webnovel

Terkuak

"Axton ingin melakukan konferensi pers? Untuk apa?" tanya Dalton bingung setelah mendapat kabar bahwa sahabatnya akan mengadakan jumpa pers.

Setahunya tak ada masalah yang terjadi di perusahaan. "Mungkin karena dia ingin meluruskan apa yang terjadi semalam, Tuan." jawab sekertaris Dalton. Dalton mengangguk paham mendengar penjelasan sekertarisnya.

"Aku ingin menemui Axton dulu." Dalton bingkas berdiri dan keluar dari ruangannya menuju ruangan Axton. Dia mengetuk pintu lalu masuk.

"Hai sobat." sapa Dalton pada Axton. Pria itu sedang sibuk bekerja.

"Hai." balas Axton singkat tanpa mengubah pandangannya.

"Aku mendengar dari sekertarisku. Kau ingin membuat konferensi pers, untuk apa?" tanya Dalton pada Axton. Axton mengangkat wajahnya menatap Dalton dengan pandangan serius.

"Apa kau pikir keputusanku ini adalah keputusan yang buruk?" balas Axton dengan nada jengkel.

"Bukan, hanya saja skandal yang terjadi itu antara DeMonte Corporation dan salah satu karyawan yang sudah resign, kenapa kita harus.."

"Ini penting Dalton. Kalau tak penting mana mungkin aku mengadakan konferensi pers." Axton menghela napas berat.

"Wenda bukan hanya sekadar karyawan bagiku, dia itu berarti untukku!" Axton membuka laci mejanya dan mengambil sebuah foto. Diberikannya pada Dalton foto tersebut dan seperti yang diperkirakan oleh Axton, Kedua mata Dalton sukses membulat sempurna.

Mulutnya ternganga saat melihat foto Wenda dan Axton yang diambil saat mereka berkencan. "Di-dia pacarmu?!" pekik Dalton tak percaya. Axton menggeleng.

"Dia bukan pacarku tapi istriku!" Dalton makin terkejut. Masih dengan raut wajah yang tak berubah, dia menatap Axton lekat.

"Ja-jadi itu sebabnya, kau terkejut saat melihatnya dan Ukhh! kenapa aku tak curiga dari hari kemarin?! Hari saat kau ketahuan berjalan dengan seorang wanita apa kau sedang bersama Wenda?" Axton mengangguk sebagai jawaban.

Dalton membuang napas kasar, dia kembali memperhatikan foto dan tersenyum melihat Axton dan Wenda sama-sama tersenyum ke arah kamera. Sudah lama sekali Dalton tak pernah melihat foto Axton sambil tersenyum seperti ini.

Jangankan tersenyum ke arah kamera, Axton sangat tak suka di foto setelah orang tuanya berpisah. Jika Wenda bisa membuat Axton berfoto dengan raut wajah ceria pastilah Wenda memiliki peranan besar untuk merubah diri Axton. "Kapan?" tanya Dalton tiba-tiba.

"Sejak 6 bulan yang lalu." jawab Axton singkat.

"6 bulan?" Dalton menegakkan kepalanya memandang Axton.

"Selama 6 bulan kau merahasiakan pernikahanmu dariku? Axton, aku ini sahabatmu bukan orang asing. Kenapa kau harus merahasiakan hal yang begitu membahagiakan ini padaku?" lanjutnya dengan penuh penekanan.

"Maafkan aku." jawab Axton menyesal.

"Lalu bagaimana sekarang? Apa benar dia sudah resign?" tanya Dalton.

"Ya, dia sudah pergi dari rumahku. Wenda pikir aku marah dan pernikahan kami sudah selesai, tapi aku ..."

"Kalau begitu tunggu apa lagi kejar dia!" potong Dalton memberikan usulan.

"Aku sudah tahu itu tapi aku ingin menyelesaikan pekerjaanku di sini, barulah aku akan mencarinya." Nada Axton kali ini serius dengan pandangan mata yang berubah menjadi datar.

"Apa maksudmu?" tanya Dalton. Dia tahu ada sesuatu yang dia lewatkan.

"Seseorang menjebak Wenda dan Leo, mereka tidak pernah masuk ke dalam kamar berdua." jawab Axton kembali.

"Aku akan menghukum mereka dulu agar mereka tahu mereka tak bisa berbuat macam-macam terhadap istriku!" lanjut Axton.

"Kau sudah tahu siapa yang menjebaknya?" tanya Dalton penuh minat.

"Tentu. Tapi Dalton, aku tak memberitahukannya padamu ketika konferensi dimulai kau akan mendapatkan jawabannya." Dalton membuang napas kasar, sebenarnya dia berharap Axton mengatakan pelaku yang sebenarnya tapi jika keputusan Axton sudah seperti itu, Dalton tak akan protes.

Dalton mendekati Axton, dia menepuk salah satu pundaknya memberi dukungan. "Apapun keputusanmu, kawan aku akan mendukungmu." katanya dengan senyuman simpul.

💘💘💘💘

"Untuk apa Presiden melakukan konferensi pers? Menyebalkan sekali, aku bahkan belum sempat merayakan pesta kehancuran Wenda." gerutu Salsa.

"Ish, kau tak boleh mengatakan hal tersebut! Apapun keputusan Presiden kita harus menghormatinya!" bela Brenda pada Salsa.

"Iya, iya. Calon suami Brenda nggak boleh diganggu." Brenda hanya terkekeh dengan ucapan Salsa. Kedua wanita itu lalu berjalan menuju aula perusahaan, tempat di mana konferensi pers akan dimulai.

Banyak sekali wartawan yang datang demi mendengar pengumuman Denzel Company. Terlebih orang yang akan mengumumkan adalah Axton, pria yang jarang sekali tampil di depan publik. Tak lama, konferensi pers dimulai.

Kedatangan Axton menjadi pusat perhatian dari banyak orang. Semua wartawan tak menyia-nyiakan kesempatan, mereka terus mengambil gambar Axton. Kilatan cahaya dari semua kamera yang mengambil foto tak menyurutkan Axton.

Kedua matanya memandang lurus pada podium di depan. Diikuti oleh Dalton dan Cody dari belakang, Axton menuju podium dan memperhatikan orang-orang yang berkenan hadir di konferensi pers dadakan.

"Terima kasih karena kalian sudah datang ke sini untuk mendengar pengumumanku. Pertama-tama, Denzel Company akan terus bekerja sama dengan DeMonte Corporation. Kami tak akan mempermasalahkan skandal antara CEO DeMonte dan salah satu karyawan kami."

Salah seorang karyawan mengangkat tangannya hendak menanyakan sesuatu. Axton menyetujui wartawan itu bertanya. "Lalu bagaimana dengan karyawan yang terjebak skandal tersebut?"

Axton menarik napas dalam-dalam lalu menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan tersebut. "Dia telah mengundurkan diri dari tadi malam. Kami dari pihak Denzel Company sangat menyayangkan bahwa kami harus kehilangan seorang karyawan yang sangat berdedikasi dengan tugasnya."

Brenda mendengus kesal, setelah Wenda keluar juga dia masih diungkit-ungkit. "Lalu yang kedua, aku harap kalian simak video yang akan tampil di sini." Axton membalikkan tubuhnya menghadap pada layar projektor.

Semua orang tak terkecuali juga ikut fokus memandang projektor tersebut. Video di putar, dari sudut kamera terlihat jelas sekali bahwa video diambil dari cctv.

Mereka terus menonton video orang yang lalu lalang lalu kemudian dua orang wanita dengan gelagat aneh. Mereka celingak celinguk sebelum akhirnya berisyarat pada seseorang. Tampilah dua orang laki-laki berbadan kekar membopong dua orang.

Yang satu seorang wanita dan seorang lagi adalah pria. "Bukankah itu Leo DeMonte?" ucap seorang wartawan yang segera mengenal si pria.

Kedua pria berbadan kekar membawa keduanya masuk sementara dua wanita menunggu diluar. Kedua pria itu keluar, mereka lalu diberikan sebuah imbalan dari kedua wanita.

Brenda dan Salsa berkeringat dingin tiba-tiba. Bukankah itu video saat keduanya menjahati Wenda tapi kenapa bisa berada di tangan Axton? Video berakhir dan Axton kembali berbicara.

"Seperti yang kalian lihat, insiden semalam bukanlah murni sebuah kejadian tapi seseorang menjebak mereka. Sungguh perbuatan mereka sama sekali tak terpuji, mereka menghalalkan cara apapun demi mereka bisa menyingkirkan salah satu karyawan terbaik kami." tutur Axton.

"Karena itu aku, Axton Denzel mengambil keputusan untuk memecat Nona Brenda dan Nona Salsa dari pekerjaan mereka." Brenda dan Salsa terkejut bukan main dengan keputusan Axton.

"Bukan hanya itu saja, mereka akan masuk ke dalam hitam Denzel Company! Mereka telah melakukan suatu kesalahan fatal dan Denzel Company tak ingin mempunyai karyawan seperti mereka." Dipecat dari pekerjaan adalah hal yang paling buruk tapi masuk ke dalam daftar hitam jauh lebih buruk.

Axton mengucapkan terima kasih dan menjauh dari podium. Sesaat kedua mata emeraldnya memandang Salsa dan Brenda tapi dia kembali melangkahkan kakinya menerobos para wartawan.

Axton sampai ke ruangannya dan memandang foto Wenda lagi. Belum bisa bersantai, Brenda dan Salsa menerobos masuk ke dalam ruangan Axton. Cody tak bisa mencegah kedua orang ini masuk. "Ternyata selain licik, kalian berdua juga tak punya tata krama." kata Axton.

Axton mengangkat wajahnya memandang kedua wanita itu. "Senang rasanya melihat sifat asli kalian." lanjutnya. Dia lalu mengisyaratkan Cody untuk menutup pintu.

"Jadi apa yang kalian ingin bicarakan?" tanya Axton.

"Presiden, ini tak adil kenapa kau harus memecat kami? Kami sudah bekerja selama beberapa tahun di sini dan Anda sangat mudah untuk ..."

Axton memukul meja membuat Salsa terdiam seribu bahasa. Pandangan mata Axton tajam pada kedua orang itu. "Lalu kenapa? Disini aku yang berkuasa, bukan kau!" balas Axton.

"Kalian sudah menjebak Wenda dan itulah hukuman yang pantas untuk kalian..." Brenda merengut kesal. Kenapa Wenda selalu dibela oleh Axton? Wenda hanyalah seorang wanita biasa yang tak pantas bersama Axton.

"Kalian pasti mengira aku terus membela Wenda. Alasan kenapa aku terus membelanya adalah..." Kedua mata Salsa dan Brenda memandang Axton. Mereka sangat ingin tahu hubungan apa Axton dan Wenda.

"Karena dia istriku." jawab Axton lugas melanjutkan perkataannya. Brenda terkejut setengah mati begitu juga Salsa, dia sama sekali tak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulut Axton.

"Itu tak benar, bukan?" tanya Brenda masih syok dengan perkataan Axton. Wanita itu mulai berkeringat dingin sementara kedua matanya mulai berkaca-kaca.

"Tidak! Itu benar. Kami telah menikah 6 bulan yang lalu." Brenda tak bisa menahan isakannya. Dia patah hati mendengar pria yang paling dia cintai kini telah menikah. Salsa tak tinggal diam, dia mengelus punggung Brenda berharap menenangkan Brenda.

"Tunggu apa lagi kalian pergilah!" perintah Axton tak dibantah, mereka berdua keluar dari ruangan Axton tanpa bicara. Axton menghela napas dan duduk kembali.

"Tuan," Axton mengangkat wajahnya, melihat pada Cody.

"Apa yang akan Anda lakukan sekarang?" tanya Cody. Axton melihat foto tersebut memandang pada Cody lagi.

"Kita harus mencarinya sampai dapat agar aku bisa menjelaskan semua kesalahpahaman ini dan bisa membawanya pulang." Cody tersenyum lebar dan menundukkan kepalanya.

"Baik Tuan." jawab Cody semangat. Axton tersenyum dan menatap foto Wenda. 'Walaupun aku tak tahu kau ada di mana Wenda tapi aku tak akan pernah menyerah. Aku akan terus mencarimu! Karena itulah tunggu aku.' desis batin Axton.

Nächstes Kapitel