webnovel

Tidak Bisa Dikontrol

Belum saja Albert menjawab, Maurin muncul dari balik pintu masuk restauran, dia menggunakan gaun merah muda selutut, rambutnya yang tebal dan panjang di kuncir kuda, senyumnya begitu manis, kulitnya putih dan bibirnya merah muda dan tampak lembut.

"Selamat sore senior Lion, senang bisa bertemu kembali" sapa Maurin sambil duduk di samping Lion.

Sedang Albert nampak tersenyum melihat ekspresi Lion, dia tau kalau Lion tidak suka dengan Maurin, bahkan dia sempat berfikir kalau Lion menyukai sesama jenisnya.

"Sore " jawab Lion tampa melirik Maurin.

Maurin adalah pewaris kaya dari perusahaan global terkenal di Indonesia, dia cantik dan pintar tapi sayang dia menjatuhkan hatinya pada lelaki seperti Lion yang kasar dan tidak berperasaan.

Maurin mencoba menyembunyikan niat sebenarnya dengan melirik Albert. "Albert lama tidak bertemu, terimaksih sudah memberitahuku tentang tempat ini !"

Lion benar-benar tidak suka basa basi, apalagi dengan orang yang membuatnya risih, Maurin memang tampak sempurna kata orang tapi tidak bagi Lion, Maurin sama saja dengan kebanyakan gadis yang mengejarnya dan itu membosankan.

Lion berdiri sambil memakai kaca matanya. "Maaf saya pergi dulu karena ada urusan"

Ekspresi Maurin menjadi gelap, dia

hilang ketenangan. "Tunggu Lion! "

Albert hanya menjadi penonton, sedang Lion berhenti melangkah tanpa berbalik melihat Maurin.

"Lion seperti inikah caramu menyambut tamu di negaramu? apakah itu sopan?" Maurin memberanikan diri menegur Lion.

"Aku tidak pernah mengundangmu" kata Lion dengan ketus.

Mendengar perkataan Lion. Wajah maurin langsung merah padam menahan malu.

"Kamu memang tidak mengundangku, tapi bukankah kita sudah kenal ? kamu dan pamanku memiliki kerja sama, jadi setidaknya perlakukan aku sebagai teman" kata Maurin.

"Itu pamanmu, bukan kamu kan?" sahut Lion. Setelah mengatakan itu Lion melanjutkan langkahnya.

"Lion tunggu, kalau kamu tidak memperlakukan aku dengan baik, maka aku akan meminta pamanku untuk memutus hubungan kerjasamanya denganmu" ucap Maurin sambil berteriak.

Mendengar perkataan Maurin, Lion berhenti dan berbalik sambil membuka kaca matanya.

Lion berjalan kembali ke arah Maurin dan Albert, melihat Lion kembali Maurin langsung tersenyum. Lion berdiri tepat di depan Maurin sambil berakta, "Aku adalah Kim Lion, tidak ada yang bisa mengontrolku. Dan Kamu tidak perlu repot meminta pamanmu memutus hubungan kerjasamanya denganku. Karena aku yang akan lebih dulu melakukannya. Dia yang membutuhkanku bukan aku mengerti ?"

Dengan ekspresi gelap, Lion berbalik dan segera meninggalkan restauran, mendengar perkataan Lion, Maurin terkejut dan merasa cemas. Secara dia tau kalau pamannya sudah banyak melakukan usaha untuk bisa bekerjasama dengan KI Grup. Dia hanya ingin menggertak tapi ternyata Lion memang bukan lelaki yang memiliki belas kasih.

Maurin menatap Albert dengan sendu. "Bagaimana ini Albert? aku hanya menggertak tapi kenapa Lion menanggapinya dengan serius? "

Albert tau betul watak Lion dan menggelengkan kepalanya. "Kamu sudah menyia-nyiakan usahaku, baru saja kami berjanji akan tanda tangan kontrak, tapi kamu menggagalkannya, aku harap kamu bisa menjelaskanya dengan baik pada pamanmu! "

Mendengar perkataan Albert, Maurin merasa menyesal. Setelah itu dia dan Albert meninggalkan restauran. Lion keluar dengan ekspresi kesal. Setelah itu dia mengendarai mobilnya meninggalkan hotel.

Lion bukan orang yang suka di kekang, tidak ada yang bisa mengontrolnya, dia terkenal sebagai pembisnis yang kejam sekaligus hebat, dia memiliki IQ yang tinggi jadi dia selalu bisa menemukan jalan keluar dari semu masalah yang di hadapinya kecuali urusan cinta.

Saat di perjalanan. Tiba-tiba saja Lion teringat dengan Nana. Tanpa fikir panjang lagi dia langsung memutar mobilnya menuju kantor Nana.

'Kenapa gadis ular itu tidak menghubungiku lagi ? apakah dia tidak butuh motornya ? tapi di reastauran itu jauh dari halte bus, taxi juga jarang lewat, atau jangan-jangan dia telpon Jeha ? ini tidak bisa dibiarkan aku harus mengeceknya sendiri'. Gumam Lion.

»Star Magazine«

Sesaat kemudian Lion sampai di kantor Nana. Dari mobil Lion melihat Nana sedang berjalan keluar menuju gerbang sambil menarik kakinya yang sakit.

'Kenapa dengan kakinya?'. Batin Lion.

"Taxi mana sih ? aku sudah lelah ini" kata Nana sambil melirik ke kanan dan ke kiri.

Melihat Nana kelelahan sambil menahan sakit, Lion segera mendekati Nana setelah itu mobilnya berhenti tepat di depan Nana.

Nana terkejut melihat mobil yang berhenti di depanya. "Masuklah! "Kata Lion dari dalam mobil, tapi Nana tetap berdiri diam tidak menghiraukan Lion.

Lion merasa geram melihat Nana cuwek dan tidak menganggapnya ada, dengan ekspresi gelap dia keluar dari mobil.

Melihat Lion keluar dengan wajah yang mengerikan, Nana menjadi takut. "Kamu mau apa?, bukankah kamu sudah puas ngerjain aku? " ucap Nana sambil menatap Lion dengan tajam.

Lion melirik kaki Nana, dia merasa sakit melihat Nana menahan sakit, tanpa menjawab pertanyaan Nana, Lion langsung mengangkat Nana kebahunya.

"Lion apa yang kamu lakukan, turunkan aku! ini tempatku kerja nanti di lihat orang" kata Nana sambil meronta-ronta. Sayangnya dia tidak berhasil lepas dari Lion.

Setelah Lion berhasil membawanya masuk ke mobil. Nana kembali berusaha kabur dari dalam mobil Lion dan mendorong tubuh Lion.

Namun Lion langsung memegang erat pergelangan tangan Nana. "Tenanglah, aku tidak akan melukaimu"

"Bagaimana aku bisa percaya pada lelaki kasar yang tidak berperasaan sepertimu? "Nana benar-benar kesal dengan Lion.

Lion menghelai nafas panjang. Setelah itu dia menutup pintu mobil tempat Nana duduk. dan segera setelah itu Lion masuk ke mobilnya.

Nächstes Kapitel