webnovel

Calon Suaminya adalah Aku

Mendengar perkataan Maurin, Nana menyeringai kearah Maurin sambil bergumam. 'Apa aku tidak salah dengar? tadi dia bilang ini Lion calon suaminya? selera Lion memang sama dengannya. Sama-sama sombong dan menyebalkan'.

"Albert asal kamu tau, Nana itu tidak sebaik dan selugu penampilannya, buktinya calon suaminya si Raka ninggalin dia begitu saja demi gadis lain yang lebih cantik" lanjut Maurin.

Mendengar luka lamanya di ungkit lagi, ekspresi Nana benar-benar gelap dia menaruh makanannya di meja setelah itu melangkah mendekati Maurin.

Belum saja Nana sempat berkata-kata, Maurin mendahuluinya sambil menatap kalung yang Nana kenakan seraya berkata, "Oh astaga. Bukankah ini kalung berlian mariposa karya terbaru dari The Diamond Grup?"

"Bagaimana kamu bisa memilikinya? kalung ini belum di luncurkan ke pasaran, dan harganya selangit apa kamu mencurinya? " lanjut Maurin.

Nana memegang lehernya dan teringat waktu Lion maminjamkan kalung itu di rumah.

"Jika kamu tidak mencurinya, apa itu artinya ada yang memberikanmu? apakah kamu wanita simpanan salah satu om om yang ada di sini? aku yakin sih benar karena kamu tidak mungkin berada di sini tanpa koneksi" ucapan Maurin benar-benar membuat Nana hilang kesabaran.

Nana menatap Maurin dalam-dalam dengan tatapan sinis, "Sepertinya kamu akan shok jika tau siapa yang memberikan kalung ini padaku"

"Memangnya tua bangka mana yang kamu rayu? " Maurin menatap Nana dengan sinis. Nana tersenyum sambil berkata, "Ini hadiah dari calon suamiku"

Mendengar perkataan Nana, Maurin tertawa dan tanpa sadar ketawanya terdengar oleh para tamu dan itu membuat mereka memandang kearah Maurin dan Nana. Sedang Albert mulai penasaran dengan kebenaran perkataan Nana.

"Sekaya apa sih calon suami mu itu hah? meskipun dia mampu membeli koleksi terbaru dari The Diamond tapi dia tidak akan bisa menandingi calon suamiku." kata Maurin dengan penuh percaya diri.

Mendengar perkataan Maurin, para sosialita langsung melirik kalung yang di kenakan Nana.

"Apakah itu benar-benar koleksi terbaru dari The Diamond London?"

"Benarkah?"

"Aku pernah melihat kalung ini di pajang oleh situs resmi The Diamond, dan ini terlihat sangat mirip, aku dan beberapa temanku sudah lama menantikan peluncuran kalung ini"

"Setauku semua koleksi The Diamond jarang yang bisa menirunya, jikapun ada yang bisa itu tidak akan pernah persis sama"

"Kalung ini sangat cantik maha karya terbaik The Diamond , tapi kenapa bisa dia memiliki koleksi langka ini? apakah kamu salah satu pewaris kaya?" tanya Nona Fengying pada Nana.

The Diamond adalah salah satu perusahaan berlian nomer satu di dunia. Semua perhiasannya langsung di ukir oleh Ceonya sendiri yaitu tuan David Chayton.

Mendengar perkataan Nona Fengying semua orang menjadi penasaran. Mereka mendekat kearah Nana.

"Permisi saya harus pergi" karena merasa bingung mau jawab apa, Nana mencoba kabur dari kerumunan, namun Maurin tidak rela melepasnya begitu saja.

"Nana kenapa kamu kabur ? tadi kamu bilang itu diberikan oleh calon suamimu? kalau iya di mana calon suami mu itu, dan kalau kamu tidak bisa membuktikannya maka kamu akan dianggap pencuri" kata Maurin.

Mendengar perkataan Maurin Nona Fengying mengangguk begitupun semua tamu juga setuju dengan kata-kata Maurin.

Ekspresi Nana menjadi gelap, dia melirik ke kanan dan ke kiri, dan mulai frustasi

"Gadis udik kenapa kamu diam? kalau di lihat dari gaya dan pakaianmu sih tidak mungkin kamu bisa membeli berlian ini. Kecuali kamu mencurinya" ucap salah satu sosialita di acara itu.

"Hei, jangan ngomong begitu dong, jangan suka merendahkan orang, kalian tidak tau kan kenapa dia bisa ada di sini tentunya dia memiliki undangan. Secara yang boleh masuk disini itu adalah mereka yang punya undangan." jelas Albert mencoba membantu Nana dan berdiri di samping Nana yang kebingungan dengan situasi ini.

Melihat Albert membela Nana, Maurin semakin kesal, dia kembali menatap Nana dengan sinis. "Nana kenapa kamu terlihat bingung? katakan saja kamu mencurinyakan? dan siapa calon suami yang kamu maksud itu?"

Maurin mulai tidak sabaran, dia merasa senang melihat Nana terpojok, secara dia benci dengan Nana karena Nana sangat populer di sekolah meskipun dia berasal dari keluarga sederhana.

Di tengah kepanikan dan rasa malu yang di tanggung Nana, tiba-tiba terdengar suara lantang dari balik ke rumunan. "Calon suaminya adalah aku "

Mendengar suara itu, semua orang berbalik melihat ke arah sumber suara. Tampak sosok pemuda dengan ekspresi dingin yang mempesona berjalan melewati kerumunan dan berdiri di samping Nana.

Para sosialita itu tidak bisa menahan diri dari mengagumi sosok Lion, sedang Nana hanya diam mematung sambil berfikir apakah Lion sudah gila? kemarin di depan Jeha dan Raka, tapi sekarang, dia mengatakanya lagi di depan semua rekan bisnisnya, apa maksudnya melakukan semua ini?.

Lion menatap kesemua orang setelah itu menengok kearah Nana dan mencium punggung tangan Nana setelah itu dia berkata, "Sayang, maaf aku telat !"

"Apa yang kamu katakan? lepasin tanganku!" bisik Nana. Mendengar bisikan Nana, Lion menurunkan wajahnya tepat di telinga kiri Nana sambil berbisik,

"Aku hanya ingin menyelematkan wajah jelekmu itu, jadi jangan di bawa perasaan"

"Kamu.." Nana menatap Lion dengan sinis, namun dia tidak sempat melanjutkan kata-katanya ketika melihat mata sebelah Lion berkedip dan tersenyum melihatnya.

'Oh astaga, sihir macam apa yang baru saja dia gunakan, aku sampai kehilangan kata-kata.' Batin Nana.

Nächstes Kapitel