webnovel

Echoes Of Love|GAoW1| [8]

_____________

Abhivandya Corp

"Woahh.."

Lova mendongakkan kepalanya keatas menatap sebuah gedung mewah modern yang menjulang tinggi di hadapannya. Tertulis dengan jelas Abhivandya Corp diatasnya. Matanya sesekali mengerjap dengan kagum. Baru pertama kali dalam hidupnya ia menginjakkan kakinya ke dalam gedung tinggi dan megah seperti ini.

Awalnya dia mengira kalau keluarga Abhivandya hanya memiliki beberapa restaurant di seluruh dunia tapi ternyata mereka juga berbisnis di beberapa bidang lainnya. Sungguh luar biasa. Itulah mengapa ada yang mengatakan kalau orang kaya akan bertambah kaya sedangkan orang miskin akan bertambah miskin. Aku rasa pepatah itu memang lah benar adanya.

Lova berjalan memasuki lobby utama gedung tersebut. Mulutnya terus bergumam memuji interior dalam gedung milik keluarga Abhivandya ini. Matanya terus menatap setiap benda yang terletak di lobby itu. Sungguh luar biasa memang kekayaan keluarga Abhivandya. Semua hal yang berhubungan dengan keluarga paling kaya di New York ini pasti selalu mewah dan berkelas. Sangat luar biasa.

"May i help you miss?." Tanya seorang wanita dengan sopan.

Lova menatap seorang wanita yang berdiri di balik meja besar di tengah lobby luas ini dengan tatapan terkejut. Wah ternyata aku sudah berjalan sejauh ini. Batin nya dalam hati.

"Yes please. Hmm.. i want to met Mr. Abhivandya." Ucap Lova sopan.

"Have you made an appointment before?." Tanya nya lagi.

Lova menggigit bibir bawahnya. Ah! Aku melupakan hal penting seperti ini. Harusnya aku membicarakan hal ini pagi tadi. Rutuk nya dalam hati.

"No." Jawab Lova pelan.

"I'm sorry miss. But you can't met Mr.Abhivadya if you don't made an appointment before." Ucap wanita itu dengan sopan.

"W-Wait!." Ucap Lova terburu-buru.

"Bisakah kau memberitahunya kalau aku ingin menemuinya?." Tanya Lova dengan sedikit memohon.

"I'm sorry miss." Ucapnya dengan nada sedikit kesal.

Lova memohon kepada wanita muda itu agar menghubungi atasannya tapi wanita itu malah mengacuhkan Lova.

"Please.." Ucap Lova sedikit memohon.

"I'm sorry miss." Ucap wanita itu penih penekanan.

"Untuk kali ini saja-." Ucap Lova lagi.

"Apa ada masalah disini?."

Suara berat dan dalam seorang pria langsung menusuk indra pendengaran milik Lova dan tentu saja juga wanita yang ada di hadapan Lova. Dengan cepat kedua wanita itu langsung mengalihkan tatapan mereka kearah pemilik suara itu dan disaat yang bersamaan kedua bola mata mereka langsung membulat dengan sempurna.

"Sir Aiden!." Teriak Lova bersemangat.

Lova mengembangkan senyumannya senang sementara semua orang yang berada disana langsung menatap Lova tajam dan terkejut.

"Kenapa kau ada disini?." Tanya Aiden tidak kalah terkejut.

Kedua bola mata Aiden membulat sempurna setelah melihat Lova yang dengan santai nya malah memasang wajah polos tak bersalah seperti tidak tau menau apa yang sebenarnya terjadi saat ini.

"Aku mengantar ini untuk anda." Jawab Lova sambil tersenyum polos.

Lova mengangkat tas kecil yang ia jinjing dari tadi sehingga terangkat keatas udara. Tepat di sebelah wajahnya yang terlihat lebih kecil dari tas yang dia bawa.

"Bukan kah tidak baik selalu melewatkan makan siang? Jadi saya membawa bekal untuk anda." Ucap Lova lagi karena pria itu masih diam.

Lova hanya bisa tersenyum memamerkan deretan giginya sementara Aiden malah terbatuk salah tingkah. Bagaimana tidak? Saat ini para bawahannya sedang berjejer di belakang nya dan sekretaris nya-Dean juga berada di belakang nya. Ini sangat memalukan.

Aiden menatap semua karyawan pria perusahaan nya yang berjejer di belakang nya yang menatap Lova secara terang-terangan dengan tatapan kagum dan terpesona. Shit! Dia lupa akan fakta kalau Lova semakin bertambah cantik kalau tersenyum. Maksudnya semakin menarik err.. kenapa aku malah merasa tidak suka kalau pria lain menatap Lova?. Aku pasti sudah gila.

"Dean." Panggil Aiden tegas.

Aiden menghela napasnya pelan lalu memijit sebentar dahinya. Dia harus segera memindahkan Lova terlebih dahulu agar dia tidak menjadi tatapan pria bejat.

"Yes Sir." Jawab pria yang ada disebelahnya.

"Antarkan Lova ke ruangan ku. Sekarang." Ucap Aiden penuh penekanan.

"Yes Sir." Jawab pria itu patuh.

Sekeretaris nya-Dean berjalan mendekati Lova yang masih berdiri di tempat nya dengan tatapan bingung. Dean dengan sopan mengarahkan Lova untuk mengikutinya namun Lova hanya terdiam sambil menatap Aiden dengan tatapan bingung.

"Tunggu aku di ruangan ku. Aku akan kembali dari rapat satu jam lagi." Perintah Aiden pada Lova.

"Yes sir." Ucap Lova lalu mengikuti ucapan laki-laki yang bernama Dean itu.

Lova menatap kedua mata Aiden sebentar sebelum pria itu melangkahkan kakinya melewati Lova begitu saja lalu diikuti beberapa orang yang berada dibelakang pria itu.

"Miss. Lova, follow me please." Ucap Dean sopan.

Lova menatap pria blonde yang ada di hadapannya lalu menganggukkan kepalanya pelan.

_________

"Woahh.." Gumam Lova kagum.

Kedua bola mata Lova membulat dengan sempurna saat kakinya pertama kali menginjak lantai marmer ruangan paling mewah yang ada di gedung ini. Apalagi kalau bukan ruangan CEO Abhivandya Corp alias ruangan Aiden.

"Apa ini sungguh ruangan milik CEO Abhivandya Corp?." Tanya Lova kagum.

Lova berjalan pelan kearah tengah ruangan yang di dominasi dengan warna kayu dan sedikit sentuhan classic yang kental. Dua buah sofa besar yang empuk menghiasi tengah ruangan luas ini. Lampu crystal-oh oke sepertinya keluarga Abhivandya memang sangat menyukai lampu crystal. Dan sebuah meja besar penuh dengan aura kekuasaan beserta satu kursi yang menjelaskan bahwa pemiliknya memang sangat berkuasa.

"Bukan hanya ruangan ini miss tetapi satu gedung ini adalah milik beliau." Jawab Dean sopan.

Lova mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melihat sebuah lukisan wanita cantik yang sedang tersenyum manis. Sorot mata nya yang teduh dan kulitnya yang putih serta senyuman manis yang dapat membuat siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh cinta. Di pojok lukisan tersebut terdapat nama Aiden dan diatas namanya tertulis kata love. Dapat disimpulkan bahwa lukisan ini dilukis oleh Aiden dan wanita ini kemungkinan..

"Apa aku boleh bertanya sesuatu?." Tanya Lova penasaran.

"Of course miss." Jawab Dean masih dengan kesopanan nya.

Lova mengalihkan tatapan nya kearah pria dengan rambut blonde yang masih setia berdiri di belakang nya dari tadi.

"Apa kau akan menjawab apapun pertanyaan ku?." Tanya Lova lagi.

"Of course miss. Anything you want asking me." Jawab Dean seraya tersenyum.

Lova kembali menatap lukisan seorang wanita yang ia yakini adalah orang asia. Sama sepertinya. Entah kenapa lukisan itu terlihat mirip dengannya.

"Apa aku boleh tau siapa wanita di lukisan ini?." Tanya Lova penasaran.

Pria itu sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan tidak terduga dari Lova. Dia tidak menyangka kalau dari banyaknya pertanyaan yang ada. Wanita itu memilih untuk bertanya tentang lukisan yang terpajang di ruangan ini.

"Itu.. Aku tak bisa menjawabnya, miss." Jawab Dean sambil tersenyum tipis.

"Kau bilang tadi kau akan menjawab apapun pertanyaan ku." Ucap Lova kecewa.

Pria itu menundukkan pandangan nya kebawah dan Lova sempat melihat raut gelisah diwajah pria itu. Pria itu kembali menatap Lova dengan sebuah senyuman yang terkesan sedikit misterius.

"Saya bisa menjawab apapun pertanyaan anda kecuali hal pribadi yang berhubungan dengan sir Abhivandya." Ucao pria itu dengan sopan.

"Maaf kalau aku sudah lancang bertanya privasi seseorang." Ucap Lova merasa bersalah.

Lova membungkukkan sedikit kepalanya lalu berjalan menuju sofa besar yang berada tepat di tengah ruangan besar ini lalu duduk dengan rapi.

"Kalau begitu saya akan menyusul ke ruang rapat. Jika ada sesuatu yang anda butuhkan atau terjadi sesuatu. Anda dapat menekan tombol 1 pada telpon yang ada di atas meja itu, miss." Ucap Dean setelah melihat Lova yang sudah duduk manis diatas sofa.

Lova menatap sebuah telepon yang ditunjuk oleh pria itu lalu menganggukkan kepalanya mengerti.

"Kalau begitu saya permisi miss." Ucap pria itu sebelum benar-benar meninggalkan Lova sendirian di ruangan besar Aiden.

Sepeninggalan pria itu. Yang tersisa hanyalah kesunyian dan keheningan yang perlahan mencekik jiwa yang hampa. Perasaan ini. Seakan sudah bersahabat pada relung hatinya. Mengisi ruang hatinya yang kosong dengan paradoks. Lova menengadahkan kepala nya keatas menatap langit-langit ruangan mewah ini yang berwarna putih bersih.

Pikirannya melayang kembali pada masa lalu. Masa dimana untuk terakhir kalinya dia menerima rasa cinta dari orang yang sangat dia sayangi. Tepat setelah kejadian itu. Satu per satu fakta yang selama ini tidak dia ketahui muncul ke permukaan. Semua masalah yang menimpa keluarga nya berawal dari satu kesalahan seseorang yang dia anggap selama ini sebagai superhero hidupnya. Tapi pada kenyataan nya dia bukanlah superhero yang ia bayangkan selama ini. Dia hanyalah tokoh penjahat yang bersembunyi di balik wajah malaikat nya dengan segudang kesalahan yang ia buat.

Demi seseorang itu, mommy rela menyia-nyiakan hidup nya kedalam lautan kesedihan dan tenggelam didalamnya.

"Walaupun orang lain menganggap mu sebagai pelacur tak tau diri tapi aku tau kalau mommy bukan lah wanita yang seperti itu." Gumam Lova.

Lova memejamkan kedua matanya perlahan. Tangan kecilnya mulai bergetar dan rasa sesak itu kembali mencekik nya. Dia benci perasaan ini. Rasa ingin melupakan semua masa lalunya selalu muncul dibenaknya. Walau pada kenyataan nya dia memangelupakan setengah ingatan masa lalunya.

"Aku akan membersihkan nama mu, mom." Ucapnya lagi dengan bergetar.

Satu tetes bulir air mata menetes melalui sela-sela matanya yang tertutup. Dia tidak bisa menahan lebih lama air matanya. Kali ini dia tidak bisa.

"Agar saat aku bertemu dengan mu lagi nanti. Aku akan melihat senyuman hangat mu lagi bukan air mata yang kau keluarkan selama ini."

"Aku berjanji." Ucap nya sebelum terlelap.

____________

To be continuous

Nächstes Kapitel