webnovel

Terus terang ( Bab 36)

Kala itu Tia dan Lia saling menatap dan sama sama menaikan alisnya. Mereka berusaha membuat Naya mengakui bahwa dia sedang dekat dengan seorang pria.

Lia berjalan perlahan mendekati Shella dan saat itu melihat Shella memegang Handphone nya. Lia menarik handphone tersebut dari tangan Shella membuat Shella terkejut dan berniat merampas kembali handphone nya. Namun sangat di sayangkan karena saat itu Tia langsung menghalangi Shella

" Lia ...!!! cepat cepat baca ! suara Tia dengan jahilnya sembari menahan Shella.

" Lia... kalian apa-apaan sih, kemari in dong handphone nya. Kata Shella sembari berusaha merebut handphone nya.

Lia membuka Panggilan terakhir dan mendapati nama yang tertulis adalah Franklin.

" Wuuuu... siapa itu Franklin ? tanya Lia.

" Shella dengan keras mendorong Tia dan membuat Tia tertawa saat itu melihat ekspresi Shella yang terlihat sangat panik ketika Tia membuka Handphone nya.

" Hugh... baiklah aku akan mengakuinya. Awalnya aku ingin menjadikan hal ini kejutan untuk kalian tapi karena sudah terlanjur ketahuan maka aku akan mengatakan kebenarannya.

" Dia adalah Franklin tunangan ku. Kata Shella.

Beberapa detik Lia dan Tia belum meresapi dengan baik kata-kata yang keluar dari mulut Shella. Mereka hanya mengangguk sampai akhirnya mereka sadar dan saling melotot satu sama lain. Memutar bola matanya karena merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja Shella katakan.

" Hahahaha... Tuangan Ayolah jangan bercanda ? Bagaimana mungkin kau punya tunangan dan kami bahkan tidak pernah dengar cerita dari mu. Kata Lia.

" Bukankah Jodoh mu adalah Jonathan ? Kata Tia.

Kedua sahabatnya semakin antusias saat mendengar Shella sudah memiliki seseorang di hidup nya.

" Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan nya. Waktu itu seperti nya aku pernah memberitahu kalian bahwa aku harus melakukan transplantasi Ginjal. Dan orang yang saat ini menjadi tunangan ku adalah orang yang sudah menyelamatkan hidup ku kala itu. Namanya Franklin dia dokter bedah di rumah sakit tempat ku di rawat. Entah kenapa kami bisa dekat dan bisa sangat akrab dalam waktu singkat. Bahkan saat itu Franklin belum berniat mendonorkan ginjal nya kepada ku.

" Sampai akhirnya dia memeriksakan sendiri ginjalnya dan hasilnya Ginjalnya sangat cocok dengan ku. Hari itu juga Franklin memutuskan untuk mendonorkan Ginjalnya kepada ku. Awalnya aku tidak mengetahui apa pun, sampai akhirnya setelah operasi aku mendapat tau bahwa Franklin lah yang sudah mendonorkan Ginjalnya.

" Jadi ini alasan mu menerima nya ? Tanya Tia. kamu merasa bersalah dan merasa berhutang Budi. Sambung nya kembali.

Seketika wajah Shellaa berubah merah pernyataan yang dilontarkan Tia membuatnya merasa tidak nyaman. Walaupun itu adalah sebuah kebenaran namun bagaimanapun Shella tidak ingin kedua sabatnya tau dan hanya ingin menutupi setiap perasaan sebenarnya kepada Franklin.

Shella dengan segera tersenyum dan berkata " CK...! Jangan bicara sembarangan, tentu saja aku mencintainya. Dia pria yang baik dan juga sangat bertanggung jawab, apalagi dia selalu memperlakukanku dengan penuh kasih sayang. Kata Shella

" Wah... lihatlah siapa yang sedang jatuh cinta Aku tidak menyangka seorang Shella akan berpaling dari Jonathan. Kata Tia kembali sembari menyenggol lengan Shella.

Mereka bertiga tertawa riang bahkan saat itu suara mereka membuat Cecilia terbangun dan menangis karena merasa terganggu.

Saat itu tanpa sadar Shella terbawa lamunannya. Wajahnya berubah datar dan kosong saat menatap Tia dan Lia yang berusaha menenangkan Cecilia.

"Tidak apa bukan jika aku paksakan hati ini

Sebab sebagian mereka berkata pilih dia yang mencintai mu bukan dia yang kamu cintai. Batin Shella .

Setelah berbincang-bincang beberapa lama akhirnya Lia memutuskan mengajak Sela dan tiang untuk makan di restoran berhampiran perusahaan Ella's.

Baru saja mereka akan keluar dari ruangan Shella tiba tiba-tiba Jonathan membuka pintu ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan Shella.

Wajah keduanya terlihat gugup, apalagi Jonathan memasang raut wajah bersalah dan melirik ke arah Shella yang membuang pandangannya dari Jonathan.

Kedua sahabatnya menyadari sikap keduanya dan saling melirik satu sama Lain seolah memberi isyarat untuk mengajak Jonathan makan bersama dengan mereka.

" Ehermmm... Hi Joe...! Sapa Lia.

" Hi Lia ... Hi Tia... Sapa Jonathan.

" Apa kau ingin pergi makan siang ? Tanya Lia.

" Emmm... Ya... Jawab Jonathan ragu.

Lia langsung memancarkan senyuman.

" Woah... kebetulan sekali kami juga ingin pergi makan siang, bagaimana kalau kita makan siang bersama. Kata Lia.

" Paman makan dengan Cecil. Suara Cecilia yang seolah membantu Lia untuk membujuk Jonathan.

Saat itu Jonathan terlihat ragu menjawab Lia, karena melihat ekspresi Shella yang sepertinya tidak menyetujui ajakan Lia.

" Hemm... Maaf tapi aku rasa lain kali saja, karena aku harus pergi ke suatu tempat terlebih dahulu. Jawab Jonathan.

" Mami... Cecilia mau makan dengan paman. Kata Cecilia.

" Cecil.... Makan dengan Tante Shella ya. Kata Shella berusaha mengalihkan Cecil dari Jonathan.

" Cecil mau makan dengan Tante dan Om itu. Kata Cecil merengek.

Saat itu wajah Shella terlihat bingung di satu sisi Shella tidak ingin Cecil menangis. Tapi di sisi lain Shella benar-benar tidak nyaman jika ada Jonathan di sekitar mereka. Mengingat kejadian yang sudah terjadi semalam salah benar-benar merasa tidak akan nyaman jika harus duduk di satu meja dengan Jonathan.

" Bagaimana ini ? haruskah aku berpura-pura biasa demi Cecilia. Tapi bagaimana mungkin aku bisa, bahkan kejadian itu masih teringat jelas di mataku. Bagaimana mungkin aku bisa bersikap biasa, malah yang ada Lia dan Tia akan curiga. Batin Shella dengan resah.

Nächstes Kapitel