Sore itu, sepulang Bayu dari kecamatan, dia sedikit lelah, dia tersandar di sofa ruang keluarga, wajahnya sedikit kesal. Melihat suaminya sudah pulang dengan wajah yang lelah, Claudia mendekat, dan memijit bahu Bayu, Bayu tampak sedikit rileks.
"terima kasih sayang.. " Katanya sambil memegang tangan Claudy, dan menariknya ke depan dan mendudukkan Claudy di pangkuannya.
" Mas... apa ada masalah? " Tanya Claudy pelan.
" Orang itu belum juga menyerah juga, setelah dia mencoba menyuruh seseorang merayuku, sekarang dia malah menggunakan camat untuk menekanku, untung saja camat kita paham akan dampaknya" Kata Bayu kesal.
" Tapi semua sekarang baik-baik saja kan? " Tanya Claudia.
" Iya Alhamdulillah " Kata Bayu sambil memeluk Claudia.
Claudy hendak berdiri dari pangkuan Bayu takut akan membuat Bayu semakin lelah karna memeluknya, tapi Bayu menahannya.
" Apa tidak berat? " Tanya Claudy, Bayu tertawa mendengar itu dan berkata.. " Apa kau pikir badanmu itu besar? disini saja, bebanku terasa berkurang jika memelukmu" Sambung Bayu.
" Oh iya.. " Kata Bayu tiba-tiba.
"Ada apa Mas? " Tanya Claudia.
"Aku belum memberi tau ibuku tentang kehamilanmu, beliau pasti akan sangat bahagia mendengar berita ini, sebab ini adalah cucu pertamanya" Kata Bayu.
"Tentu saja, kau kan anak semata wayang " jawab Claudia.
Bayu kemudian memberi tau ibunya, ternyata dugaannya tepat, Ibunya sangat gembira.
Tak lama kemudian, Ibu Bayu datang, beliau membawa berbagai macam buah-buahan, dia sangat gembira dengan kehamilan menantunya.
Beliau memberikan nasehat yang banyak pada Bayu, agar bisa menjadi suami siaga saat kehamilan Claudia.
" Nanti.. kalau sudah lahir, jika kamu sibuk, telfon saja ibu ya! Ibu bisa menjaga anakmu" Kata ibu Bayu senang.
"Terima kasih Ibu.. " Jawab Claudy.
Setelah beberapa lama di tempat Bayu dan Claudia , Ibu Bayu pamit pulang, sambil memeluk Claudia beliau berpesan agar menjaga kesehatannya, jangan banyak pikiran.
.......
Hari ini pagi-pagi sekali Tuti telah sampai di Pustu, sehingga Claudy kaget karna Tuti telah ada di sana saat dia sampai.
" Tut, kamu tidak sekolah? " Tanya Claudy.
"Aku udah selesai UAS kak! rencana mau daftar kuliah. " Jawab Tuti.
"Kamu mau ngambil jurusan apa? " Tanya Claudy.
" Mana yang bagus ya kak ya? Aku bingung. aku pengen menjadi seorang bidan, tapi pengen jadi guru juga, soalnya belum ada guru yang berasal dari desa kita. para guru hanya datang sesaat lalu pergi lagi, mereka pindah lagi ke tempat mereka, sekarang kakak kan udah ada di sini, jadi desa ini udah punya seorang dokter yang akan tetap ada di sini, lebih baik aku menjadi guru aja ya kak ya? "
Claudy tertawa mendengarkan celoteh Tuti yang dilanda dilema.
Tak lama kemudian, Said pun nongol.
"Bagaimana kau tau aku disini? " Kata Tuti kesal.
" Karna aku bisa mendeteksi dimanapun kau berada" Jawab Said cuek.
"Apa kau tak bisa tidak menggangguku sehari saja? " Tanya Tuti kesal.
"Ku pastikan, jika kau tak melihatku sehari saja, kau kan sangat merindukanku" Jawab Said dengan nada bangga.
Mendengar perdebatan mereka berdua Claudy tertawa, tampaknya sekarang ini Said sudah terang-terangan menyatakan perasaannnya pada Tuti, padahal dahulu dia selalu kesal jika Tuti sering menggodanya, sekarang malah dia yang hobi menggoda Tuti.
" Oh ya Said,.. kau ingin menyambung kemana nantinya? "Tanya Claudy.
"aku ingin memajukan desa ini, jadi aku ingin menjadi seorang guru di desa ini, aku ingin mewujudkan keinginan kakakku untuk meningkatkan pendididkan di desa ini. " Jawab Said mantap.
mendengar jawaban Said, hati Tuti menjadi deg degan, 'Kenapa cowok ini begitu keren saat mengatakan itu. ' Batinnya
" Nah Tuti.. apa kau sudah bisa mementukan keinginanmu? Said memutuskan menjadi seorang guru, bagaimana denganmu? apa kamu juga ingin menjadi guru? " Kata Claudia.
" Entah lah kak" Jawab Tuti tertunduk malu.
" Apa? kau juga berencana menjadi seorang guru? Bagaimana jika kita berjuang bersama" Kata Said setengah berharap.
Tuti tersenyum, awalnya dia menyangka kalau Said tadinya akan mengolok-oloknya karna ikut-ikutan menjadi guru, ternyata Said sangat senang jika dia juga mempunyai tujuan yang sama dengannya.
" Tuti... maukah kau bersama-sama denganku masuk jurusan itu? Aku ingin menjadi seorang guru Sekolah Dasar di desa kita ini. jika kau mau , aku akan sangat senang sekali." Kata Said dengan nada serius.
" Baiklah" Jawab Tuti akhirnya.
" Benarkah? Yes.. kita akan punya waktu bersama semakin banyak" Katanya dengan nada gembira.
" Hehehe.. ternyata kau memang tidak bisa jauh dariku" Katanya dengan nada usil lagi sehingga membuat Tuti menjadi kesal dengannya, tapi akhirnya dia tersenyum ' Aku memang tidak bisa jauh darimu' batin Tuti lagi.
" Jadi.... sepertinya tidak jadi ada yang akan membantu kakak di sini nih.. " Kata Claudy lagi dengan nada kecewa.
" Aman kak.. kami akan menciptakan generasi penerus yang banyak dari desa ini, do'akan saja ya kak ". kata Said lagi.
Claudy tersenyum.. " Kakak akan mendo'akan yang terbaik untuk kalian."
......
Seperti biasanya setiap bulan Claudia mengadakan posyandu yang di bantu oleh kader-kader yang telah dipilih oleh Claudy sebelum nya, kali ini, berhubung libur, Tuti ikut membantu Claudia.
Tuti membantunya dengan telaten, andai saja tidak malu, Said pasti juga akan ikut nimbrung di antara ibu ibu itu, tapi karna masih mempunyai perasaan malu, dia hanya melihat Tuti dari jauh, dia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Tuti, gadis itu mempunyai senyuman yang tulus, begitu akrab dengan anak-anak di sana.
Sementara, di seberang jalan sana seseorang juga tengah memperhatikan Tuti, laki-laki itu begitu tertarik melihat Tuti yang telah tumbuh dewasa, lelaki itu selalu mengkoleksi gadis cantik di desa itu sebagai istrinya, sekarang dia tengah tertarik dengan Tuti, dia tidak. menyangka, Tuti akan tumbuh menjadi gadis yang begitu menawan, dan sekarang dia akan mencari berbagai cara agar bisa mendapatkan gadis itu sebagai istrinya meski dia telah memiliki tiga orang istri saat ini.