Bila sedang merasa malu dengan sikapnya yang mencoba merayu Edwin, ia mengacak-acak rambut panjangnya "aduh.....kenapa tadi aku setujui usul bu Anis, kan aku jadi kelihatan genit gitu, aku malu....ah....." Bila berteriak pelan menyesali apa yang sudah diperbuatnya.
sesaat kemudian ponselnya berbunyi, dilihatnya id penelfon dan ternyata itu adalah Edwin, ia segera mengangkat panggilan tersebut.
📞"Ada apa?" Bila bertanya
📞"Ada kamu"
📞"Apaan sih"
📞"Bil....gara-gara rayuan kamu tadi, aku jadi ga bisa lupain kamu, tanggung jawab lho" Edwin mulai menggoda Bila.
📞"Emang ga Bisa ya dilupain aja, jangan ungkit-ungkit terus dong"Bila kesal dengan gurauan Edwin.
📞"Ga kok cuma ngingetin aja, ternyata kamu sekarang genit ya"
📞"Kak Edwin..... kalau kakak cuma mau meledekku, aku tutup ya" Bila mengancam.
📞"Ya..., Bila aku cuma mau menjelaskan sesuatu sama kamu, tapi bukan sekarang"
📞"Maksut kakak?"
📞"Kesalah pahaman kamu, yang masih kamu pendam sampai saat ini, jujur itu membuatku tidak nyaman"
📞"Kapan?"
📞"Secepatnya, sekarang kamu bayangin aja kalau aku disamping kamu dan sedang memeluk gadis genit"
📞"Ya elah....udah ah, selamat malam" Bila menutup ponselnya tanpa menunggu balasan Edwin.
Seakan bunga-bunga bermekaran tatkala Edwin menelfonnya, walaupun ia berpura,-pura ketus, akan tetapi ia merasa bahagia karena janji Edwin yang akan memberi penjelasan tentang apa yang Bila ragukan selama ini.
Hari-hari berikutnya berjalan seperti biasa, Bila bekerja dengan tekun dan telaten karena ia juga harus membantu memulai pembukuan dengan rapi, serta mengajarkannya pada rekan-rekan kerjanya.
Bila memang baru bekerja ditempat itu, akan tetapi semua karyawan disana sudah mengenalnya, karena selain ia gadis yang ramah, Bila juga tak segan membantu mereka.
Terlebih lagi jika ada salah satu karyawan yang dimintai laporan oleh Edwin, dengan senang ia akan membantu memeriksa terlebih dahalu, agar laporannya tidak di tolak mentah-mentah oleh atasan mereka yang sadis.
Yah Edwin memang tak merubah sikap tegas dan disiplinnya, karena ia ingin semua yang bekerja di kantornya bertanggung jawab penuh dengan tugas mereka.
Walau demikian, ia tidak akan bersikap angkuh ataupun arogan ketika sedang berhadapan dengan Bila.
Di hadapan Bila Edwin benar-benar tak mampu menunjukan taring tajamnya, karena rasa sayang yang begitu besar pada gadis itu.
Saat ini perubahan besar di perusahaan Edwin memang belum ada, tapi dengan ketegasan Edwin , semua pekerja disana jadi lebih disiplin dan patuh, ditambah ketelatenan Bila dalam pelaporan mbuat semua berjalan lebih baik.
Hampir setiap hari Edwin selalu mencuri waktu untuk mengganggu Bila, biasanya dengan alasan sepele ia akan mendatangi ruangan Bila ketika Pak Hadi dan Pak Wijaya tidak berada di ruangannya.
Ahirnya Bila sudah terbiasa dengan kejahilan Edwin, walaupun kadang ia kesal akan tetapi ia berusaha tetap bersikap sebiasa mungkin.
Seperti sore ini, karena hari Jumat semua karyawan pulang lebih awal, tapi Bila mutuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Edwin yang hendak pulang melihat pintu ruangan Bila masih terbuka, dengan segera Edwin mengintip dan dilihatmya Bila tengah sibuk dengan laptopnya.
Setelah memutar otaknya beberapa saat Edwin menemukan sebuah ide, ia dengan sengaja menjatuhkan tas kerjanya tepat di depan ruangan Bila untuk memancing perhatian gadis itu.
Bila yang mendengar suara gaduhpun segera keluar untuk melihatnya, betapa terkejutnya ketika ia lihat Edwin terjatuh dengan keadaan tidak sadar.
Bila segera mendekati Edwin untuk membantunya, ia guncangkan badan Edwin dengan keras.
"Kak....kak Edwin...kak" Bila berteriak dengan panik, karena Edwin tak kunjung bangun kemudian Bila mengangkat kepala Edwin dan segera ia sandarkan dipangkuannya.
Sambil ditepuk-tepuknya pipi Edwin. ia juga memeriksa suhu tubuh Edwin, tak ada yang salah akan tetapi mengapa pria dipangkuannya tak kunjung bangun.
Bila berteriak untuk meminta bantuan, akan tetapi percuma saja, tak ada satu orangpun dikantornya, mungkin hanya ada satpam,.namun entah dimana ia saat ini sampai teriakan Bila tak ia dengar.
Hampir sepuluh menit, namun Edwin tak kunjung bangun, tanpa sadar Bila mulai menangis...."kakak bangun...., kak Edwin kenapa kak....bangun, aku mohon".
Bila mengelus rambut Edwin, ia berinisiatif untuk membuka kancing baju Edwin agar Edwin dapat bernapas lebih lega.
Belum berhasil Bila membuka kancing kemeja Edwin, tiba-tiba tangan Bila dipegang oleh Edwin yang tiba-tiba membuka matanya, dan tersenyum dengan ceria.
Bila heran mengapa setelah bangun dari pingsannya Edwin bisa sesegar itu. akan tetapi ia merasa sangat bahagia.
"Kamu sudah tidak sabar ya Bil" Edwin bertanya dengan nada menggoda.
"Maksut kakak?" Bila tak mengerti.
"Kalau memang harus sekarang, aku ga keberatan kok, tapi sebaikanya setelah kita ijab qobul aja"
"Kak Edwin... sembarangan, udah ah" Bila melepaskan genggan tangan Edwin, kemudian mengangkat kepalanya lalu segera berdiri, untuk mengambil tas agar bisa segera pulang.
Bila keluar dari ruangannya, sementara Edwin masih menunggunya dari luar,selanjutnya mereka berjalan bersama untuk keluar kantor.