webnovel

Who Am I?

Alucard menancapkan ujung pedangnya di tanah setelah menepi dari latihannya. Orion datang menghampirinya.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Orion.

"Alucard."

Orion tertawa. Entah Alucard sengaja bersikap polos atau apa tetapi pemuda itu berhasil menarik perhatiannya. "Kau... seorang Demon Hunter?" tanyanya ingin lebih memastikan.

"Bisa dibilang begitu."

"Aku bisa tahu dari caramu bertarung. Kemampuan hebat yang dimiliki oleh para Demon Hunter. Tapi yang membuatku tertarik adalah tingkat kemampuan pertahananmu di tengah pertarungan sangat tinggi. Tidak semua orang bisa melakukannya. Aku terkesan."

Alucard tersenyum tipis. "Terima kasih."

"Saat kau melakukan serangan terakhir aku bisa merasakan aura lain dari dalam dirimu. Aku penasaran siapa kau sebenarnya. Manusia? Atau Demon?"

Alucard bisa memastikan bahwa Orion sekarang tengah menginterogasinya. Dia pun tahu cepat atau lambat pasti akan ada yang menyadari siapa dirinya.

Dia menghela napas. "Andai aku tahu siapa aku, aku pasti akan memberimu jawaban pasti."

Orion mengernyit bingung. "Apa maksudmu? Kau tidak tahu jati dirimu sendiri?"

"Bukan tidak tahu. Hanya saja keadaan yang membuatku berbeda. Permisi."

Alucard mencabut pedangnya lalu pergi meninggalkan Orion yang masih berdiri terpaku di tempatnya. Pikirannya kembali saat di mana Aaron juga menanyakan hal yang sama padanya.

***

-Malam sebelumnya, saat Alucard dan Aaron bersama semalaman-

"Ada yang ingin kutanyakan padamu," kata Aaron sambil menuangkan teh ke cangkir Alucard.

"Silakan."

"Sejak pertama kali melihatmu, aku tertarik denganmu."

Alucard melotot kaget. Dia tidak menyangka Aaron orang yang seperti itu. "Maaf, aku tidak berminat denganmu."

Aaron tertawa. Dia menyadari kekonyolannya yang mengakibatkan kesalahpahaman pemuda itu.

"Maaf, maksudku aku terkesan dengan aura dalam dirimu."

"Apa yang ingin kauketahui?"

"Apa kau seorang Demon?" tanya Aaron tanpa basa-basi lagi.

Pertanyaan itu sama sekali tidak menyinggung perasaan Alucard. Dia bisa memaklumi apa yang ingin diketahui oleh sang Kepala Mansion. Sebagai orang kepercayaan sang Raja, dia berhak menanyakannya.

"Maaf, aku hanya penasaran karena aku bisa merasakan kekuatan yang berbeda dari dalam dirimu. Termasuk kekuatan yang tersimpan dalam wujud tangan kananmu itu," kata Aaron lagi sambil menunjuk tangan kanan Alucard yang berbeda dengan yang lainnya.

Alucard mengepalkan tangan kanannya di udara lalu mengamatinya sebentar. "Sebenarnya aku tidak tahu persis harus menyebut diriku apa. Tapi kau bisa menganggapku seperti ini: aku adalah seorang manusia yang memiliki sedikit kekuatan iblis. Itu sebabnya kau bisa merasakan aura iblis dari diriku," ungkap Alucard.

Aaron memandang takjub. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan seorang Nobilium setengah demon. Meskipun agak cemas tetapi dia bisa memastikan Alucard bukanlah pemuda yang jahat.

"Dari mana kau bisa mendapatkan kekuatan iblis itu?"

"Ada seseorang yang memberikannya padaku. Kuharap kau tidak menanyakannya lagi karena aku belum ingin menceritakan apa pun lagi tentang diriku."

Aaron hening sesaat kemudian mengangguk. "Sekarang sudah jelas, apa yang kupikirkan tentangmu tidaklah salah. Kau berbeda dari yang lainnya. Kau memiliki kemampuan di atas rata-rata para Nobilium paling berbakat di sini. Kau bahkan bisa disebut sebagai seorang Master of Sword. Tanpa kau mendaftar ke Mansion ini sebenarnya kau juga bisa bergabung dengan kami secara langsung tanpa mengikuti kelas, karena aku tahu nilaimu akan mencapai angka sempurna. Kenapa kau tetap mengikuti kelas? Apa alasanmu sebenarnya?"

Alucard terdiam. Dia tidak bisa memberitahu Aaron bahwa dia sedang menjalankan sebuah misi. Meskipun Aaron adalah Kepala Mansion tetapi Alucard masih belum ingin terbuka tentang hal ini padanya. Tidak untuk sekarang sebelum dia menemui sang Raja secara pribadi.

"Aku ingin memperkuat kemampuanku. Yang kutahu tempat ini adalah yang terbaik."

"Kutahu kau kau sudah sangat kuat. Dan kau ingin memperkuatnya lagi?"

Alucard menatap tegas mata Aaron. "Kau juga pasti memiliki seseorang yang ingin kaulindungi. Itulah yang kucoba ingin lakukan."

Aaron terdiam mendengar jawaban Alucard. Dia tidak berkata apa-apa lagi setelah mendengar alasan yang cukup membuatnya tidak bisa mendebat pemuda itu. Keteguhan hatinya sangat kuat, Aaron bisa merasakannya.

***

Para Nobilium tengah makan malam bersama di ruang makan Mansion. Kursi dan meja panjang terjajar rapi membentuk empat barisan. Di ujung ruang makan terdapat meja makan dan kursi khusus untuk sang Raja dan para pengurus Mansion. Karena sampai malam ini sang Raja tidak bisa hadir, maka hanya Aaron dan para pengurus Mansion lah yang hadir. Semuanya nampak menikmati makanan yang disajikan.

Di salah satu barisan meja, Ruby, Miya, Clint, Zilong, Kagura, dan Hayabusa duduk berdekatan. Alucard duduk sendirian dan agak berjarak dari mereka tetapi masih dalam satu meja. Dia juga tampak menikmati makanannya tanpa banyak bicara dengan yang lainnya.

"Apa dia tidak suka makan dengan kita?" tanya Miya pada Ruby. Ruby mengerti Miya sedang membicarakan Alucard.

"Dia memang seperti itu. Dia suka sendirian saat makan."

"Kenapa begitu?" tanya Kagura.

"Entahlah. Dari dulu dia memang seperti itu," kata Ruby. "Oh, ya, aku melihat kemampuanmu dan Hayabusa saat berlatih. Aku terkesan dengan kemampuan kalian, terutama kau, Kagura. Aku menyukai senjatamu, sangat unik."

"Benarkah? Aku masih perlu banyak belajar."

"Payung itu juga memiliki kekuatan sihir, kan?"

Kagura mengangguk. "Itu payung Seimei, pusaka warisan keluargaku. Ada kekuatan seratus roh dalam payung itu dan hanya aku yang bisa mengendalikan kekuatannya. Sebenarnya aku pun masih kesulitan menggunakannya."

"Mengesankan. Yang kulihat kau sama sekali tidak kesulitan saat berlatih," kata Ruby iri.

"Dan kau tahu, Ruby, dia mengambil payungnya tanpa sepengetahuan keluarganya dan malah menyusul Hayabusa kemari," celetuk Clint usil.

"Hei!" teriak Kagura di depan Clint. Clint terkikik.

"Apa itu benar? Kau datang ke sini diam-diam?" tanya Ruby.

Kagura terlihat salah tingkah sambil melirik kecil pada Hayabusa yang duduk di depannya. "Bu-bukan begitu. Clint, kau ini—"

"Apa?" tantang Clint sambil mengerling jail.

Ruby sepertinya langsung paham karena dia dapat melihat jelas wajah Kagura yang memerah tersipu malu. Jadi memang ada sesuatu di antara mereka?

Kagura lebih memilih untuk tetap bersikap tenang. "Yang jelas keluargaku sudah tahu aku di sini dan mereka tidak mempermasalahkannya. Aku juga ingin hidup mandiri dan mengembangkan kemampuan sihirku di sini," katanya membela diri.

Tiba-tiba Zilong menepuk pundak Hayabusa yang duduk di sebelahnya. "Hei, Hayabusa. Kau memang beruntung ada gadis cantik yang menemanimu ke manapun kau pergi. Kau harus jaga dia baik-baik, ya."

"Kau ini bicara apa?"

"Sudah jangan pura-pura. Kau mengerti maksudku, kan?"

"Terserah kau saja."

Hayabusa melanjutkan santapan makan malamnya. Kagura pun sama. Entah mengapa keduanya jadi merasa canggung sekarang.

Miya menyadari kecanggungan antara mereka berdua jadi dia berusaha mencairkan suasana. "Hayabusa, kau lebih menarik jika tidak memakai masker. Sesekali bertarunglah tanpa masker, oke?"

"Aku lebih nyaman menggunakannya."

Miya mencebik. "Ah, kau ini memang tidak pernah berubah."

Lalu sebuah dentingan di gelas pun mulai terdengar. Aaron biasa menitikkan sendoknya ke gelas jika ingin memberitahukan hal yang ingin dia sampaikan. Semua orang yang berada di ruangan itu menghentikan sejenak aktifitas makan mereka dan memperhatikan Aaron yang sudah berdiri di depan mereka semua.

"Kuharap kalian menikmati makan malam kalian, tetapi ada yang ingin kusampaikan sedikit sebelum acara makan malam ini berakhir," kata Aaron. "Hari ini aku menerima laporan dari para Central Knight yang kutugaskan di perbatasan bahwa ada sekelompok makhluk tak dikenal berusaha ingin memasuki wilayah kita. Beberapa kali mereka membuat kekacauan dan berusaha menghancurkan dinding perbatasan. Beruntung para Central Knight berhasil menggagalkan mereka tapi itu tidak menjamin mereka tidak akan kembali lagi. Aku meminta pada kalian semua untuk tetap waspada dan segera melaporkan padaku jika bertemu dengan seseorang yang mencurigakan di wilayah kita."

Zilong berbisik pada Miya dan Clint. "Apa mungkin mereka adalah makhluk yang sama yang menyerang tempat tinggal Irithel di dekat perbatasan?"

Miya menggeleng. "Kalau memang itu mereka, kenapa baru sekarang mereka mencoba menerobos masuk ke wilayah kita dan bukannya setelah menghancurkan Hutan Avaelt waktu itu?"

"Mungkin mereka mendatangi tempat lain dulu sebelum akhirnya ke sini."

"Kita tanyakan saja pada Aaron nanti," usul Clint.

Terdengar Aaron menambahkan pesannya lagi. "Dan untuk kalian para ksatria yang sudah kutugaskan membantu Central Knight melakukan pengawasan, kuharap kalian juga selalu waspada. Langsung kabarkan padaku jika mendapatkan masalah."

Alucard berpikir sejenak tentang ucapan Aaron, Zilong dan kawan-kawan. Dia penasaran siapa para makhluk yang mereka maksudkan.

Aaron menyudahi pemberitahuannya dan kembali ke mejanya. Semuanya melanjutkan makan malamnya.

"Hei, makhluk yang kalian bicarakan itu apakah dari golongan iblis?"

Ketiga anak muda itu menoleh pada Alucard. Rupanya dia mendengarkan pembicaraan mereka.

"Kami tidak tahu pasti karena Irithel juga tidak tahu makhluk macam apa mereka," kata Clint.

Alucard kembali hening dan tidak bertanya lagi. Tadinya jika memang benar mereka bagian dari kelompok iblis, dia bisa membereskannya dengan cepat.

Pemuda itu menyesap minuman panasnya. Dia kembali memikirkan apa yang sebaiknya akan dia lakukan esok hari.

Nächstes Kapitel