webnovel

Sebuah Janji

Raka tampak salah tingkah. Dia melirik Nana yang masih ada di pelukan Lion sambil berkata, "Nana aku tau siapa kamu, dan satu hal yang harus kamu ingat, kalau sampai kapan pun aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkanmu kembali"

"Dan kamu perlu ingat satu hal juga, akulah yang akan membuatmu menyerah!" Ucap Lion.

Setelah mengatakan itu Lion membawa Nana masuk ke dalam rumah, dan mengabaikan Raka yang masih berdiri di luar.

Nana langsung melepaskan diri dari tubuh kekar Lion saat mereka sampai di dalam. Setelah itu Nana menatap sinis kearah Lion sambil berkata, "Kim Lion, sudah aku pringatkan kepadamu untuk tidak menyentuhku, tapi hari ini kamu sudah keterlaluan"

"Apa kamu masih mencintai lelaki itu?" tanya Lion.

"Itu bukan urusanmu dan sejak kapan kamu berada di rumah? " jawab Nana dengan ketus.

Lion memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil melirik Nana yang masih terlihat marah.

"Sejak dia bilang ingin menceraikan istrinya"

"Apa? jadi kamu menguping pembicaraanku? apakah itu sopan hah? " ucap Nana dengan kesal.

"Itu bukan nguping. Aku hanya kebetulan lewat, akan tetapi aku terpaksa berhenti karena tidak mau mengganggumu. Jadi aku dengarkan saja," jelas Lion tanpa ekspresi.

"Kamu ya.. " Nana mengangkat tanganya hendak menampar wajah Lion. Tapi Lion keburu menangkap pergelangan tangan Nana.

Setelah itu Lion menatap Nana dengan sinis seraya berkata, "Aku juga muak dengan perempuan kasar sepertimu. Awalnya aku mau bersikap baik akan tetapi melihat sikapmu membuatku berubah fikiran, dan asal kamu tau, aku benci apa yang aku lakukan hari ini, itu semua karena aku tidak suka melihat wanita di sakiti, jadi jangan salah paham dengan apa yang aku lakukan".

Setelah mengatakan itu Lion langsung melepaskan tangan Nana dengan kasar, dan segera meninggalkan Nana.

Sedang Nana terdiam mematung, dia merasa ngeri dengan tatapan Lion. Kenapa hatiku sakit mendegar perkataan Lion?.

'ya Allah kenapa kau mempertemukan aku dengan lelaki kejam seperti Lion?' Batin Nana.

Saat Lion hendak menuju kamarnya, tiba-tiba langkahnya terhenti ketika mendengar suara ibunya.

"Lion kebetulan sekali kamu pulang nak, tadinya oumma mau menelponmu tapi syukurlah kamu sudah ada di sini," kata Ny Tresia dengan senang.

"Ada apa Oumma? " tanya Lion.

Ny Tresia tersenyum sambil memeluk Lion.

"Aku hanya merindukanmu, apakah malam ini kamu mau menginap? "

Lion mengangguk. "Mmmm..!"

Melihat kehangatan ibu dan anak itu, hati Nana melembut, dia mulai bingung dengan Lion, dia menyadari Lion sebenarnya orang yang begitu lembut tapi kenapa kalau padanya Lion begitu kasar ?.

Setelah memeluk Lion, Ny Tresi melihat Nana sedang berdiri memperhatikannya. "Nana sini sayang, kebetulan kalian ada di sini, jadi mari kita bicara !"

"Tapi, aku harus mandi dan beres-beres dulu, setelah itu kita akan bicara bagaimana? " kata Nana.

Ny Tresia langsung mengangguk. "Oh begitu? ya sudah kalau begitu tante akan tunggu di ruang keluarga, kalian silahkan bersih-bersih dulu"

Lion dan Nana mengangguk, setelah itu mereka masuk kamar masing-masing.

Beberapa saat kemudian Nana keluar dari kamar dan langsung menuju ruang keluarga, dan di sana sudah ada tuan Kim, Ny Kim, Lion dan Yuri.

"Nana sini sayang!" panggil Ny Tresia. Nana tesenyum dan langsung duduk di dekat Ny Tresia.

"Baiklah, karena semua sudah kumpul, maka kami akan langsung menyampaikan sebuah kabar gembira". kata Ny Tresia dengan semangat. "Apa itu? " tanya Yuri tak sabar.

Ny Tresia tersenyum menatap Yuri, setelah itu dia melirik Nana dan memegang tangannya sambil berkata, "Sayang, tante sangat menyukaimu, oleh karena itu tante menyelidiki siapa kamu dan tante sangat bahagia ketika tau kalau kamu anak sahabatnya tante, dan dulu kami pernah berjanji akan menjodohkan anak kami yaitu kamu dan Lion"

Nana terkejut mendengar penjelasan Ny Tresia, sedangkan Lion terlihat santai dan terkumpul.

"Jadi kami sepakat agar kalian bertunangan dulu, dan minggu depan kami pilih sebagai hari baiknya" lanjut tuan Kim sambil tersenyum.

"Apa? tunangan? " Nana tercengang. Sedang Ny Tresia dan tuan Kim mengangguk. Nana langsung diam, dan mendadak suasana menjadi sunyi.

Yuri melirik Nana dan berbisik padanya, "My Nana kenapa kamu bengong? kamu setuju apa tidak? "

"Aa?" Nana seperti orang linglung. "Sepertinya saya harus menelpon Mama dulu" lanjut Nana. Karena Nana tidak mau menyinggung Ny Tresia yang sudah menyayanginya seperti anak sendiri. "Oh silahkan kalau begitu" sahut Ny Tresia.

Setelah itu Nana pamit dan masuk ke kamarnya, segera setelah itu dia langsung membuat panggilan pada Ibunya.

"Ma, apakah yang di bilang Ny Tresia itu benar? "

"Iya sayang, dan empat hari dari sekarang Mama dan Papa akan terbang ke Korea untuk menghadiri pertunanganmu"

"Ma, ini salah. Aku tidak mau menikahi lelaki seperti Lion, terlebih aku tidak mencintainya. "

"Jangan bilang kalau kamu masih mencintai Raka? " tanya Ny Juita dengan sinis.

"Bukan begitu Ma, Nana masih ingin mengejar karir Nana, dan juga Lion itu tidak memiliki keyakinan yang sama dengan kita"

"Aku tau. Akan tetapi kami tidak bisa ingkar janji. Selain itu mereka juga setuju kalau soal keyakinan biar kalian yang memutuskannya sebelum menikah" kata Ny Juita mencoba meyakinkan Nana.

"Tapi ini tetap tidak benar. Bagaimana kalau kak Nayla tau? dia bisa murka padaku meskipun dia suka nonton Korea tapi dia tetap menginginkanku berjodoh dengan orang yang seiman, walaupun ilmu agama Nana masih kurang tapi Nana masih teguh mempertahankan keyakinanku"

"Kami tidak memaksamu, cukup kamu saling kenal satu sama lain setelah bertunangan, untuk selanjutnya terserah kamu sayang, nanti Mama yang akan kasih tau Nayla" lanjut Ny Juita.

"Tapi Ma.. "

"Sayang untuk kali ini saja, ibu mohon ikuti permintaan ibu. Hanya bertunangan kok, Tresia juga tau aturannya jadi dia pasti mengerti"

"Lagian kenapa Mama membuat janji yang konyol seperti itu sih? "

"Panjang ceritanya, pokoknya kamu setujui aja dulu, nanti kalau gak cocok kamu bisa bicara baik-baik dengan Tresia Ibu hanya tidak mau dianggap ingkar janji"

"Baiklah".

Nächstes Kapitel