webnovel

Berita buruk itu mengubah dunia ku (Bab 47)

Tentang seburuk apa sebuah kenyataan sungguh kali ini aku tidak bisa memahami nya. Harus berapa kali ada pertemuan dan harus berapa kali aku menemui perpisahan yang menyakitkan. Tuhan begitu tidak adil karena merenggut dia yang aku cintai secara tiba-tiba.

Berhari-hari Shella hanya mengurung dirinya di kamar, menimbulkan kekhawatiran di hati Franklin. Entah harus bahagia atau sedih segala perasaan itu bercampur aduk menjadi satu. Sudah seminggu Shella bahkan tidak mau keluar kamar menemui Franklin dan hanya berdiam di dalam kamarnya.

Pak Adi berjalan menghampiri Franklin.

"Bagaimana Nona Tuan...? Tanya Pak Adi

Franklin bingung harus menjawab apa ke pak Adi karena saat itu Franklin bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan Shella di dalam sana.

" Entah lah Pak... Dia masih belum mau membukakan pintu untuk ku. Kata Franklin.

Tak lama terdengar suara Bell dari arah luar, pak Adi lantas berjalan meninggalkan Franklin untuk membukakan pintu. Tia dengan wajah penuh kecemasan sedang berdiri tepat di depan pintu saat Pak Adi membukakan nya.

" Eh... Non Tia... ??? Kata Pak Adi menyapa.

" Shella ada pak ? Tanya Tia.

" Ada tapi dia masih seperti kemarin tidak mau keluar kamar sama sekali. Kata Pak Adi

Apa lagi yang bisa Tia katakan. Lia yang saat ini berada di London bahkan tak berhenti menangis bertanya kabar Shella karena sangat khawatir akan kondisi sahabatnya.

Lia melangkah masuk dan mendapati Franklin sedang duduk sembari menatap kosong ke arah meja. " Apa kau tidak ke rumah sakit ? Tanya Tia yang sudah mulai akrab dengan Franklin selama seminggu terakhir.

" Ya.. aku masih ada pasien yang harus di tangani di rumah sakit. Boleh aku titip Shella ? sebenarnya aku sangat berat jika harus meninggalkan nya. Kata Franklin.

" Ya... pergilah. Aku bisa menjaga Shella. Kata Tia mengangguk lemah di hadapan Franklin.

Satu sisi Tia merasa Shella sangat lah beruntung karena memiliki seorang Pria yang baik dan juga bertanggung jawab di sisi nya. Selalu menghawatirkan Shella dan selalu menyemangati Shella. Bahkan point' terpenting adalah meskipun dia tau perasaan Shella sebenarnya namun dia tidak pernah menyerah sedikit pun untuk mendapat cinta dari Shella.

Setelah Franklin berlalu pergi. Tia memutuskan untuk mengunjungi Shella berharap Shella mau membukakan Pintu kamarnya.

Dari arah luar masih terdengar Isak rangis suara Shella dan hati Tia benar-benar perih mendengarnya. " Dia pasti sangat merasa kehilangan. batin Tia.

Tia mengetuk pintu kamar Shella namun sepertinya Shella sama sekali tidak bereaksi apa pun. Namun Tia tidak berhenti mengetuk " Shella...! Biarkan aku masuk. Aku ingin bicara... Kata Tia.

" Tolong biarkan aku sendiri. Kata Shella dengan suara lirih yang kurang jelas.

" Tidak... tidak akan... Kau selalu menjadi penghapus luka di antara aku dan Lia. Jadi sekarang kenapa aku tidak bisa. Jangan seperti ini... Kita sahabat dan aku tau bagaimana perasaan mu saat ini. Sudah seminggu kau tidak mau keluar kamar apa kau memang sudah tidak menghargai ku lagi. Kata Tia.

Perlahan Shella membukakan pintu untuk Tia. Wajahnya pucat pasi dan matanya bengkak karena sudah menangis terlalu lama. Saat itu bahkan air matanya tidak berhenti mengalir, wajahnya menampakkan keputusasaan yang teramat mendalam. Tia langsung menarik Shella ke pelukannya dan saat itu berusaha menenangkan Shella. Shella meraung dengan kuat seolah ingin menyampaikan kesedihannya.

Di atas kasur tangan Shella selalu di genggam erat oleh Tia. Shella masih terisak.

" Lia sudah mengunjungi acara pemakaman Jonathan. Meskipun dalam keadaan tertutup Lia masih sempat melihat peti Jonathan di bawa ke dalam area pemakaman. Penguburannya di adakan secara tertutup di sana. Kata Tia.

" Hikssss... Dia pasti sangat terluka. Dia pasti sangat kesakitan, aku menyesal tak sempat mengatakan perasaan ku yang sebenarnya. Kata Shella.

" Tanpa kau mengatakan nya dia sudah tau perasaan mu yang sebenarnya. Dia tau kalau perasaan mu tidak berubah selama bertahun-tahun ini. Aku bertemu Jonathan sehari sebelum dia meninggalkan Indonesia. Dia dalam keadaan mabuk berat saat itu. Dia menarik ku duduk di taman. Kami berbicara panjang lebar dan walau dalam keadaan mabuk tapi setiap ucapan yang keluar dari mulutnya adalah bagaimana perasaan nya terhadap mu.

Flashback.

Di taman Jonathan dan Tia duduk di ayunan dan mengayun bergantian ke udara.

" Tia... Besok aku akan pergi meninggalkan nya.

Tia menghentikan ayunan tersebut dengan kakinya dan menatap Jonathan denga. penuh Tanya.

" Maksud mu ?

" Aku akan pergi meninggalkan Shella. Aku tidak ingin menjadi orang ke tiga di antara hubungan mereka. Hemmm walau kesal mengatakannya ughhh ... Tapi aku yakin. Franklin adalah pria yang terbaik untuk Shella.

Jadi selama aku masih berada di sekitar Shella, Aku hanya akan menjadi pengganggu hubungan mereka. Dari mata Shella aku tau perasaan nya masih sama tidak berubah dan masih ada aku di dalam hatinya. Tapi mungkin Shella terlalu takut tersakiti oleh ku. Dan hal itu yang membuat Shella memilih tetap bersama Franklin. Kata Jonathan.

" Apa kau tidak mau memperjuangkan Shella ?

" Aku ingin tapi sepertinya aku tidak bisa memaksanya lagi. Dia sudah menerima lamaran Franklin. Dan aku ikut bahagia melihatnya bahagia. Cinta ku sesederhana itu hahaha... Kata Jonathan tertawa.

Mendengar ucapan Tia, Shella semakin merasa bersalah dan kembali meringkuk memeluk kedua kakinya dan menangis tersedu-sedu.

" Dia sudah memilih pergi sejak awal jadi jangan menyalahkan takdir. Apapun yang sudah terjadi Jonathan hanya ingin agar kau hidup lebih bahagia. Pesan terakhir nya agar kau bahagia bersama Franklin. Tapi jika kau terus begini menangisi kepergian nya dan seolah membuang waktu percuma. Aku yakin Jonathan hanya akan menyesal meninggalkan mu seperti ini. Kata Tia.

" Bagiamana cara ku menjelaskannya. Aku hanya merasa sangat kehilangan Jonathan. Dia benar perasaan ku tidak pernah berubah tapi ada hal yang membuat aku tidak memilihnya dan akhirnya aku kehilangannya. Cinta pertama ku yang tak akan pernah tergantikan.

" Aku akan berusaha Tia... hiksss.....! kata Shella menangis sembari memeluk Tia.

" Sebaiknya istirahat lah, kau sudah sangat lelah. Franklin sangat mengkhawatirkan mu sejak seminggu belakangan. Dia bahkan tidak istirahat dan tidur dengan baik. Kau beruntung karena di cintai dua pria yang sama sama punya perasaan yang besar terhadap mu. Kata Tia.

Tia membantu Shella untuk berbaring dan mengelus rambut Shella berkali-kali sampai sahabatnya akhirnya memejamkan mata dalam hitungan detik. Saat itu Shella terlalu lelah dan Tia hanya bisa iba melihat kondisi Shella yang seperti ini.

" Semoga hatimu lekas sembuh. Dimana pun dia berada kalian tidak akan pernah pudar. Kalian dua insan yang saling mencintai hanya saja Tuhan sudah berkata lain dan kita hanya bisa menerimanya.

Nächstes Kapitel