dong! Gimana kalo aku yang nyanyi, kakak main piano?" Usul Sarah tiba-tiba.

"Boleh, mau lagu apa?"

"Ini loh kak, lagunya anima yang judulnya bintang, tau kan? Kebetulan aku lagi galau tingkat kabupaten nih"

"Oke!"

Lenny langsung menekan tuts tuts piano dihadapannya. Karena instastory hanya beberapa detik saja, dia langsung memberikan sedikit intro untuk masuk ke reff.

"Biarkan ku menggapaimuuuu, memelukmuuu, memanjakanmuuuuuuuu"

DUAR!

Bak langit dan selokan, suara Sarah ancur bukan main. Fals dan terdengar sangat sumbang! Mama nya sendiri aja refleks tutup telinga.

"Tidurlah kau di pelukkuuu.. dipelukkuuuu... dipelukku... ho u wo ye yeaahh.."

"Aduh aduh STOP SARAH!!!" Mama menghardiknya.

"Dih, mama kenapa sih? Suara ku bagus tauu!"

"Iya bagus, tapi lebih bagus kamu diem. Ngerusak esensi lagu aja kamu ini!"

"Mam, Sarah, please ya, udah!" Reyhan segera bangkit dari kursi, setelah dari tadi mejadi penonton. Kini tatapannya beralih ke Lenny, seperti biasa tatapan yang tajam, lebih tajam dari tikungan Rossi 46.

"Kamu boleh balik ke kantor, sekarang ya! Ayo ayo!" dia menepuk tangannya satu kali, bak mengusir ayam.

"Rey.. kamu kenapa sih?!"

"Mama, please!" Reyhan memotong "Dia itu harus kerja, mama jangan begini dong"

"Iya itu bener tante, kalo gitu saya pamit dulu ya" lenny mengulurkan tangan dan mencium punggung tangan mama Reyhan. Dia memang menghormati setiap orang yang lebih tua.

"Astaga manis sekali anak ini.." mama Reyhan tersenyum "Oke kalo gitu, Bambanggggg

.. Bambanggg... tolong kamu antar Addara ke kantor sekarang!"

"Siap nyonya boss!" mendadak Bambang muncul entah dari mana, "Mari mbak, saya antar!"

"Eh, nggak usah tante.. saya bisa pakai ojol kok!"

"Eitz, sebagai idola tante kamu harus terjaga keselamatannya ya! Ayo ayo biar diantar bambang aja gak usah ragu risau galau! Cusss!"

Aduhhhh.. makin kacau nih kalau gue dianter Bambang! Bisa makin dihujat gue di kantor.

"Tapi tante.."

"Aduh kak Addara.. udah gak papa, Bambang itu baik kok nggak gigit!" Sarah menimpali.

Sekarang Lenny menatap ke Reyhan, sorot matanya meminta persetujuan karena bagaimanapun Bambang adalah ajudan Reyhan.

"Yaudah kamu diantar Bambang!" kata Reyhab akhirnya.

"Nah gitu dong, ayo ayo kita antar ke depan!" mama Reyhan dan Sarah beramai-ramai mengantar Lenny kedepan, memastikan sang idola selamat sampai pintu mobil tanpa kurang satu helai rambut pun.

Namun sepertinya apes memang sedang berpihak pada Lenny karena mendadak dari arah gerbang muncul sebuah mobil Toyota Rush putih. Empat pasang mata mereka kontan mengamati mobil itu. Tak beberapan lama turunlah seorang wanita cantik dari dalamnya.

FIO?!

***

Nächstes Kapitel